Senin, 01 Juni 2009

Emak Ingin Naik Haji

Hikmah Film "Emak Ingin Naik Haji" : Kehendak Allah tidak selalu seperti apa yang Manusia fikir

oleh: Dede Meki Mekiyanto

Pembaca yang Budiman, di bulan November 2009 dunia perfilman Indonesia menghadirkan kembali sebuah film yang sarat akan realita kehidupan sebagian diantara masyarakat kita dan sarat akan HIKMAH. Emak Ingin Naik Haji, itulah judulnya yang diangkat dari sebuah cerpen karya Asma Nadia tahun 2007 dengan judul yang sama, Emak Ingin Naik Haji.

Saya, penulis telah menonton film Emak Ingin Naik Haji ini berniat untuk mencoba bermaksud untuk berbagi Hikmah yang tentu Hikmah ini adalah dari sudut dan cara pandang pribadi saya sendiri. Yang mungkin bisa berbeda dengan yang lain.
Sebelum berlanjut ke Hikmah, tanggapan saya akan film ini adalah, Bagus, meskipun ringan tapi mengandung hikmah yang sangat dalam. Hebat..!

Hikmah yang ingin saya paparkan di sini merupakan hikmah singkat yang secara spontan hadir dalam fikiran dan hati saya. Disini saya tidak bermaksud untuk menulis ulang skenario yang ada dalam film tersebut, supaya ringkas saja dan padat. Untuk pembaca yang ingin membaca sinopsis atau lainnya silahkan kunjungi link-link sbb: link1, link2, link3, dll Atau bisa lihat Trailer nya di youtube

Beberapa Hikmah Besar dalam film ini yang penulis ingin share diantaranya:

Hikmah pertama (dan UTAMA), ”Kehendak Allah Tidak selalu sama dengan apa yang manusia fikirkan” Mengapa demikian? Dalam al-quran surah Ath Thalaaq ayat 2 dan 3 “……waman yattaqillaha yaj ‘allahuu makhraajaa. Wa yar zuqhuu min hay tsu laa yahtasib…” Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya….” Dan mengapa dalam film ini behikmah utama seperti ini…? Emak, merupakan sosok perwakilan sebagian rakyat Indonesia yang Sangat berkeinginan untuk menunaikan ibadah Haji, sehingga setiap nafas dan ingatannya Emak tetap berfokus pada keinginan ibadah haji. Dari hasil usaha jualan kue, setiap keuntungan meskipun kecil, dia kumpulkan dan ditabung di Bank, sebagai WUJUD dari IKHTIAR yang dia jalani sebagai Hamba. Zein, putra Emak yang mencari nafkah dengan berjualan lukisan karyanya sendiri berjuang semaksimal mungkin untuk bisa menambah tabugan Haji Emak, tapi apa daya sehingga Zein dan Emak berpendapat bahwa memang sih dalam kalkukasi MANUSIA, dan dengan Usia Emak yang sudah tua, tidak mungkin lagi tercapai ongkos naik haji yang seharusnya disimpan di Bank. Salah satu hebatnya dalam kisah ini adalah, TIDAK ada keluhan sekalipun yang disampaikan Emak atau Zein kepada Tuhannya akan keinginan yang ‘berat’ itu, lebih-lebih lagi menyampaikan keluhan kepada Makhluq lain. Emak hanya cukup mengatakan “biarlah hati ini yang sejak dulu sudah ada di mekkah, meskipun raga tidak mampu kesana”.
Dalam suatu kesempatan, Zein mendapatkan tawaran untuk mengantar tetangga yang kaya raya untuk belanja. Setelah belanja, sang orang kaya tadi mendapatkan kupon undian untuk pergi haji dari belanjaannya. Tetapi karena dia merasa kaya dan mampu, dia membuang kupon tersebut ke tong sampah. Zein sempat berfikir (cara manusia) bahwa siapa tahu melalui undian ini Emak bisa berangkat haji. Sebelum berfikir untuk mengisi kupon itu, pada malam harinya, Zein sempat bingung sehingga dia melakukan apa saja untuk mendapatkan uang, mulai dari cara terbaik yaitu dia jualan malam-malam sampai sempat tergoda oleh Syetan untuk mencuri uang tetangga yang kaya itu. Akhirnya Zein nekad juga melakukan pencurian uang ke rumah tetangganya. Akan tetapi, (Hikmah yang kedua : “Allah Sangat menyayangi Hamba-Nya yang DIA kehendaki”), Allah menyayangi Zein (hamba-Nya), karena Allah memiliki Rencana lain, sehingga setelah berhasil masuk ke kamar orang kaya itu dan memegang uangnya, Zein mendapatkan getaran jiwa yang sangat dahsyat, sehingga dia tidak jadi membawa uang yang telah dia pegang itu dan meletakkannya kembali di kasur. Meskupin sempat di kejar warga,Zein masih dilindungi sehingga dia selamat sampai rumah dan kemudian beristigfar dalam ketakutan. (jika Allah berkehendak lain, bisa jadi Zein ditangkap dan masuk penjara, tatapi Allah rupanya punya RENCANA besar untuk Zein dikemudian hari). Dalam permohonan ampun zein di rumahnya atas kejadian itu, ketika dia minum, terlihatlah kupon-kupon yang siang tadi dia dapatkan dari tong sampah. Maka besoknya dia mengisi kupon itu. Singkat Cerita ternyata benar, pada saat pengumuman Emak mendapatkan Undian Naik haji yang membuat Zein sangat gembira. Dalam hitungan dan fikiran Manusia, maka selesailah sudah keinginan emak telah terwujud paling tidak bisa mendapatkan tiket naik haji. Akan tetapi, Allah tetap memiliki RENCANA yang jauh lebih besar lagi. Dalam kegembiraan itu, Zein mendapatkan kecelakaan dan tiket haji dari kupon itu beterbangan entah kemana. Dan ujian untuk Zein dan Emak masih terus berlangsung. Di akhir kisah inilah Allah menunjukkan RENCANA besar-Nya itu kepada Emak dan Zein yaitu, TANPA disangka-sangka, dan tidak pernah berfikir, Emak dan Zein mendapatkan pemberian Naik Haji gratis dari keluarga tetangga yang kaya raya itu termasuk tiket untuk Zein.
Pembaca yang budiman, ternyata…. Sungguh Kehendak Allah tidak selalu seperti dengan apa yang manusia fikirkan. Tidak dengan melalui tabungan haji, tidak dengan cara mencuri, tidak dengan cara dari kupon gratis, tidak dengan meminta belas kasihan kepada makhluq lain, akan tetapi dengan Jalan yang Allah mau, dan tidak disangka-sangka, yaitu dengan MEMBUKA kan hati orang-orang yang DIA kehendaki sehingga orang itu berbagi.
Surah Al Fathir ayat 2 : “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Hikmah kedua, Allah Menyayangi Hamba-Nya. Dalam kisah ini, Allah telah menunjukkan kemahapenyayangan-Nya kepada Hamba-Nya yang Dia kehendaki. Jika saja, Zein berhasil mencuri uang tetangganya, mungkin bisa saja dia pergi haji bareng Emak dari hasil curiannya. Atau bisa saja, Zein tertangkap dan masuk penjara karena tertangkap, tetapi Allah lebih bekehendak dengan cara yang Allah ingingkan, yaitu dengan Rahman dan Rahim-Nya sehingga Zein tidak jadi mencuri dan dia dilindungi-Nya dari kejaran warga, karena Allah lebih tahu RENCANA yang besar untuk Zein dan Emak. Di akhir kisah, uang yang tidak jadi dicuri Zein, toh pada akhirnya uang itu memang rejeki untuk Zein dan Emak yang tentu dengan cara yang Allah mau dan dengan TIDAK melalui jalan yang tidak halal atau dengan cara yang difikir manusia. “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu "(At-Thalaaq ayat 3)

