Jumat, 25 Juni 2010

Bpk. Dahlan Iskan: Dua Tangis dan Ribuan Tawa

You are my inspiration, is a great leader for the next president of Indonesia... jadikan Amanah sebagai tanggung jawab moral yg mampu merubah moral dan tabiat birokrasi di kementerian BUMN.. Semoga menjadi pemimpin yang selalu berada dalam naungan Ridho Ilahi. Amin

Silahkan simak ya !!.....

Minggu lalu genap enam bulan saya menjadi CEO PLN. Ada yang bilang "baru"
enam bulan. Ada yang bilang "sudah" enam bulan.

Betapa relatifnya waktu.

Selama enam bulan itu, saya dua kali sakit perut serius. Setengah hari saya
tidak bisa bekerja, kecuali hanya tidur lemas di bilik di belakang ruang
kerja Dirut PLN.
Sebenarnya, saya harus mewaspadai sakit perut seperti itu melebihi sakit
lainnya. Sebab, kata dokter, sakit perut merupakan tanda awal mulai
bermasalahnya transplantasi hati yang saya lakukan tiga tahun lalu. Mungkin
saja itu merupakan tanda awal bahwa "hati"nya orang lain yang sekarang saya
pakai ini mulai ditolak oleh sistem tubuh saya. Begitulah kata dokter.

Syukurlah, sakit perut itu cepat hilang tanpa saya harus minum obat. Saya
memang tidak boleh sembarangan minum obat, khawatir berbenturan dengan obat
transplan yang masih harus saya minum setiap hari.

Tiba-tiba saja, ketika hari sudah berubah siang, ketika rapat penting yang
telanjur dijadwalkan tersebut harus dimulai, sakit itu sembuh sendiri.

Selama enam bulan itu, seingat saya, belum pernah saya absen. Saya memang
sudah berjanji kepada diri sendiri: Selama enam bulan pertama sebagai Dirut
PLN, saya tidak akan mengurus apa pun kecuali listrik.

Tidak akan pergi ke mana pun kecuali urusan listrik. Tidak akan bicara apa
pun kecuali soal listrik. Karena itu, kalau biasanya dulu setiap bulan saya
bisa dua-tiga kali ke luar negeri, selama enam bulan di PLN ini, saya tidak
ke mana-mana.

Untuk itu, saya harus minta maaf kepada famili, teman dekat, dan pengurus
berbagai organisasi yang saya ketuai. Selama enam bulan tersebut, saya tidak
bisa menghadiri acara keluarga, pesta perkawinan teman-teman dekat, dan
bahkan selamatan boyongan rumah anak sendiri. Apalagi rapat-rapat organisasi
atau permintaan ceramah. Semua saya hindari.

Saya memang masih tercatat sebagai ketua umum persatuan perusahaan surat
kabar se-Indonesia, ketua umum persatuan barongsai Indonesia, persatuan
olahraga bridge Indonesia, dan banyak lagi. Selama enam bulan itu, tidak ada
rapat yang bisa saya hadiri.

Menjelang enam bulan di PLN, berat badan saya naik 3 kg! Oh, rupanya saya
kurang gerak. Hanya dari mobil ke ruang rapat. Dan dari ruang rapat ke
mobil. Siang dan malam. Itu tentu tidak baik.

Dokter yang tiga tahun lalu mentransplantasi hati saya melarang badan saya
terlalu gemuk. Dokter selalu mengingatkan, meski kelihatannya sehat, status
saya tetap saja sebagai orang sakit. Di samping harus terus minum obat, juga
harus tetap hati-hati. Karena itu, menginjak bulan keenam, saya putuskan
ini: berangkat kerja berjalan kaki saja.

Maka, setiap hari pukul 05.45 saya sudah berangkat kerja. Jalan kaki dari
rumah saya di dekat Pacific Place Semanggi, Jakarta, ke Kantor Pusat PLN di
Jalan Trunojoyo, seberang Mabes Polri itu. Berangkat sepagi itu bukan
supaya dianggap sok rajin, tapi ingin menghindari asap knalpot. Tidak ada
gunanya berolahraga sambil menghirup CO2.

Beruntung, rute menuju kantor tersebut bisa ditempuh dengan menghantas
jalan-jalan kecil yang sepi yang kiri-kanannya penuh pohon-pohon nan
merimbun. Pukul 06.30, ketika baru ada satu-dua mikrolet mengasapi jalanan,
saya (biasanya ditemani istri) tiba di kantor dengan keringat yang
bercucuran.

Hasilnya: selama satu bulan itu, berat badan sudah turun 2 kg. Masih punya
utang 1 kg lagi. Mula-mula, berjalan cepat selama 35 menit itu terasa berat.
Jarak rumah-kantor tersebut juga terasa sangat jauh. Tapi, kian lama menjadi
kian biasa. Bahkan, belakangan jarak itu terasa sedikit kurang jauh.

Betapa relatifnya jarak.

Enak juga sudah di kantor pagi-pagi. Kini, menjadi pemandangan biasa pada
pukul 07.00 sudah banyak orang Jepang yang antre di ruang tamu. Demikian
juga beberapa relasi PLN lainnya.

Bahkan, seorang perempuan yang merasa diperlakukan kejam oleh suaminya juga
tahu jadwal saya ini: Sebelum pukul 07.00, perempuan itu sudah menangis di
lobi untuk mengadukan kelakuan suaminya. Lalu, minta sangu untuk pulang
karena uangnya tinggal pas-pasan untuk datang ke PLN itu tanpa tahu harus
bagaimana pulangnya. Suaminya, katanya, sangat-amat pelitnya.

Betapa relatifnya uang.

Selama enam bulan itu, saya dua kali menangis. Sekali di ruang rapat dan
sekali di Komisi VII DPR RI. Kadang memang begitu sulit mencari jalan cepat
untuk mengatasi persoalan. Kadang sebuah batu terlalu sulit untuk
dipecahkan.

Tapi, tidak berarti hari-hari saya di PLN adalah hari-hari yang sedih.
Ribuan kali saya bisa tertawa lepas. Ruang rapat sering menjadi tempat
hiburan yang menyenangkan. Terutama ketika begitu banyak ide datang dari
para peserta rapat. Apalagi, sering juga ide tersebut dikemukakan dengan
jenakanya.

Di mana-mana, di berbagai forum, saya selalu membanggakan kualitas personal
PLN. Orang PLN itu rata-rata cerdas-cerdas: tahu semua persoalan yang
dihadapi perusahaan dan bahkan tahu juga bagaimana cara menyelesaikannya.
Yang tidak ada pada mereka adalah muara.

Begitu banyak Ide yang mengalir, tapi sedikit yang bisa mencapai muara.
Kalau toh ada, muara itu dangkal dan sempit. Ide-ide brilian macet dan
kandas. Kini, di ruang rapat tersebut, semua ide bisa mulai bermuara.
Bahkan, meminjam lagunya almarhum Gesang, bisa mengalir sampai jauh.

Memang, ruang rapat sebaiknya jangan penuh ketegangan. Orang-orang PLN itu
siang-malam sudah mengurus tegangan listrik. Jangan pula harus tegang di
ruang rapat. Ruang rapat harus jadi tempat apa saja: debat, baku ide,
berbagi kue, dan saling ejek dengan jenaka. Saya bangga ruang rapat PLN
bukan lagi sebuah tempat biasa, tapi bisa menjadi katalisator yang
menyenangkan.

Sebuah tempat memang bisa jadi apa saja bergantung yang mengisinya.

Betapa relatifnya tempat.

Sedih, senang, ketawa, menangis, semua bergantung suasana kejiwaan. Pemilik
jiwa sendirilah yang mampu menyetel suasana kejiwaan masing-masing. Mau
dibuat sedih atau mau dibuat gembira. Mau menangis atau tertawa. Semua bisa.

Betapa relatifnya jiwa.

Rasanya, selama enam bulan di PLN, saya juga belum pernah duduk di "kursi"
direktur utama. Saya sudah terbiasa bekerja tanpa meja. Puluhan tahun, sejak
sebelum di PLN. Setengah liar. Sebab, sebelum di PLN, saya hampir tidak
pernah membaca surat masuk.

Jadi, memang tidak diperlukan sebuah meja. Semua surat masuk langsung
didistribusikan ke staf yang bertugas di bidangnya. Sebab, kalaupun surat
itu ditujukan kepada saya, belum tentu saya bisa menyelesaikannya. Maka,
untuk apa harus mampir ke meja saya kalau bisa langsung tertuju kepada yang
lebih pas menjawabnya?

Kini, sebagai Dirut PLN, saya tidak boleh begitu. Saya harus menerima
surat-surat yang setumpuk itu untuk dibuatkan disposisinya. Inilah untuk
kali pertama dalam hidup saya harus membuat corat-coret di lembar disposisi.
Apa yang harus saya tulis di situ? Saran? Pendapat? Instruksi? Larangan?
Harapan? Atau, beberapa kata yang hanya bersifat basa-basi - sekadar untuk
menunjukkan bahwa saya atasan mereka?

Akhirnya, saya putuskan tidak menuliskan apa-apa. Kecuali beberapa hal yang
sangat jarang saja. "Mengapa" saya harus memberikan arahan seolah-olah hanya
saya yang "tahu" persoalan itu? Mengapa saya harus memberikan instruksi
seolah-olah tanpa instruksi itu mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat?
Mengapa saya harus memberikan petunjuk seolah-olah saya itu "pabrik
petunjuk"?

Maka, jangan heran kalau mayoritas lembar disposisi tersebut tidak ada
tulisannya. Paling hanya berisi paraf saya dan nama orang yang harus membaca
surat itu. Saya sangat yakin, tanpa disposisi satu kata pun, mereka tahu apa
yang terbaik yang harus dilakukan.

Bukankah karyawan PLN itu umumnya lulusan terbaik ranking 1 sampai 10 dari
universitas- universitas terbaik negeri ini ? Bukankah karyawan PLN itu,
doktornya saja sudah 20 orang dan masternya sudah 600 orang? Bukankah mereka
sudah sangat berpengalaman - melebihi saya?
Maka, saya tidak ragu memberikan kebebasan yang lebih kepada mereka.

Inilah sebuah proses lahirnya kemerdekaan ide. Orang yang terlalu sering
diberi arahan akan jadi bebek. Orang yang terlalu sering diberi instruksi
akan jadi besi. Orang yang terlalu sering diberi peringatan akan jadi
ketakutan. Orang yang terlalu sering diberi "pidato" kelak hanya bisa "minta
petunjuk".

Saya harus sadar bahwa mayoritas warga PLN adalah lulusan terbaik dari
universitas- universitas terbaik. Mereka sudah memiliki semuanya: kecuali
kemerdekaan ide itu. Kini saatnya barang yang mahal tersebut diberikan
kepada mereka. Saya sangat memercayai, jika seseorang diberi kepercayaan,
rasa tanggung jawabnya akan muncul. Kalau toh ada yang tidak seperti itu,
hanyalah pengecualian.
Semua itu saya lakukan di meja rapat. Bukan di meja kerja direktur utama.
Karena itu, saya juga tidak pernah memanggil staf, misalnya, untuk menghadap
duduk di kursi di depan direktur utama. Kalau saya lakukan itu, perasaan
saya tidak enak. Mungkin hanya perasaan saja sebenarnya.

Saya tidak tahu dari mana lahirnya perasaan tidak enak tersebut. Mungkin
karena dulu terlalu sering melihat Pak Harto di televisi dengan adegan
seperti itu. Saya takut merasa menjadi terlalu berkuasa di kantor ini.

Kedudukan tentu tidak sama dengan tempat duduk. Yang merasa berkuasa pun
belum tentu bisa menguasainya. Yang punya kedudukan belum tentu bisa duduk
semestinya.

Betapa relatifnya sebuah kekuasaan.

Lalu, apa yang sudah kita capai selama enam bulan ini?
Ada yang bilang sudah sangat banyak: menanggulangi pemadaman bergilir di
seluruh Indonesia, menyelesaikan IPP terkendala yang sudah begitu lama,
mengatasi kacaunya tegangan listrik di berbagai wilayah (orang Aceh, Cianjur
Selatan, Tangerang, dan banyak lagi kini sudah bisa mengucapkan selamat
tinggal tegangan 14! Sudah bertahun-tahun tegangan listrik di Aceh hanya 14,
sehingga sering redup dan merusak barang-barang elektronik. Kini, di Aceh
dan banyak wilayah itu, tegangan listriknya sudah normal, sudah bisa 20).

Tapi, banyak juga yang bilang, masih terlalu sedikit yang diperbuat. Bahkan,
ada yang bilang, termasuk seorang anggota DPR di komisi VI, bahwa direksi
PLN yang baru ternyata bisanya hanya menaikkan TDL. Tudingan tersebut tentu
lucu karena bukankah yang bisa menaikkan TDL itu hanya pemerintah bersama
DPR? Bukankah direksi PLN itu, sesuai UU, sama sekali tidak punya wewenang
menaikkan atau menurunkan TDL?

Betapa relatifnya kepuasan.

(Sebulan sekali, CEO PLN menulis surat kepada seluruh karyawan PLN. Inilah
cara Dahlan Iskan untuk memotivasi dan berkomunikasi langsung dengan seluruh
karyawannya. Surat itu diberi nama CEO's Note. Tujuannya, seluruh karyawan
PLN yang lebih dari 40.000 orang itu bisa langsung membaca jalan pikiran dan
keinginan pimpinan puncak perusahaan. Setiap kali CEO's Note terbit, banyak
tanggapan dari karyawan melalui forum e-mail perusahaan. Artikel ini adalah
CEO's Note edisi ke-6 bulan Juli 2010).

Alangkah baiknya kalau semua pemimpin bisa seperti ini, low profile, jadi
teladan bagi bawahan dan demokratis ???

Didik I. Kuntadi
Kiriman dari Sahabat Setiadi Black adikent dan Sahabat Andi Lala

Rabu, 16 Juni 2010

Hidup Adalah Anugerah

Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .

Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.

Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”

* * * * *

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata- kata kasar Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suamimu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan untuk meminta penyembuhan sehingga suaminya TIDAK LUMPUH seumur hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke alam kubur dengan masih menyertakan kemiskinannya.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, syukurilah, jalanilah, nikmatilah dan isilah hidup ini dengan sesuatu yg bermanfaat untuk umat manusia.

NIKMATILAH dan BERI YANG TERBAIK DI SETIAP DETIK DALAM HIDUPMU, KARENA ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI untuk waktumu selanjutnya !!!

Dikirim oleh Karel Mandey
Resensi.net

Minggu, 13 Juni 2010

Ketika Cinta Lama Bersemi Kembali..

Seperti Buah Khuldi yang tidak boleh dimakan..
Begitulah Allah melarang Cinta yang masuk pada jiwa yang tidak diperkenankan
Yaitu,Jiwa yang didalamnya terdapat Cinta yang telah terikat dengan yang lainnya
Atau Jiwa yang ingin kau reguk Manisnya Cinta sebelum waktu yang dihalalkan..
Cinta yang masih berusaha untuk tumbuh lebih sempurna
Cinta yang dijaga oleh jiwa yang mencintai..
Jiwa yang berusaha meraih hakikat tertinggi dari kehidupan ini
Oleh karena itu,selayaknya kau menghargai cinta yang ingin tumbuh sendiri
Janganlah kau menjadi penghalang sebuah kebahagiaan yang ingin dicapai
Lebih baik kau mencari cinta lain yang membuatmu yakin
Bahwa itu belahan jiwa yang telah kau nantikan atau Allah sudah Halalkan buatmu..



Pertemuan dengan Teman Lama saat reuni itu rupanya sangat berkesan buat dirinya.Ia bertemu dengan teman lama semasa SMA dahulu,ada tawa dan canda mengenang masa-masa lalu,ada cerita suka dan duka juga disana..tapi ada hal yang sangat membuatnya lebih berkesan,Lelaki ini bertemu dengan teman wanita masa sekolahnya dahulu, dimana wanita ini dahulu adalah bekas pacarnya.ada kenangan yang cukup besar tersimpan dihati dan dipikirannya.


Dahulu sebelum hidayah Allah datang,lelaki ini memang pernah mengalami masa-masa muda yang penuh dengan hura-hura,maklumlah dahulu lelaki ini tak dekat dengan remaja-remaja sholeh,lelaki ini seperti remaja lain dimasanya,sering terbawa oleh pergaulan teman-temannya. Ia teribat hubungan cinta dengan wanita ini,hubungan mereka berjalan cukup lama,bahkan sampai lulus SMA,ia tetap melanjutkan hubungan tersebut,Iapun ingin menikahi wanita tersebut,saat itu wanita itu sedang kuliah,sedangkan lelaki ini tidak melanjutkan kuliah,melainkan berwirausaha.Ia berhasil menjadi Usahawan sukses dengan menjual barang-barang hardware dan software computer.


Tetapi rupanya dari pihak orangtua wanita tidak setuju,karena orangtuanya ingin ia menyelesaikan kuliah dahulu.tetapi karena sudah terlanjur cinta.. lelaki ini tidak peduli dengan ketidaksetujuan orangtua wanita tersebut,ia meyakinkan orangtuanya untuk melamar wanita tersebut,dan saat rombongan orangtua laki-laki datang bermaksud melamar,dengan secara halus,orangtua wanita itu menunda pernikahan,karena mereka ingin anaknya selesai kuliah dahulu.Orangtua laki-laki ini jadi kecewa,terjadilah konflik yang cukup mengkhawatirkan.hubungan wanita dan pihak orangtua laki-laki ini jadi renggang,bahkan wanita inipun jadi bertengkar dengan kedua orangtuanya sendiri.mereka jadi sering bertengkar,karena dua-duanya sama-sama keras,akhirnya wanita ini bahkan sempat diusir oleh kedua orangtuanya.Alhamdulillah,saudara-saudara dari Kakak orangtuanya turun tangan membantu,hingga akhirnya wanita ini dapat kembali kerumah orangtuanya,dan wanita ini ikut apa perkataan orangtuanya,agar ia menunda pernikahan dengan lelaki ini.Pamannya memberi tahu,bahwa restu dan keridhoan orangtua sangatlah penting.Selama orangtua tidak menyuruh kita untuk berbuat maksiat,maka kita wajib berbakti kepadanya


Seperti Sabda Rasulullah
Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua"
(Riwayat Tirmidzi )



Ternyata dari orangtua laki-laki ini sudah kadung kecewa,mereka memilih untuk membatalkan rencana pernikahan yang ditunda itu.”Lebih baik kau cari yang lain sajalah..emang wanita didunia ini hanya dia seorang saja”begitu kata orangtua laki-laki ini.akhirnya dengan berat hati laki-laki inipun pisah dengan wanita tersebut.memang tidak mudah menghilangkan rasa patah hati,tapi apa mau dikata,ia memang merasa,bila menungggu sampai selesai kuliah,memang terlalu lama, ia berusaha menerima takdir Allah,bahwa memang wanita ini bukanlah yang terbaik buatnya,mungkin Allah akan memberikan yang terbaik buat dia,sesuai pilihan Allah,dan bisa jadi pilihan Allah,tidaklah sama dengan pilihan kita..

Diapun tidak berani melawan kehendak orangtua,karena dia pernah mendengar dari seorang temannya,yang menurut teman tersebut,ketika menikah,mereka tak dapat restu dari orangtua,tapi mereka paksakan,sehingga hubungan dengan orangtuanya cukup lama renggang,sampai akhirnya temannya sudah mempunyai anak,barulah hubungan orangtua dan anak mencair,tapi tetap ada hal yang mengganjal hubungan mereka,orangtua sering menyindir pernikahan mereka,ketika ada masalah ataupun pertengkaran didalam keluarga.hubungan anak,mantu dan mertua menjadi tidak sehat,walaupun orangtuanya lebih lunak karena mempunyai cucu,tapi tetap mereka selalu tak akur,sehingga tak ada keharmonisan dikeluarga mereka.berdasar pengalaman teman inilah, yang membuat lelaki ini tak berani melawan keputusan orangtua.

Tahun berganti tahun,lelaki ini akhirnya menikah dengan wanita lain,lelaki ini telah berubah,ia mulai bergaul dengan lingkungan yang sholeh,ia sering ikut pengajian,istirnya pun seorang wanita yang taat beribadah.hidup laki-laki ini sangat bahagia,dikarunia seorang anak lelaki yang kecil.

Sedangkan wanita itupun akhirnya juga sudah menikah,ia menikah dengan bekas teman kuliahnya,dan juga dikaruniai dua orang anak.Pertemuan Reuni dan Halal bi Halal tersebut,membuat memori ingatannya tentang masa lalu muncul kembali,ada getar-getar aneh didadanya,ketika mereka bertemu,tatapan mata mereka seperti mempunyai makna..”aku masih mencintaimu..”.Lelaki inipun mulai goyah..Cinta Lama Bersemi Kembali..begitu juga dengan wanita tersebut.

Setelah pertemuan mereka saling bersms-smsan atau saling menelpon,pertama memang hanya menanyakan kabar keluarga atau anaknya,tapi makin lama mereka menanyakan tentang hal-hal yang lebih privacy.mereka jadi saling curhat..menceritakan tentang keadaan keluarga atau menceritakan masalah-masalah mereka yang tak pantas untuk diceritakan selain kepada keluarganya.

mereka merasakan kecocokan saat saling curhat..begitulah setan selalu mencari kesempatan ketika kita lengah,ketika kita mulai merasa ada kecocokan,setan membisikkan mereka agar berbuat lebih jauh..bahkan seorang yang ahli ibadahpun,

Ahli ibadahpun bisa tertipu karena setan mencari kelemahan setiap manusia,dan bisa jadi kelemahan ahli ibadah itu adalah wanita..jika tidak ada pertolongan Allah,kitapun bisa terjerumus..Astaghfirullah hal azdim..

Perlahan-lahan tapi pasti,dari mulai hanya telpon-telponan sekarang mulai janjian ketemu dirumah makan,tentu saja pertemuan itu mereka rahasiakan dengan pasangan mereka.hubungan it uterus berlanjuta,hingga akhirnya Allah memberikan pertolongan kepada dirinya sebelum terlalu jauh.

Allah menegur lelaki ini,dengan ditimpa musibah buat dirinya,ia kecelakaan ketika sedang mengenderai motor,sewaktu janjian ingin bertemu dengan wanita tersebut.

Ya..Pertolongan Allah tidaklah hanya yang berupa kenikmatan-kenikmatan saja,
tapi boleh jadi musibah yang diberikan Allah merupakan sebuah pertolongan Allah,
agar kesalahan dan dosa yang kita lakukan tidak berlarut-larut.
Allah Maha Mengetahui Apa Yang diperbuat hamba-hamba-Nya.
lelaki ini mengalami patah tulang dikakinya,hingga ia harus memakai tongkat.
Lelaki ini sadar,bahwa musibah ini merupakan teguran buat dirinya,
akhirnya ia putuskan untuk tidak melanjutkan hubungan dengan wanita tersebut,
iapun menjauh dan memutuskan hubungan dengan wanita tersebut..

apalagi sekarang ia mulai memahami agama,bahwa melakukan perselingkuhan adalah dosa besar,
bahkan dinegara seperti Arab Saudi,dimana hukum Islam ditegakkan,
mereka yang melakukan perselingkuhan sampai berzina dengan orang lain dirajam sampai mati..
Astaghfirullah hal azdim..
Hamba berlindung dari keburukan-keburukan itu..

**********************************************************************

Saudaraku..
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut.
Semoga apa yang menjadi tujuan kita dalam menikah mendapat keridhoan dari orangtua
Berlaku lembutlah kepada orangtua..
Tanpa disadari,ketika keinginan kita ditolak oleh orangtua
Kita menjadi kasar dan keras kepala
Dan kata-kata yang keluar seperti paku yang membuat luka dihatinya
Walaupun paku itu sudah dicabut..tapi bekasnya masih tetap ada..
Astaghfirullah hal adzim..

Jadilah seperti air yang mengalir dengan lembut..
Menetes dengan perlahan tapi pasti jatuh diatas batu
Atas Izin Allah..

Batu itupun berbekas,bahkan berlubang tanpa disadarinya..
Tak ada yang terkena pecahan batu ketika batu itu dipaksa berlubang dengan palu..
Air itu menyentuh batu tanpa ada yang tersakiti..

Saudaraku..
Ketika kita melakukan perselingkuhan
Jangan salahkan diri sendiri karena kelalaian yang membuat kita sesat jalan
Cinta yang kita dapatkan bisa jadi sebuah kekeliruan yang tidak bisa kita teruskan.
Ya..Karena Cinta yang Terlarang itu tidak diperkenankan oleh Tuhan..
Cinta yang Terlarang yang akan menjatuhkan kita kedalam jurang kehidupan.
Itu perbuatan yang tidak dibenarkan karena akibatnya sungguh merugikan dan teramat menyakitkan
Sebagian mengatakan cinta laknat,karena yang merasakan hampir tidak ada yang selamat,
Kecuali mereka yang sadar dan kembali bertobat..
Ada yang mengatakan Cinta Kutukan,karena sifatnya merusak dan tak dapat dikendalikan
Cinta terlarang yang tercemar laksana anggur yang berubah menjadai khamar
Cinta terlarang yang menafikan kesetiaan dan harapan.
Cinta terlarang yang ingin bahagia tanpa pengorbanan.
Cinta terlarang ,Cinta yang tidak dapat dipercaya karena perbuatan khianat
Serta hanya mencari kesenangan sesaat.
Astaghfirullah hal azdim..


Saudaraku..
Terkadang dorongan birahi membuat kita jadi lupa diri
Kita merasa tertipu oleh perasaan seolah cinta benar-benar hadir dalam jiwa
Padahal itu hanyalah kebutuhan sementara yang tidak bertahan lama
Kita tergiur dengan kesan yang kita tangkap saat melihatnya
Apalagi ketika kita ada kenangan lama yang indah yang pernah bersemayam dihati bersamanya.
Pikiran dan hati kita menjadi terlena
Cinta Lama Bersemi Kembali..

Kitapun menjadi lupa dengan aturan agama,norma yang berlaku apalagi pasangan kita
Kita merasa memiliki kenikmatan yang luar biasa..
Seperti rasa lega saat kita keluarkan hajat yang membuat perut kita sakit,
Seperti itulah kita merasa mendapatkan lagi kehidupan
Cinta adalah sebuah kodrat yang kita temukan dalam hasrat
Tapi terkadang Hasrat telah membuat kita lupa,
Demi keinginan mendapatkan cintanya sangat dasyat..

Ia bagaikan dingin pada air,ia laksana panas diapi
Cinta banyak yang lahir dimata,tapi tak benar-benar melihatnya
Cinta memang tumbuh dijiwa,namun terkadang ia tak mengenalnya
Cinta ibarat napas yang disadari keberadaanya,tetapi tak pernah kita ketahui apa hakekatnya..


Saudaraku..
Lebih baik kita hentikan perilaku kita sebelum terlambat
Sebelum pasangan kita tahu,walaupun kita simpan rahasia dengan rapat-rapat
Karena mudah bagi Allah Membuka semua aib-aib kita..
Sebelum jiwa kita hancur berantakan hingga berakhir penyesalan..
Astaghfirullah hal azdim..


Ya Allah..Ampunilah dosa-dosa kami
Sesungguhnya kami ini lemah,tanpa kekuatan dari-Mu
Sesungguhnya kami ini mudah tergoda,tanpa penjagaan dari-Mu
Jagalah kami ya Allah..Dari perbuatan Selingkuh
Jauhkan pikiran dan hati kami untuk berbuat selingkuh

Jauhkan kami dari berbuat ZINA..
Jauhkan kami ya Allah..
Jadikan kami ya Allah keluarga yang Bahagia tanpa Selingkuh..
Tolonglah kami ya Allah ,
Lindungi kami ya Allah
Dari godaan-godaan syetan yang terkutuk..


Ya Allah..
Lindungi saudara kami ya Allah yang belum menikah
Dari perbuatan ingin mereguk manisnya cinta yang belum ENGKAU halalkan
Mudahkan saudara kami untuk menikah
Mudahkan jalan menuju kesana ya Allah..
Dengan restu dari kedua orangtuanya ya Allah..
Mendapatkan Pasangan yang sholeh atau sholihah yang terbaik menurut ENGKAU ya Allah..

Karena boleh jadi keinginan kami bukanlah yang terbaik menurut-Mu Ya Allah
Dan Ketetapan-Mulah yang bakal terjadi.


Sonny AbiFatih's blog
WWW.PencerahanHati.com

Jumat, 11 Juni 2010

Barometer Akhlak Mulia

Alhamdulillahi wahdah, wash shalatu wassalamu ‘ala rasulillah…

Prolog

“Masya Allah, akhlak pak anu bagus banget lho!” kata seorang bapak-bapak ‘mempromosikan’ rekan kerjanya.

“Buktinya apa pak?” tanya lawan bicaranya.

“Kalau di kantor ia ramah banget, apalagi kalo sedang berhadapan dengan bosnya!” jawabnya.

“Wuih, bu anu akhlaknya baik banget!” komentar seorang ibu-ibu tatkala membicarakan salah satu tetangganya.

“Darimana ibu tau?” tanya temannya.

“Itu lho jeng, kalau di arisan RT, dia tuh ramah banget!” sahutnya.

Begitulah kira-kira cara kebanyakan kita menilai mulia-tidaknya akhlak seseorang. Sebenarnya, pola penilaian seperti itu tidaklah mutlak keliru. Hanya saja kurang jeli. Sebab, sangat memungkinkan sekali seseorang itu memiliki dua akhlak yang diterapkannya pada dua kesempatan yang berbeda. Berakhlak mulia di satu tempat, tetapi tidak demikian di tempat yang lain. Itu tergantung kepentingannya.

Lantas, bagaimanakah Islam membuat barometer penilaian kemuliaan akhlak seorang itu? Tulisan berikut berusaha sedikit mengupas permasalahan tersebut.

Islam Agama Akhlak

Di antara tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain untuk menegakkan tauhid di muka bumi, adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak umat manusia. Sebagaimana dijelaskan dengan gamblang dalam sabda beliau,

“بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ”

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (H.R. Al-Hakim dan dinilai sahih oleh beliau, adz-Dzahabi dan al-Albani).

Sedemikian besar perhatiannya terhadap perealisasian akhlak, Islam tidak hanya menjelaskan hal ini secara global, namun juga menerangkannya secara terperinci. Bagaimanakah akhlak seorang muslim kepada Rabb-nya, keluarganya, tetangganya, bahkan kepada hewan dan tetumbuhan sekalipun!

Di antara hal yang tidak terlepas dari sorotannya ialah penjelasan tentang barometer akhlak mulia. Yakni, kapankah seseorang itu berhak dinilai memiliki akhlak mulia. Atau dengan kata lain: sisi apakah yang bisa dijadikan ‘jaminan’ bahwa seseorang itu akan berakhlak mulia pada seluruh sisi kehidupannya apabila ia telah berakhlak mulia pada sisi yang satu itu?

Barometer Akhlak Mulia

Panutan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan permasalahan di atas dalam sabdanya,

“خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي”

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.” (H.R. Tirmidzi dan beliau mengomentari bahwa hadits ini hasan gharib sahih. Ibnu Hibban dan al-Albani menilai hadits tersebut sahih).

Hadits di atas terdiri dari dua bagian. Pertama, penjelasan tentang barometer akhlak mulia. Kedua, tentang siapakah yang pantas dijadikan panutan dalam hal tersebut.

Dalam kaitan dengan hal di atas, penulis berusaha sedikit mengupas dua bagian tersebut di atas semampunya:

Pertama: Mengapa berakhlak mulia kepada keluarga, terutama terhadap istri dan anak-anak, dijadikan barometer kemuliaan akhlak seseorang?

Sekurang-kurangnya, wallahu a’lam, ada dua hikmah di balik peletakan barometer tersebut [disarikan dari kitab al-Mau'izhah al-Hasanah fi al-Akhlâq al-Hasanah, karya Syaikh Abdul Malik Ramadhâni (hal. 77-79)]:

a. Sebagian besar waktu yang dimiliki seseorang dihabiskan di dalam rumahnya bersama istri dan anak-anaknya. Andaikata seseorang itu bisa bersandiwara dengan berakhlak mulia di tempat kerjanya –yang itu hanya memakan waktu beberapa jam saja- belum tentu ia bisa bertahan untuk terus melakukannya di rumahnya sendiri. Dikarenakan faktor panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk ‘bersandiwara’. Justru yang terjadi, saat-saat itulah terlihat akhlak aslinya.

Ketika bersandiwara, bisa saja dia membuat mukanya manis, tutur katanya lembut dan suaranya halus. Namun, jika itu bukanlah watak aslinya, dia akan sangat tersiksa dengan akhlak palsunya itu jika harus dipertahankan sepanjang harinya.

Kebalikannya, seseorang yang memang pembawaan di rumahnya berakhlak mulia, insya Allah secara otomatis ia akan mempraktekkannya di manapun berada.

b. Di tempat kerja, ia hanyalah berposisi sebagai bawahan, yang notabenenya adalah lemah. Sebaliknya, ketika di rumah ia berada di posisi yang kuat; karena menjadi kepala rumah tangga. Perbedaan posisi tersebut tentunya sedikit-banyaknya berimbas pula pada sikapnya di dua alam yang berbeda itu.

Ketika di kantor, ia musti menjaga ‘rapor’nya di mata atasan. Hal mana yang membuatnya harus berusaha melakukan apapun demi meraih tujuannya itu. Meskipun untuk itu ia harus memoles akhlaknya untuk sementara waktu. Itu tidaklah masalah. Yang penting karirnya bisa terus menanjak dan gajinya pun bisa ikut melonjak.

Adapun di rumah, di saat posisinya kuat, dia akan melakukan apapun seenaknya sendiri, tanpa merasa khawatir akan dipotong gajinya ataupun dipecat.

Demikian itulah kondisi orang yang berakhlak mulia karena kepentingan duniawi. Lalu, bagaimanakah halnya dengan orang yang berakhlak mulia karena Allah? Ya, dia akan terus berusaha merealisasikannya dalam situasi dan kondisi apapun, serta di manapun ia berada. Sebab ia merasa selalu di bawah pengawasan Dzat Yang Maha melihat dan Maha mengetahui.

Kedua: Beberapa potret kemuliaan akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap keluarganya.

Sebagai teladan umat, amatlah wajar jika praktik keseharian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bergaul dengan keluarganya kita pelajari. Dan tentu saja lautan kemuliaan akhlak beliau terhadap keluarganya tidak bisa dikupas dalam lembaran-lembaran tipis ini. Oleh karena itu, di sini kita hanya akan menyampaikan beberapa contoh saja. Hal itu hanya sekadar untuk memberikan gambaran akan permasalahan ini.

* Turut membantu urusan ‘belakang’.

Secara hukum asal, urusan dapur dan tetek bengek-nya memang merupakan kewajiban istri. Namun, meskipun demikian, hal ini tidak menghalangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ikut turun tangan membantu pekerjaan para istrinya. Dan ini tidak terjadi melainkan karena sedemikian tingginya kemuliaan akhlak yang beliau miliki.

عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: “مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ”

Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (H.R. Ibnu Hibban).

Subhanallah! Di tengah kesibukannya yang luar biasa padat berdakwah, menjaga stabilitas keamanan negara, berjihad, mengurusi ekonomi umat dan lain-lain, beliau masih bisa menyempatkan diri mengerjakan hal-hal yang dipandang rendah oleh banyak suami di zaman ini! Andaikan saja para suami-suami itu mau mempraktekkan hal-hal tersebut, insyaAllah keharmonisan rumah tangga mereka akan langgeng.

* Berpenampilan prima di hadapan istri dan keluarga.

Berikut Aisyah, salah satu istri Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam menyampaikan pengamatannya;

“أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ بَدَأَ بِالسِّوَاكِ”

“Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam jika masuk ke rumahnya, hal yang pertama kali beliau lakukan adalah bersiwak.” (H.R. Muslim).

Bersiwak ketika pertama kali masuk rumah??! Suatu hal yang mungkin tidak pernah terbetik di benak kita. Tetapi, begitulah cara Nabi kita shallallahu ‘alahi wa sallam menjaga penampilannya di hadapan istri dan putra beliau. Ini hanya salah satunya lho! Dan beginilah salah satu potret kemuliaan akhlak Rasulullah kepada keluarganya.

* Tidak bosan untuk terus menasehati istri dan keluarga.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

“أَلاَ وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا”

“Ingatlah, hendaknya kalian berwasiat yang baik kepada para istri.” (H.R. Tirmidzi dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani).

Timbulnya riak-riak dalam kehidupan rumah tangga merupakan suatu hal yang lumrah. Namun, jika hal itu sampai mengotori keharmonisan jalinan kasih sayang antara suami dan istri, atau bahkan menghancurkan bahtera pernikahan, tentulah sangat berbahaya. Agar mimpi buruk itu tidaklah terjadi, seyogyanya ditumbuhkan budaya saling memahami dan kebiasaan saling menasehati antara suami dan istri.

Daripada itu, benih-benih kesalahan yang ada dalam diri pasangan suami-istri hendaknya tidaklah didiamkan begitu saja hanya karena dalih menjaga keharmonisan rumah tangga. Justru sebaliknya, kesalahan-kesalahan itu harus segera diluruskan. Dan tentunya hal itu harus dilakukan dengan cara yang elegan: tutur kata yang lembut, raut muka yang manis dan metode yang tidak menyakiti hati pasangannya.

Epilog

Semoga tulisan sederhana ini bisa dijadikan sebagai salah satu sarana instrospeksi diri –terutama bagi mereka yang menjadi panutan orang banyak, seperti: da’i, guru, ustadz, pejabat dan yang semisalnya- untuk terus berusaha meningkatkan kualitas muamalah para panutan itu terhadap keluarga mereka masing-masing. Jika sudah demikian, berarti mereka telah betul-betul berhasil menjadi qudwah luar maupun dalam. Wallahu a’la wa a’lam.

Penulis: Ustadz Abdullah Zaen, Lc., M.A.
Artikel www.tunasilmu.com
Kiriman Sahabat Pupung Abdullah

Senin, 07 Juni 2010

Yuk.. Optimalkan Diri..

Dikisahkan di suatu tempat di negeri cina, hidup seorang pengemis tua yang sangat sengsara dalam hidupnya. Setiap hari pekerjaanya mengemis dan hasilnya hanya cukup untuk makan dirinya bahkan sering hanya makan satu kali dalam sehari.

Seorang dokter setiap hari melewati pengemis tersebut dan sering memberi uang logam kepada pengemis tua tersebut. Sering terpikir oleh pengemis tua tersebut, alangkah enaknya orang yang hidup berkecukupan apa lagi kaya. Banyak orang yang bisa dia bantu.

Suatu saat dokter tersebut lewat dan pengemis tua nampak sedang terbaring. Dokter tersebut menghampiri pengemis tersebut. Ternyata pengemis tersebut sudah meninggal dunia..

Ada hal yang menarik perhatian dokter, yaitu mangkuk yang digunakan oleh pegemis untuk mengemis setiap hari.. karna penasaran dokter tersebut menanyakan kepada ahli arkeologi.. alhasil ternyata mangkok tersebut sudah berumur ratusan tahun dan kalau di jual nilainya miliaran rupiah…

===

Apa yang bisa kita petik dari cerita tersebut ..mungkin kita selama ini sibuk mencari peluang di sana sini ternyata peluang ada di depan kita dan kita tidak tahu. Terus belajar adalah kuncinya…

by supriyadi.Resensi.net

Minggu, 06 Juni 2010

Dendam, Sampah Hati Pengubur solusi

Sahabat cerita motivasi, kali ini kita akan bercerita tentang dendam. Selamat membaca cerita motivasi. Semoga menjadikan kita lebih baik. Cerita motivasi ini dikirimkan oleh sahabat Ari

Saya adalah pendatang disuatu daerah. Dipasar kota tersebut, saya membuka membuka usaha kecil-kecilan. Berupa penyewaan play station ( PS ) dan rental VCD. Di depan toko ada tukang parkir. Selain tukang parkir dia adalah preman pasar. Preman ini sering berulah di depan toko saya. Sehingga ini membuat pelanggan saya menjadi kurang nyaman. Geram rasanya jika karena ulahnya pelanggan saya pergi. Dan ini sudah terjadi berulang kali. Mungkin karena saya pendatang sehingga dia berulah demikian.

Meski begitu, preman pasar ini sudah beberapa kali meminjam play station ketempat saya, dan dia mengembalikan tepat waktu, dan saya selalu memberikan special discount kepadanya karena terpaksa.

Suatu malam, tepatnya pukul 12 malam preman ini berjalan -jalan dilorong gang menuju rumah saya. Preman itu jalan sempoyongan sambil mengomel. Saat di depan rumah dia memanggil-manggil nama saya dengan sangat tidak sopan. Ingin rasanya saya tonjok hidungnya. Sayapun keluar, penampilan preman malam itu sangat semrawut, kepalanya sedang diperban yang terlihat berdarah, sambil membawa kampak. Dia terlihat dalam emosi yang tinggi. Dan dia pun meninju berulang kali ke arahku. Namun bisa kuhindari. Pikir saya, buat apa berurusan dengan preman ini, daripada kedepan timbul masalah, mending saya tenangkan dia.

Saya tenangkan pinta kapak yang dia bawa, tenyata dia menyerahkan kampak itu ke saya. Beberapa saat kemudian dia mengemukakan bahwa dia ingin meminjam PS ke saya, sayapun melayani. Setelah preman itu pulang, hati kecil ku berkata, masak harus mengalah terus. Kalau mengalah nanti akan diinjek-injek terus. Akhirnya saya memutuskan, esok hari akan saya tantang preman itu untuk duel secara jantan.

Pagi harinya, sampai dua hari saya mencari-cari preman itu. Namun tidak ketemu. Hingga bertemu dengan orang tuanya yang mengatakan bahwa si preman sudah berada di Kantor polisi. Dia ditangkap setelah dari rumah saya, lengkap dengan PS ditangannya. Tuduhan polisi kepada nya diantaranya membuat keributan di pasar, serta mencuri PS dari rumah penduduk. Owh baru tau saya ternyata kampak yang dibawa ke rumah saya itu digunakan untuk membuat keributan.

Setelah mengetahui si preman ditangkap polisi saya kemudian menuju kantor polisi untuk menjenguknya. Namun dalam laporan ke Polisi saya tidak melaporkan si preman sebagai pencuri dia hanya meminjam dari saya serta saya terangkan bahwa dia adalah langganan saya. Mengenai kejadian malam itu, sewaktu dia berusaha memukulku juga tidak saya ceritakan. Malah sewaktu saya menjenguk nya saya coba menenangkan dia, serta menanyakan apa yang perlu di Bantu. Jack mengeluh saat itu dia sakit gigi dan tidak punya uang untuk membeli obat. Kemudian saya membelikan obat dan rokok serta uang alakadarnya guna membeli makanan selama ditahan di kantor polisi.

Sehabis mengisi formulir pengambilan barang dikantor polisi, saya kemudian pulang. Seminggu kemudian si preman tiba-tiba muncul didepan rumahku dan tiba-tiba dia menujuku dengan terburu-buru, dia memelukku dan menangis dipundakku. Dia mengucapkan terima kasih atas bantuanku sewaktu dia berada di kantor polisi. Dia percaya dengan kedatangan saya kekantor polisi tuduhan pencurian dapat dihindari.

Saat ini si preman masih berprofesi sebagai tukang parkir, namun sikapnya sudah berubah dibandingkan sebelum dia ditangkap. Hampir setiap kali dia bertemu denganku, dia selalu menyapa dan tersenyum.

Sahabat resensi.net. Pecinta cerita motivasi

Apa kandungan dan makna dari cerita diatas?

Kandungan dari cerita ini :

1. Dendam dan amarah tidak akan menyelesaikan sebuah persoalan.
2. Setiap persoalan seyoknyanya dihadapi dengan kepala dingin dan diputuskan dengan bijak
3. Usahakan membantu kesulitan orang lain, meskipun orang tersebut memusuhimu
4. Untuk mengubah sikap seseorang tidak seharusnya dengan menceramahi terus – menerus, namun sentuhlah nuraninya dengan sikap dan perbuatan yang baik.

Sahabat, sesuatu yang membara jika dihadapi dengan api, maka yang ada hanyalah kehancuran. Sebagaimana kekerasan yang dihadapi dengan kekerasan pula. Maka kehancuranlah yang didapat. Dengan melebur rasa dendam, maka akan meleburkan pula rasa amarah, menumbuhkan kasih sayang dan persahabatan.

Jadilah orang yang beruntung, bukan orang yang merugi dan kecewa. Dendam adalah onggokan sampah hati yang membuat pemiliknya semakin tersiksa dan menderita. Bukankah Allah juga maha memaafkan atas kekurangan, kelemahan dan kekhilafan manusia?

Lalu, mengapa manusia tidak banyak belajar untuk mencukupkan diri hanya dengan Allah Subhanahu Wata’ala, saja? Ketika seseorang memenuhi hati, pikiran dan hari harinya hanya dengan Allah, maka sanjungan atau makian bukanlah sesuatu seban yang harus dipikirkan, dibenci atau disenangi orang bukan suatu masalah yang dapat mengganti jati diri kita. Ya, jati diri seorang yang baik. Bukan jati diri pendendam.

by Ari.Resensi.net

Selasa, 01 Juni 2010

Ayahku Bukanlah Ibrahim

Sahabat.Saya ingin berbagi tulisan yang diilhami dari suasana idul adha tadi pagi. Inilah tulisan sederhanaku, semoga dapat menjadi renungan bersama.
*****
Pada suatu peringatan, ditunjuklah penceramah yang telah dipersiapkan. Penceramah itu menyusun konsep dengan untaian kalimah syahdu nan indah akan pengorbanan dan keikhlasan yang maha dahsyat dari seorang peletak monotheisme: Nabi Ibrahim A.S.

Penceramah ini setiap kali ber-khotbah selalu sukses membuat jama’ah tersedu-sedu, mengalirkan butiran air mata bening dan terkadang ada jamaah yang meraung.

Kisah-kisah kesedihan, pencerahan, optimisme, kemanusiaan, perjalanan suka duka berakhir dengan kesuksesan. Semuanya digelegarkan sang muballiq dengan sangat apik. Ia berhasil memukau dan menghipnotis jamaah, bahkan sang muballiqpun beberapa kali meneteskan air mata dan menyekanya di atas mimbar.

Hanya seorang jamaah saja yang tidak terharu dengan ungkapan-ungkapan indah sang muballiq. Ia adalah putra dari sang penceramah.

Seuasai pelaksanaan acara tersebut, seseorang menghampiri anak yang sedari tadi memperhatikannya. Ia pun bertanya: “Nak, saat para jamaah terharu dan terisak-isak. Saya amati Ananda tak sedikitpun terharu. Kenapa?”.

Putra sang penceramah inipun menjawab dengan perlahan: “Ayahku setiap tahunnya memang berlatih untuk mengungkapkan kalimat-kalimatnya seolah apa yang ayahku katakan adalah nyata”.

“Maksud Ananda apa?”.

“Seolah qurban itu nyata baginya. Itu hanya kata-katanya saja. Seolah kata-kata itu mewakili perbuatannya sehari-hari. Celakalah Abu Lahab. Celakalah ayahku yang mengkhotbai banyak orang tapi ayahku tidaklah seindah ucapan-ucapannya. Ayahku takkan mengucapkan semua itu di rumah sebab ibu, kakak dan adikku tahu siapa ayahku. Dia bukanlah Ibrahim yang menyayangi kami sepenuh hati, menemani kami berlama-lama saat kami sakit, meluaskan waktu untuk menuntun kami saat gundah, dan mengusap ubun-ubun kami saat didera masalah. Ibulah yang melakukan semua kerinduan kami akan kasih sayang. Ayahku bukanlah Ibrahim walau kami ingin jadi Ismail.”
———————–
Kiriman sahabat: Armand

Diedit seperlunya agar tidak memberikan konotasi negatif akan suatu istilah. Terima kasih Sahabat Armand atas kirimannya

www.Resensi.net

Porsi Ujian Tuhan (Sukses Menghadapi Ujian)

Ketika kita ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang meratapi nasib dan menyalahkan Tuhan.

Kenapa harus saya yang mengalami ini?
Kenapa bukan orang lain saja?
Apa salah saya hingga Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini?
Bagaimana bisa melanjutkan hidup dalam keadaan seperti ini?
Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan mudah? Tuhan tidak adil!

Depresi, kecewa, dan putus asa menghantui diri kita. Namun, jika mau berpikir kembali, bijaksanakah kita kalau selalu menyalahkan keadaan? Apakah masalah akan selesai jika hanya menyalahkan keadaan?
Tidak ada suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu punya alasan mengapa Dia memberikan keadaan demikian kepada kita. Cermati, sesungguhnya Tuhan ingin Anda mempelajari hikmah dari kejadian tersebut.

Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya. Karena itu, percayalah. Mengapa Tuhan memilih Anda untuk menjalani keadaan sulit yang Anda rasakan, adalah karena Tuhan tahu bahwa Anda mampu melewatinya. Jika orang lain yang mengalami apa yang Anda alami, belum tentu mereka bisa sekuat Anda saat ini.

Setiap kesukaran yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Seorang sarjana bekerja sebagai pegawai kantoran dengan gaji tiga juta per bulan. Di lain pihak, seorang berijazah SMP mampu menghidupi keluarga lewat usaha tambak ikan dengan penghasilan berkali lipat. Ya, kesulitan memperoleh pekerjaan sering kali membuat kita berpikir lebih keras, bagaimana cara memperoleh uang. Jika setiap masalah kita hadapi dengan pikiran positif, tentu hasil yang positif juga akan kita dapatkan.

Hidup adalah untuk menyelesaikan masalah. Meski tampak bahagia di luar, setiap orang pasti memiliki masalah sendiri. Ada seorang gadis berparas cantik dari keluarga berkecukupan. Apapun yang ia inginkan hampir selalu didapatkannya. Ia memiliki kekasih yang tampan dan perhatian, di samping masih banyak pria lain yang juga memujanya. Bahagiakah hidupnya? Tidak! Kedua orang tuanya telah lama bercerai, jika bertemu pun sikapnya seperti kucing dan anjing. Masing-masing telah menikah lagi. Tak ingin memilih salah satu pihak, akhirnya si gadis dan adiknya yang masih SMA, memilih untuk tinggal berdua saja.

Coba Anda tengok orang-orang yang tampak bahagia. Pasti akan Anda temukan satu sisi yang membuat orang itu merasa hidupnya tidak sempurna. Begitu pun dengan diri Anda sendiri. Jika saat ini Anda merasa punya masalah, selesaikanlah dengan tawakal tanpa pernah mengeluh. Itulah ujian yang Tuhan berikan sesuai dengan porsi kemampuan Anda.
Semoga bermanfaat.
***
Ramadhani Ray
Depok, 26122011

Sahabat, ujian dan cobaan adalah cara Tuhan agar membuat kita kuat. Sebagaimana kerasnya berlian, adalah hasil dari tempaan-tempaan keras yang diperlakukan terhadapnya. Mari kita nikmati proses yang sedang berjalan ini, agar kita .....

www.Resensi.net