Hikmah ketiga, Hebatnya kekuatan sedekah terlebih-lebih dalam keadaan sempit.
Ketika sisa uang yang Emak pegang sisa dari rumah sakit cucunya, Emak tetap bersedekah kepada anak tetangganya yang pada waktu itu sedang kelaparan karena bapaknya mereka sedang sakit. Betapa ringan emak untuk spontan memberi sebagian uangnya itu untuk berobat tetangganya yang sakit itu. Jadi, Jangan-jangan, dengan apa yang telah emak lakukan itu (bersedekah), sehingga membuat lebih mulusnya jalan yang telah Allah rencanakan untuk Emak untuk lebih segera terkabul dan lebih pantas Emak mendapatkannya. “Siapa yang mengadakan satu kebaikan, Allah akan membalasnya hingga sepuluh kali lipat (QS. 6 : 160)”

Pembaca yang Budiman, demikianlah ketiga Hikmah utama yang ingin penulis share.

Perlu pembaca juga ketahui bahwa berhasilnya cerpen karya Asma Nadia yang dibuat tahun 2007 ini dan berhasil dijadikan film di tahun 2009 pun, menurut saya, sama dengan hikmah utama, yaitu Kehendak Allah tidak selalu seperti apa yang manusia fikir, mengapa demikian..? menurut sumber Republika dimana sang sutradara Aditya Gumay pertama kali membaca cerpen ini di pertengahan tahun 2008, (tidak sengaja) saat menghadiri acara perpisahan TK Al Ahzar di Taman Mini, dia mendapat sebuah goody bag berisi majalah-majalah lama. Yang di dalamnya terdapat salah satunya adalah Majalah Nur terbitan Desember 2007. Dari sana, sentuhan dan passion dari isi cerpen itu (padahal dari majalah bekas yang tidak sedang dia cari - artinya dikasih wallahu a’lam) yang membuat film ini menjadi kenyataan. Di balik kisah sang sutradara ini pun, bagi dia, sebagai insan film, merupakan suatu peristiwa keberhasilan membuat film yang bagus yang dimulai dari cara yang tidak dia fikir (wallahu a’lam), selamat Pak Sutradara, anda telah dipilih oleh Allah untuk ‘menyampaikan ‘cerpen itu menjadi lebih mendalam melalui film bermakna ini”

Terima kasih kepada pembaca yang telah berkenan membaca Hikmah yang penulis buat ini. Dan jika kita menjabarkan dari hikmah-hikmah yang bisa kita peroleh, mungkin akan ada beberapa lagi hikmat yang diperoleh. Tergantung dari cara dan sudut pandang kita menyimak film tersebut. Dengan fikiran positif dan open mind yang Insya Allah penulis kedepankan, penulis haturkan kepada pembaca dengan berharap bisa bermafaat.

Dan Mohon ma'af jika ada penulisannya yang kurang sreg atau kurang pas, berhubung penulis masih dalam proses belajar untuk menulis.

wassalam

Tidak ada komentar: