Senin, 29 November 2010

Penyembuhan Fistula Ani (Perianal Fistel)

FISTULA ANI Luka bernanah / borok sulit sembuh disamping anus.Fistula ani atau Fistel paraanal adalah saluran yang menyerupai pipa (fistula, latin = pipa). Sering teraba menyerupai pipa/saluran yang mengeras. Saluran ini terbentuk mulai dari dalam anus (anorektal) menembus keluar bokong (perineum). Pada fistula ani selalu ditemukan 2 buah muara keluar, sering disebut dengan istilah external opening (daerah perineum) dan internal opening (anorektal). Lebih mudah untuk menemukan external opening dibandingkan internal opening apalagi kalau internal opening nya lebih dari satu (multipel) Karakteristik dibandingkan penyakit / gangguan lain yang berada disekitar anus (hemoroid/wasir, abses anal, fissure ani dll) adalah pada fistula ani sering terjadi kekambuhan dan infeksi ulang jika tidak mendapat penanganan yang baik. Sering dianggap tidak berbahaya. Tidak jarang banyak yang ’menyimpan’ fistula ani sampai bertahun-tahun. Gejala yang tampak ringan seperti bisul atau luka lecet di bokong membuat fistula ani sering mendapat penanganan yang keliru dan menyebabkan keterlambatan pasien untuk datang konsultasi ke dokter. Awal keluhan biasanya berupa keluarnya cairan yang tidak biasa dari anus (diluar waktu BAB / buang air besar) cairan bisa berupa nanah atau cairan serupa darah, nyeri pada anus, bengkak pada tepi anus yang berulang, gatal pada anus. Kadang-kadang di dahului dengan keluhan hemoroid /wasir. Sering mengalami abses anal (nanah pada anus) sebelumnya. External opening pada bokong akan terlihat spt bintik atau bulatan yang memerah, sering disertai rembesan nanah atau darah disekitarnya. Pasien sering mengira bintik atau bulatan tersebut, bisul atau luka lecet biasa.

Biasanya disebut fistel adalah terowongan yang menyambung 2 bagian tubuh yang tidak lazim. Biasanya adalah sejenis bisul dibagian anus yang tidak bisa sembuh-sembuh. Didalam bisul tersebut adalah terowongan/canal yang menembus ke saluran pembuangan/ rectum. Bisa ada satu, dua atau lebih lobang fistula. Ada 3 macam fistula: Simple fistula, Complete fistula, dan Horseshoe fistula.
Simple fistula adalah fistula yang ada hanya ada satu lobang apakah itu dikulit sekitar anus atau disekitar rectum.
Complete fistula adalah fistula yang mempunyai 2 lobang, yaitu entrance dan exit. Artinya entrance dari saluran pembuangan lobang pertama dan tentunya keluar melalui exit lobang ke dua.
Horseshoe fistula adalah 2 lobang fistula yang ketemu satu dengan yang lainnya dalam bentuk huruf U (Horseshoe fistula).
Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system / daya tahan tubuh setiap individual. Jika seorang penderita merasakan kelelahan seperti: Bepergian jauh, begadang, dan terlalu kelelahan serta telat makan maka berdampak pada memperburuknya penyakit tersebut. Fistula juga sangat erat kaitannya dengan pola makan
Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal (krypto-glandular) didaerah linea dentata.Jika peradangan sampai kebawah kulit disekitar dubur , kulit menjadi merah , sakit dan ada benjolan ; penderita biasanya merasa meriang. nalfistula lebih banyak diderita pria daripada wanita

INDIKASI
Pengularkan nanah dan darah dari lobang sekitar anus
Rasa sakit dan bengkak (abses )
Rasa gatel
Tidak nyaman jika duduk

PENYEBAB
Susah BAB/Konstipasi (susah BAB/tidak Teratur)
Ngedan ( ngejan) Pada saat BAB
Pernah ada riwayat t.b.(tuberculosis)

PANTANGAN
Susu dan produk dari susu seperti : es krim, cake, yoghurt, keju, coklat, dan lain – lain.
Makanan yang mengandung MSG ( Penyedap Rasa ), makanan dan minuman kaleng yang diawetkan seperti : sarden, coca cola, dan lain – lain.
Minuman beralkohol, anggur dan soda.
Rokok, Narkoba, Psikotropika
Berhubungan suami istri dikurangi
Daging kambing dan jeroan
Durian, Nanas, Tomat
Telor, daging bebek, seafood, makanan pedas, cuka, makanan yang asam – asam , kacang – kacangan dan makanan yang terlalu manis
Olah raga seperti : Futsal, Badminton, Tenis, Berenang, Golf, dan lain – lain
Tidak boleh memencet abses/ bisulnya untuk mengeluarkan nanah, biarkan nanahnya keluar sendiri.

ANJURAN
Minum air sebanyak mungkin lebih dari 8 gelas/ hari
Makan buah – buahan/ sayuran yang berserat tinggi seperti : papaya, pear, melon, wortel, lobak, apel yang manis
BAB harus lancer dan kotoran ( feces ) harus lunak
Merendam dengan PK pagi dan malam

Sumber :
http://www.tokoobatalami.com

Kamis, 11 November 2010

Jangan Takut Berbeda!

Sebagai manager HRD di sebuah perusahaan swasta, tahukah anda tugas apa yang membuat saya bosan setengah mati? Ya, kalau anda pernah bekerja di bagian HRD mungkin anda bisa menebaknya, yaitu membaca CV dan dokumen lamaran lainnya.

Bagaimana tidak bosan, satu lowongan kerja saja bisa mendatangkan ratusan pelamar kerja. Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu, ketika perusahaan kami membuka 9 lowongan kerja. Tebaklah berapa jumlah dokumen lamaran yang sampai ke bagian HRD kami? 2452 dokumen!

Lalu apa yang harus kami lakukan dengan pelamar sebanyak itu? Memilih secara acak diantara dua ribu orang lebih? Terlalu riskan. Mengundang semuanya untuk wawancara? Terlalu makan waktu, manajemen senior hanya memberikan waktu 2 minggu.

Akhirnya seorang rekan mencetuskan sebuah ide yang (menurut saya) agak “jahat”, yaitu cukup dengan melihat CV mereka saja. Intinya adalah CV yang tidak menarik dan tidak sedap dipandang mata, langsung kami buang ke tong sampah. Wow, kejam sekali!

Tapi itulah yang kami lakukan mulai saat itu dan seterusnya, hanya menilai buku dari sampulnya. Yah, mau bagaimana lagi, kami sudah tidak tahu cara yang lebih baik. Lagi pula cara ini terbukti efektif dan efisien. Kami berhasil mendapatkan orang-orang berkualitas selama bertahun-tahun menerapkannya.

Sepanjang karir saya selama memeriksa dokumen lamaran, hanya ada tiga dokumen lamaran yang benar-benar saya ingat. Yang lainnya memang bagus, tapi yang tiga inilah yang paling unik dan berbeda (sehingga masih saya ingat sampai sekarang).

Yang pertama berupa sebuah brosur. Bukan brosur sembarangan dan yang biasanya dicetak hitam putih. Tapi sebuah brosur yang sangat bagus sekali, dengan kertas yang berkualitas dan dicetak full-color! Hebat, orang ini sungguh serius sekali.

Yang kedua hanya sebuah dokumen CV biasa. Yang membuatnya berbeda adalah CV ini dikirimkan dengan menggunakan jasa FedEx. Karena mengira itu dokumen penting, dokumen itu sampai ke meja saya dengan mulus dan langsung saya baca. Dalam hal merebut perhatian saya, CV ini telah mengalahkan ratusan CV yang lain.

Yang ketiga adalah CV yang menyertakan sebuah hyperlink ke sebuah situs pribadi. Yang sungguh mengagumkan adalah CV itu tidak berkata banyak selain membuat saya penasaran untuk mengunjungi situs tersebut. Dalam situs itu ada rekaman video singkat tentang mengapa saya harus memberinya pekerjaan. Inilah yang disebut berusaha ekstra untuk sebuah CV!

Kesimpulannya: Jangan takut untuk melawan arus. Lain kali anda menuliskan CV anda, buatlah yang berbeda dan unik. Jangan dengarkan suara dan ketakutan “orang yang biasa-biasa saja”. Jadilah berani untuk tampil beda, karena itulah yang akan memudahkan kami untuk mengingat anda dan menerima anda bekerja di perusahaan kami.

Sumber : PondokCerita

Sabtu, 16 Oktober 2010

SI JUJUR DAN SI BERANI

Pada sebuah negeri, ada seorang raja yang telah memasuki usia lanjut. Karena tidak memiliki anak laki-laki yang bisa meneruskan tahtanya, ia bermaksud segera menikahkan puterinya yang telah dewasa. Lalu sang raja mengundang semua pemuda yang ada di seluruh negeri dan berkata kepada mereka, “Aku akan mengadakan sayembara. Kalian semua akan mendapatkan sebuah biji. Tanamlah biji itu, rawatlah dengan baik, dan kembalilah padaku setahun lagi dengan membawa tanaman kalian masing-masing. Barang siapa yang memiliki tanaman terbaik, dialah yang akan menjadi suami anakku dan kelak akan menggantikanku sebagai raja!”

Seorang pemuda yang bernama Abdul terlihat sangat antusias. Ia menanam biji itu dan menyiraminya setiap hari. Tapi setelah sebulan berlalu, biji itu tak kunjung tumbuh. Setelah enam bulan berlalu, para pemuda mulai membicarakan tanaman mereka yang tumbuh subur dan tinggi. Namun pot Abdul masih kosong. Ia tidak mengatakan apapun pada teman-temannya. Ia tetap menunggu bijinya tumbuh.

Setahun telah berlalu. Semua pemuda dengan penuh semangat membawa tanamannya kepada sang raja. Pada mulanya Abdul merasa enggan dan malu, tapi karena ibunya mendorongnya untuk pergi dan mengatakan apa adanya, ia pun berangkat menghadap raja. Raja dengan senang menyambut para pemuda dan memuji tanaman yang mereka bawa. “Kerja kalian luar biasa. Tanaman kalian bukan main bagusnya. Aku akan menunjuk salah satu dari kalian untuk menjadi pendamping anakku.”

Tiba-tiba sang raja melihat Abdul yang berdiri di belakang dan memanggilnya. Sontak Abdul panik dan ketakutan, “Jangan-jangan aku akan dibunuh,” pikirnya. Suasana menjadi riuh dengan ejekan dan cemoohan hadirin yang menyaksikan pot Abdul masih kosong. “Diam semuanya!” teriak sang raja. Ia menoleh kepada Abdul dan mengatakan, “Dialah orang yang berhak menjadi pendamping anakku!” kontan semua yang hadir menjadi terkejut. Bagaimana mungkin orang yang gagal akan mempersunting anak raja.

Lalu raja melanjutkan, “Setahun yang lalu aku memberi kalian biji untuk ditanam. Tapi sebenarnya biji yang kuberikan adalah biji yang telah dimasak dan tidak mungkin tumbuh. Kalian semuanya pasti telah menggantinya dengan biji yang lain. Hanya Abdul-lah yang memiliki KEJUJURAN dan KEBERANIAN untuk membawa pot dengan biji yang kuberikan. Karena itu, dialah yang kuangkat menjadi menantuku!”

{Jadi kejujuran akan membawa perubahan mendasar pada diri seseorang. Tapi tanpa keberanian, kejujuran tidak akan membawa perubahan bagi orang banyak. Kejujuran hanya menghasilkan pengikut bukan pemimpin. Untuk bisa merubah masyarakat diperlukan keberanian. Masalahnya, dari manakah datangnya keberanian? Ia datang kalau kita mampu menaklukkan rasa takut. Rasa takut inilah sumber segala macam kejahatan di dunia ini. Rasa takut yang ada menunjukkan bahwa kita belum mandiri. Kebahagiaan dan rasa aman kita masih bersumber pada sesuatu yang di luar diri kita!!!}.

[Penulis : Trimanto - FLP Depok]
Arie Kazamatsuri's blog
PencerahanHati.com

Minggu, 10 Oktober 2010

Kalung Bunga Untuk Ayahku

Tuhan kadang mendekati kita dengan caranya sendiri. Sewaktu gadis aku punya kemarahan yang teramat sangat ke Ayahku (ayahku seorang ABRI), karena dia tadinya idolaku tetapi akhirnya mengecewakanku, aku gadis kecilnya yang sangat dekat dengannya, kadang aku pura-pura tertidur di ruang tamu, agar sekedar merasakan gendongannya memindahkanku ke kamar.

Kekecewaan pada ayahku karena telah terambil dari wanita selain ibuku, membuatku ingin memutuskan semua history mengenainya, semua kenangan yang dulu indah bagiku hanyalah jejak lampau yang tidak perlu ditengok ke belakang lagi. Aku menghilangkan fam belakang namaku, aku menolak diantar les maupun diambilin raport lagi oleh ayahku, aku sengaja menurunkan prestasiku yang saat itu tidak pernah lewat 3 besar, tapi kubuat menjadi rangking di atas tiga puluh.

Aku sampai bilang dia tidak boleh hadir di wisudaku dan tidak boleh jadi waliku saat aku menikah kelak, saya pernah mengusirnya dan mengancam akan pergi dari rumah jika dia tidak bersedia keluar dan pergi dari rumah, akhirnya ayahku pergi juga, kemudian kudengan dia sakit. Ibuku saat itu menghadapi dilema, antara anak dan suami. Kemudian ibuku menyuruhku menjemputnya karena ayahku tidak mau pulang jika bukan aku yang menjemputnya.

Dengan pertimbangan perasaan ibukuku, juga aku takut berdosa jika seandainya saat itu terjadi apa2, aku hanya takut menyesal, tetapi saat itu walau belum tulus memaafkannya, akhirnya kujemput juga ayahku pulang.
.
Sampai aku masuk ke PT. Telkom yang mengharuskanku mengikuti pelatihan semacam wamil di Pusdikhub Cimahi-pendidikan ABRI selama 3 bulan. Di mana disekitarku kulihat ABRI disiksa, habis makan disuruh guling-guling, sampai muntah2, ada yang sampai diinjak kepalanya. Walau kami juga mengalaminya tetapi tetap kami berbeda karena institusi Telkom toh bayar.
Aku seolah melihat dunia ayahku, begitu rupanya cara dia memberi makan ke anak2nya, ternyata dengan mengorbankan nyawanya sendiri, apalagi saat instrukturku cerita saat terjun di Timor-timor pakai parasut, banyak yang mati ditembaki musuh (terutama pasukan gelombang ke-2, untunglah ayahku dikirim pada gelombang-1), saya teringat saat aku kecil Ayahku berangkat untuk berjuang ke Timor-timor juga. Di hatiku berkecamuk, merasa bersyukur Ayahku tidak apa-apa saat di Timor-timor tersebut.

Setiap kenaikan pangkat, ABRI itu wajib menempuh pendidikan selama beberapa bulan, mungkin sekitar 6 bulan, sampai dengan akhirnya lulus, mereka banyak berada di field, outdoor, tentunya dengan situasi perang dan diktatorisme. Dan setahuku Ayahku sudah 4 kali ke Cimahi, tapi tetap saja pulangnya bawa oleh-oleh baju baru dari Bandung buat kami.

Akhirnya pulanglah 1 angkatan (sekitar 200 prajurit), di mana kami 5 cewek Telkom dan 5 cewek Wamil (ada dr & Ir.) diminta menyambutnya, prajurit yang pulang itu kulitnya sudah hitam banget, bajunya sudah kayak lumpur, penuh semak, wajahnya teramat letih dan putus asa, mungkin sekitar 6 bulan mereka di field, tidak mandi, makan cari sendiri ke kebun-kebun rakyat seperti pernah Ayahku bercerita.

Kami berbaris menyambutnya, para pejabat Pusdikhub, kami wanita di depan sambil pegang kalung bunga, dan terdengarlah derap-derap langkah yang berirama, aduh … saya begitu tidak bisa menahan tangis dan degup di dadaku begitu bergemuruh …, aku seperti menyambut Ayahku sendiri pulang dari field … dan aku yang langsung mengalunginya dengan bunga, aku menangis saat itu (mungkin pemuda yang kukalungi itu bingung ya .., isteri kagak ..pacar kagak .. kok cewek ini menyambutku dengan air mata?), aku menyesal dengan segala kemarahan yang kupelihara kepada ayahku, dalam kejelekannya dia tidak pernah menyia-nyiakan anaknya, kami tetap disekolahin sampai sarjana, tetap diberi makan, selalu mau berbagi bagiannya.

Oh Tuhan betapa semua telah Kamu atur dengan indah, slide-sllide kehidupan ayahku sengaja Kamu tampilkan di depan mataku agar aku menjadi sadar, tiada manusia yang really sempurna, termasuk ayahKu. Saya berjanji sampai dengan sekarang, apapun itu kesalahannya akan selalu tersedia maaf buatnya.

by poppy
Sumber : Resensi.net

Kisah nyata : Kekasihku Pergi Saat Berjihad [kisah pegawai Pajak]

SAYA TEMUKAN SOSOK IDEAL PEGAWAI PAJAK pada mendiang suami saya. Hanya Allah pemilik kesempurnaan, dan Allah menciptakan sosok yang hampir sempurna bagi saya dan anak-anak. Ismail Najib nama lengkapnya. Ia terlahir dari keluarga yang sederhana di pelosok Jambi. “Ayah,” kami biasa memanggilnya. Ibunya, mertua saya, memanggilnya Mael. Teman kantornya memanggilnya Najib –atau Pak Najib.

Abang pergi mendahului kami. Ia menitipkan tiga buah-hati kami. Dafi Muhammad Faruq, putra, umur enam tahun, kini kelas satu SD. Adiknya, dua putri cantik kami, Kayyisah Zhillan Zhaliila, usia tiga tahun dan Mazaya Hasina Najib, tiga bulan. Ketika Abang mangkat pada 21 Februari 2011, si bungsu masih dalam kandungan empat bulan. Meski telah pergi, Abang mendidik saya menjadi orang kuat dan mandiri. Dengan kondisi long distance, saya memilih homebase di Kota Kembang demi pendidikan anak anak. Dengan bekal ilmu agama yang Almarhum berikan, sekarang saya menjadi tahu apa itu arti syukur, ikhlas, dan tawakal. Itulah yang membuat saya harus bangkit menyikapi keadaan ini.

Pegawai Pajak, pekerjaan yang luar biasa “banyak godaannya”. Abang memberikan pengertian pada saya bahwa materi yang identik melekat dengan pegawai Pajak, jangan menjadi patokan kebahagiaan dan kesenangan. Karena, tidak semua orang Pajak bermateri (saat itu saya tidak mengerti apa maksudnya).

Hingga sekitar 2005, Abang mengutarakan puncak kegundahannya. Setelah bekerja selama satu dekade , kebimbangan itu pun terucap, “Bunda, Ayah takut apa Ayah sudah menafkahi keluarga ini dengan halal?” ia bertanya kepada saya. Banyak pandangan negatif terhadap pegawai Pajak saat itu –bahkan hingga kini. Saya bekerja di satu bank BUMN. Banyak nasabah dan teman seprofesi yang “curhat” tentang tindak-tanduk pegawai Pajak dan betapa ribetnya mengurus pajak –waktu itu, sebelum modern.

Kami melihat kenyataan bahwa saat itu ada pegawai pelaksana yang punya rumah dan mobil mewah. Abang seorang kepala seksi, dan kondisi itu yang membuat Abang sering memberi pengertian pada saya. Sebagai seorang istri pegawai Pajak, saya harus hidup sederhana dengan gaji sebagai PNS. “Jangan pernah terpengaruh dan mempengaruhi suami untuk mendapatkan sesuatu yang tidak halal,” Abang memberi nasihat.

“Apa gaji yang ayah terima ini halal?” kembali ia gusar. “Nafkahilah keluarga ini dengan keringatmu. Bun percaya Ayah akan memberikan yang terbaik untuk kami,” jawab saya.

“Kira kira bagaimana jika Ayah keluar saja? Jadi guru ngaji,” tuturnya membulatkan tekad. Matanya berlinang. Saya pun ikut menangis saat itu.

“Ayah, apa gak mau lingkungan Ayah jadi lebih baik? Kalau Ayah mundur sekarang, gak ada perubahan di Pajak. Ayah harus mengubah kebiasaan itu. Pajak memerlukan orang seperti Ayah untuk bisa berubah. Ayah pasti bisa,” tutur saya menyambung percakapan waktu itu.

“Iya yah, Bun,” jawabnya. Kegelisahan itu akhirnya terjawab dengan modernisasi dan reformasi birokrasi DJP. Pada 2006, sampailah juga gelombang kantor modern di Jawa Tengah –waktu itu Abang dinas di Pekalongan.

Abang orang yang sangat sabar, tenang, tak banyak bicara. Malah terkadang tanpa ekspresi. Namun dalam diamnya, saya tahu ia tak diam. Selama kami bersama, belum pernah ia marah sekalipun. Ia laki-laki yang hangat dan update –selalu tahu semua hal. Diajak segala macam diskusi, pasti langsung nyambung apapun topiknya, apalagi soal agama. Keseimbangan itu yang kami teladani di rumah. Ia orang yang ngocol, kadang jail dan sangat romantis. Dengan gitar kesayangan, ia sering bernyanyi bersama anak-anak dengan kekonyolannya, melucu sampai tertawa terbahak-bahak. Itu semua momen yang kami rindukan.

Salah satu lagu pengantar tidur anak-anak yang sering dinyanyikan, “Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian,melainkan yang beriman dan yang beramal sholeh, ingat lima perkara sebelum lima perkara, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, hidup sebelum mati…”

Loyalitas dan dedikasinya yang tinggi tak diragukan. Saya acungi jempol. Saya ingat, saat itu saya sedang hamil enam bulan anak pertama. Tatkala terkena pengristalan batu ginjal, ia masih bekerja larut hingga hampir pingsan di sebuah klinik di Pekalongan. Opname yang dianjurkan dokter tak dihiraukannya. Saat itu hari-hari akhir penerimaan SPT wajib pajak. Operasi “tembak” adalah solusi yang kami pilih karena bisa lebih cepat pulih dan tidak usah dilakukan pembedahan. Saran dokter, opname selama dua minggu. Namun, bedrest hanya bertahan tiga hari. Kala itu belum ada mesin absen fingerprint. Masih serba manual dengan tanda tangan. “Titip absen saja, kenapa?” saya saking kesalnya memberi saran. “Lagi sakit kok mikirin kerjaan, gimana bisa orang sakit kerjanya maksimal?”

Abang hanya tersenyum mendengar kekesalan saya. Alhasil, dengan keadaan yang masih lemas, ia tetap kerja. “Sakit itu ujian dari Allah. Harus kita nikmati,dan jangan mengeluh,” jawabnya simpel.

Tiga tahun tugas di Pekalongan dilalui dengan baik. Lalu, Abang mutasi ke Palembang. Satu sisi lebih jauh dengan kami. Tapi di sisi lain, lebih dekat dengan kampung halamannya. Alhamdulillah, Agustus 2010, kami didekatkan. Abang mutasi di Kantor Pelayanan Pajak BUMN, kantor pajak dengan penerimaan terbesar, yang perlu effort lebih tentunya. Saya hanya bisa berdoa agar setiap langkah yang Abang ambil adalah yang terbaik. Saya dan Ibunda tercinta –mertua saya–
mengkhawatirkannya. Semoga ia selalu sehat dan jauh dari “godaan”. Setiap minggu Ibunda selalu mengingatkan, “Mael, hati-hati dalam setiap memutuskan sesuatu. Jadilah orang yang jujur dan jangan sampai tergoda dengan duniawi ya.”

“Kenapa suamimu gak minta pindah di Bandung saja? Kan bisa lewat Si Anu. Yah, minimal setor satu Kijang lah,” salah satu teman saya yang suaminya juga di Pajak mengipas-kipasi. Saya tak tahu maksud ucapannya, apakah ia bercanda atau serius.

Dan seperti biasanya, ia hanya tersenyum saat saya ceritakan hal itu. “Sudah, gak usah dipikir. Allah punya rencana yang lebih indah untuk kita. Yah kita berdoa saja. Sekarang Pajak sudah modern udah gak perlu kayak gitu lagi kok. Yang penting kerja kita bagus. Apapun yang kita lakukan karena Allah. Malah jadi ibadah kan?”

Ketika kasus Gayus terekspos, tentu ini mengecewakan banyak pihak yang telah bekerja keras. Di satu sisi justru suami saya senang. “Pada akhirnya, biarlah yang benar yang akan menang,” tuturnya. Di sisi lain, kita harus membuktikan bahwa tidak semua orang Pajak seperti Gayus. “Orang Pajak sekarang beda dengan yang dulu. Sudah modern, sudah tidak ada lagi ‘kebiasaan’ Itu,” tuturnya yakin. Secara tidak langsung saya pun ikut menjadi “jubir” bagi teman-teman di lingkungan saya.

Kebiasaan Abang yang lain adalah ingin perfeksionis. Ia ingin segala hal sempurna, rapi, dan sangat teliti. Tak mau meninggalkan cela pada pekerjaannya. Contoh kecil saja, saya kalah bila harus menyetrika bajunya. Tanpa menyakiti hati saya, ia bilang lebih puas dengan hasil setrika sendiri.

Februari 2011, Abang mengemban amanat, jadi satu anggota tim yang menyusun sebuah buku coaching di Kantor Pusat. Ia siap mengutarakan sejumlah gagasan untuk penyempurnaan program itu. Sayang, dalam perjalanan menuju medan tugas itu, Abang menyongsong takdirnya. Satu titik dalam sebuah periode yang mengubah total kehidupan saya dan anak-anak.

* * *
DUA KALI KAMI tertunda berangkat haji. Pada akhir 2008, kami sudah siap. Namun, Abang mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang tugas dari Palembang menuju Jambi. Tabungan kami untuk Ongkos Naik Haji pun akhirnya terpakai untuk biaya mengganti mobil dinas Livina yang ringsek. Abang tak mau memanfaatkan fasilitas asuransi kendaraan kantor. Dia memilih bertanggung jawab sendiri. Uang bisa dicari, mungkin Allah belum berkehendak. Yang penting Abang selamat. Tahun 2009 pun kami lewatkan. Maklum, masih belum cukup biaya untuk melunasi. Hingga akhirnya, 2010, saya mantap naik haji. Berapapun biayanya. Apapun kendalanya. Saya berdoa, “Mudahkan ya Allah, kami ingin beribadah.”Alhamdulillah, ada jalan walaupun kami harus memanfaatkan pinjaman kantor saya. Itupun Abang masih ragu, “Bunda, apakah ini hak kita?” tanya Abang. Padahal, dengan gajinya sekarang, mungkin Abang bisa saja langsung melunasi ONH. Namun tidak demikian. Abang masih bersikeras dengan alasannya. Alhamdulillah akhirnya saya dapat memantapkan hati Abang. Dengan izin-Nya, kami bisa melunasi ONH dari hasil tabungan gaji pokok PNS, bonus, dan sedikit tambahan pinjaman. November, tiga bulan sebelum kehilangannya, berangkatlah kami berdua.
Sepertinya Allah sudah menyusun rencana dengan sangat indah. Empat puluh hari saya bersamanya di tanah suci adalah waktu yang sangat indah dan tak dapat saya lupakan. Selama kami berumah tangga dari awal menikah, kami belum bisa kumpul bersama. Saat itulah saya merasakan indahnya kebersamaan yang tak ingin terpisahkan. Sempurna rasanya sebagai istri yang bisa melayani dan mengurus suami. Begitupun Abang. Ia menunjukka keceriaan yang tak pernah saya lihat sebelumnya. Abang adalah tipe orang yang sangat perhatian dan romantis. Satu kali kami hendak salat dan saya berdiri di samping belakangnya. “Bunda salatlah di saf (barisan) perempuan.” “Tapi, Ayah… Bunda sendirian.” kebetulan saat itu suasana padat sekali di Masjidil Haram. Saya sempat mengelak.

“Berjihadlah, ayah bertanggung jawab mendidik Bunda dan anak-anak.” Sedih rasanya mendengar jawaban itu. “Bunda harus terbiasa sendiri,” sambung Abang.

“Kenapa, Yah?”
“Karena kita lahir sendiri. Mati pun sendiri.”
“Jangan bilang gitu yah. Anak-anak masih kecil.”
“Ada Allah yang menjaga anak-anak,” Senyumnya membuat hati saya merasa tenang dan yakin. Ternyata ini pesantren yang Allah berikan lewat ilmu agama yang baik dari Abang. Saya dapat pengetahuan banyak.Terima kasih ya Rabb, Kau telah memberikan kesempatan untuk kami dapat beribadah bersama. Sungguh, momen itu tak mungkin bisa terlupakan. Banyak nikmat yang kami terima sampai kami tiba ke tanah air dengan selamat. Hadiah terindah dari Tanah Suci, saya positif hamil.

Beberapa peristiwa merupakan pertanda yang tak saya sadari. Tanggal 9 Februari 2011, dua pekan sebelum hari celaka itu, kami nonton teve bareng. Ada berita tentang selebritis yang jadi politisi kehilangan suaminya –yang juga artis cum anggota Dewan. Sang istri menangis mengelus-elus nisan suami. “Kalau Bunda seperti itu gimana, ya Yah? Anak-anak masih kecil…” spontan saya nyeletuk dengan maksud bercanda.

Entah kenapa rasa humor yang seperti biasanya, hilang tergantikan dengan tausyiah. “Itu yang tidak boleh,” tuturnya tenang, “menangis, meratapi di pusara tidak baik. Yang diperlukan orang yang telah meninggal adalah doa dari yang masih hidup, bukan bunga yang wangi atau nisan yang indah. Saat Nabi Muhammad ditinggal istri tercinta Khadijah pun beliau merasakan kehilangan dan hanya berkabung tiga hari. Boleh menangis, asal jangan meratap.”

“Hidup di dunia hanya sementara, justru hidup setelahnya yang akan kekal. Perbanyaklah bekal untuk di akhirat. Tiada daya upaya manusia untuk mencegah bila Allah telah berkehendak untuk mengambil nyawa manusia. Jangan takut, Allah lebih dekat dari urat nadi kita. Banyak baca buku tentang agama, yah Bun. Biar tambah banyak ilmunya.”
Dengan senyuman khas yang menenangkan, Abang tak pernah seperti sedang mengajari bila ia sedang berbagi ilmu. Abang berujar, “Tolong jaga anak-anak. Didik agamanya dengan baik. Istikamahlah karena bila agamanya kuat dan takut kepada Allah, dia bisa menghadapi dunia dengan ilmu. Bukan dengan harta dan ingat Allah selalu tahu apa yang kita perbuat.”

* * *
SEMENJAK PULANG ZIARAH, Abang memperlakukan saya begitu istimewa. Mungkin karena saya sedang hamil. Saya begitu dimanjanya. Hingga Minggu malam itu (20/2)… Kehamilan dua anak sebelumnya, Abang tak pernah menuruti keinginan saya, sekalipun merajuk jika meminta sesuatu. Tapi malam itu… “Kita makan di luar yuk. Bunda pasti pengen apa deh. Kan lagi hamil muda. Ayo lagi kepengen apa?” ujarnya setengah memaksa untuk pergi. Akhirnya kami pergi makan di sebuah resto ikan bakar favoritnya. Karena lama tugas di Makassar, kuliner ikan wajib sebulan sekali buat kami. Abang memesan menu lebih banyak dari biasanya. Alasannya, bisa dibungkus untuk sahur. Alhamdulillah, Senin-Kamis tak pernah terlewatkan untuk puasa sunah. Apa ini yang disebut pertanda? Hendak berangkat ke resto, kami mendapati ban mobil kempes. “Bersyukur, Bunda. Kita keluar rumah nih. Ban kempes, kalo ketahuannya besok pagi, bisa-bisa Ayah kesiangan rapat di Kantor Pusat. Ayah yang menyiapkan ide, masak terlambat? Gak enak dong.”Lagi lagi dengan senyumanya.

Tengah malam, Kayyisah panas dan muntah. Rewel sekali. “Dede (panggilan Kayyisah) pengen tidur sama Ayah aja…. Pengen dipeluk Ayah… aku sayang Ayah. Ayah gak boleh kerja,” rengeknya. Abang pun membuka baju, dan memeluk Dede. Dan Alhamdulillah panasnya reda. Dede pun terlelap.

Pukul setengah tiga dini hari, kami bangun salat tahajud. Biasanya, kami selalu berjamaah. Setelah berdoa, kami berpelukan, saling meminta maaf. Ritual itu tak pernah absen kami lakukan sehabis salat. Tapi kali ini Abang minta salat sendirian. “Kita pisah yah. Ayah mau memperbanyak salat tahajudnya.”

“Kenapa?” pertanyaan itu mestinya saya ungkapkan. Tapi tertahan di hati saja.

Ikan bakar yang seharusnya jadi menu sahur tak Abang sentuh. Malah, Abang meminta buah. “Bun, tahu gak buah-buahan itu makanan di surga. Jadi Ayah cukup sahur dengan apel aja.” Saya tak bertanya, dua minggu terakhir ini Abang bertausyiah tentang kematian terus. Keanehan yang lain, Abang menitipkan Dede sama Mbak (pengasuh anak kami) berulang-ulang.

“Tak seperti biasanya, Bapak nyuruh jagain Dede berulang gitu. Kok kaya mau kemana aja,” ujar Mbak kepada saya. Jam 03.30 pagi. Saya dan Dafi mengantarnya hingga ke pool travel Xtrans di Metro Trade Center. Keanehan yang lain terjadi lagi. Abang tak mau memandang saya. Seperti orang yang sangat sedih mau pergi. “Ayah mau salat di mobil saja. Bun, hati-hati ya. Titip anak-anak,” itu kalimat terakhirnya. Biasanya Abang minta berhenti di rest area guna salat subuh.

Tepat pukul 04.30. Ring tone hape yang sengaja saya bedakan berbunyi. Abang menelepon saya. Sayang, tak sempat saya angkat karena rasa kantuk. Kami begadang karena Dede rewel semalaman. Seandainya saja saya bisa angkat telepon itu, mungkin saya bisa mendengar suaranya yang terakhir kali…

Pukul 04:35. Menurut catatan kronologis Jasa Marga, peristiwa di Tol Cipularang Jalur B Km 100 itu terjadi. Tabrakan karambol yang melibatkan satu truk, minibus travel, dan sebuah mobil, menewaskan tiga orang. Semuanya penumpang travel. Abang meninggalkan kami dalam keadaan puasa. Dan mungkin tengah mendirikan salat subuh. Dalam perjalanan memenuhi tugas.

Di mata saya, Abang wafat dalam jihad. Wallahualam –Tuhan yang punya ketentuan.

Allah punya kehendak lain. Allah lebih mencintai Abang daripada kami. Dia lebih berhak atas Abang daripada kami. Ajal, jodoh, dan rejeki hanya Allah yang tahu kapan dan di mana. Takkan pernah ada yang bisa menghalangi atau pun tertukar. Bila Allah telah berkehendak, tak ada yang mampu menahannya. Allah memberi kesempatan untuk saya agar lebih dekat dan banyak beribadah lagi. Insyaallah ini menjadi ladang ibadah.
Menyangkut kejadian ini, jangan ditanya rasa sedih. Yang saya rasakan hingga saat ini, air mata sepertinya tak bisa kompromi, seakan mendesak keluar, jika mengingatnya. Namun, saya ingat pesan almarhum. Saya tak boleh larut dipermainkan pikiran “seandainya-seandainya”. Itu semua sudah kehendak-Nya. Tak kurang dan tak lebih. Sudah begitu adanya. Hanya doa saya dan anakanak yang bisa kami berikan untuk kekasih kami… Ismail Najib.

Belakangan saya mengetahui bahwa di perjalanan, Abang sempat berkirim posting pada sebuah
grup teman kerja di Blackberry. Itu posting terakhirnya.

* * Feb 21 Mon 04:04 * *
Najib:
Dengar suara adzan selalu tdk dihiraukan atau nanti sajalah
Tp dengar suara HP woow .!! :p
Lgsung segera diambil,
Astgfirullahal’adzm. . : (

Baca Al-qur’an
Seperti orang mengeja
Tapi kalo baca bbm Buseett lancarnya,.:$
Astagfirullahal’adzm. .

Beli pulsa siapa takut !
tp kalo sedekah katanya kantong lg sekarat
Astagfirullahal’adzm. .

Pegang tasbih 1x dlm sethun
tp pegang HP dibawa selalu, walau tidur sekalipun.
Astagfirullahal’adzm. .

sama2 Insyaf yuuukk.!!! :p
Ada baiknya bbm ini disebarkan, mumpung grtisan, dan qm
pun mendapat pahala karna
saling mengingtkan sesama
* * *

SABTU (19/2), DUA HARI SEBELUM KEJADIAN, kami kontrol kandungan. Usia kandungan menginjak bulan keempat. Keinginan Abang untuk dikaruniai anak kembar putri membuat dokter Sofi geli dibuatnya. Tak seperti biasanya, dia ngebet ingin tahu apa jenis kelaminnya. “Perempuan atau laki-laki, Dok? Satu apa kembar Dok?”

“Bapak mau ke mana sih? Kayak mau pergi jauh aja. Banyak banget nanyanya. Masih empat bulan nih…”kata Dokter bercanda. “Pengen tahu, apakah doa saya makbul atau gak.” Setelah cek, diketahui calon anak kami rupanya perempuan. Tapi, “bukan kembar,” tutur Dokter. “Gak apa-apa. Tahun depan bikin lagi yah Bun,” jawabnya sambil melirik saya.
“Enak aja,” sahut saya bercanda. Rasa gembiranya tak bisa ditutupi. “Ayah makin semangat kerja nih,” ujarnya, masih dengan senyuman mautnya.

Sebulan kemudian, saya kembali kontrol. Kali ini… sendirian. Juga untuk lima bulan ke depan hingga melahirkan. Dan bertekad membesarkan anak anak saya sendiri. Ini masa yang sulit untuk saya bisa melaluinya. Kesedihan selalu saya tutupi. Dalam keadaan hamil besar sendiri tanpa suami. Betapa sesak rasanya, ujian ini begitu berat pikir saya. Terpuruknya saya seperti hilang separuh nyawa. Tapi rasa sayang pada Almarhum membuat saya bertekad harus bisa dan kuat!

Satu lagi yang membuat saya bangga, Abang tak pernah absen salat berjamaah di masjid. Sampaisampai di kompleks masjid kami, Al-Hasan, Abang disebut “Pak Ustad”. Para jamaah sudah tahu
kebiasaan Abang : paling lama berdoa setelah salat.
* * *

BAGAIMANA CARANYA? Apa saya sanggup membesarkan tiga orang anak ini? Menjaga dan mendidik mereka seperti wasiat Almarhum? Dan ternyata, perkataan Abang benar, “Allah yang menjaga.” Ini yang membuat kami bangkit menjalani kehidupan selanjutnya. Saya bersyukur, Abang mengajarkan “ilmu ikhlas”. Masih banyak ilmu yang diberikannya yang baru saya mengerti sekarang sepeninggal Almarhum . Ternyata keikhlasan berbalas pertolongan dari arah yang tak disangka.

Saya sempat down sewaktu mengurus segala sesuatu terkait hak suami saya. Sangat ribet. Banyak dokumen yang perlu dilengkapi. Proses di Kelurahan dan instansi lain cukup berbelit. Saya dihadapkan pada birokrasi yang sangat panjang tanpa kejelasan prosedur. Namun rupanya banyak uluran tangan yang membantu. Allah memberikan jalan kemudahan bila kita berpasrah dan ikhtiar. Saya bersyukur karena masih bisa bekerja. Kini, sayalah yang harus mencari nafkah demi anak-anak. Saya tak bisa membayangkan, bagaimana dengan keadaan istri yang sama dengan saya dan tidak bekerja?
Saya sangat berterima kasih kepada teman-teman seangkatan Abang (Mas Pank dan Mbak Tri).

Teman sepaguyuban telah banyak membantu dan memberikan support (baca boks “Pak Najib di Mata Mereka” –peny). “Apakah saya berhak menerima ini? Jika memang berhak, Alhamdulillah,” saya bertanya kepada Mas Iwan, perwakilan teman seangkatan Abang, yang menyerahkan santunan. Biaya sekolah Dafi juga terbantu berkat mereka. Terus terang, saya kaget dan bersyukur, sepertinya saya tak sendiri. Ada keluarga baru yang menemani kami.

Saya juga berterima kasih kepada teman-teman sekantor Abang. Mbak Rini (Ibu Dwi Setyorini, Kasubag Umum –peny) dan tim Waskon mengurus pencairan hak-hak almarhum. Sejak Februari, baru Oktober ini selesai. Pak Joga (Bapak Joga Saksono, Kasi Pengawasan dan Konsultasi –peny), serta Pak Yond Rizal (Kepala Kantor –peny). Kepala Kantor yang telah mengusulkan Abang memperoleh predikat anumerta. Status anumerta menegaskan bahwa Abang mangkat sewaktu menjalankan tugas.
* * *

TAK ADA YANG BANYAK BERUBAH dari rumah ini. Kecuali tinggi lantai yang terpaksa saya naikkan 50 cm. Maklum, dua tahun terakhir, tiap hujan turun, kompleks kami dilanda banjir. Air masuk hingga semata kaki. Rencana menambah tinggi lantai sempat saya utarakan. Itu pun saya lakukan karena masa kelahiran si bungsu kian dekat. Kasihan si kecil. Namun pesan mendiang tetap terngiang, “Bagaimana dengan perasaan para tetangga? Kalau rumah kita tinggi sendiri,
bagaimana dengan mereka? Kita jangan egois, Bunda.” Bahkan, untuk mengganti cat dinding yang baru, Abang harus tengok kiri-kanan dulu.

Pernah ada teman nyeletuk, “Gue aja udah punya rumah tiga. Suami lu kan Kasi.rumah dipinggiran ” Mendengar hal itu, nasihat beliau sederhana, “Gak usah ngiri. Kita harus bangga dengan apa yang kita punya.syukuri yang ada, Jangan harap suamimu akan mengambil sesuatu yang lebih dari haknya.” Yah, rumah ini sejak kami beli dan tempati pada akhir 2005, masih harus kami cicil hingga 10 tahun ke depan.

Tak ada yang banyak berubah dari rumah ini. Pigura mungil foto perkawinan kami masih terpajang. Kami memakai sepasang baju dan kebaya biru nyala segar. Dua buah foto kami berdua, saling berpelukan dan tersenyum juga masih ada. Foto keluarga, waktu itu masih dua anak, kami kompak memakai putih-putih, bertengger manis. Ada juga foto Dafi, alangkah gagahnya ia, saat wisuda TK Al-Biruni angkatan 2010-2011. Si sulung juga mempersembahkan piala Juara Kedua Lomba Gerak dan Lagu Geordase TK se-Kecamatan Penyileukan 2011. Di atas meja belajar Dafi dalam kamar, senantiasa berdetak jam dinding warna biru dari KPP Madya Palembang.

Semuanya masih ada pada tempatnya, seperti saat Abang masih bersama kami. Tak ada yang berubah… kau selalu di hati kami. Minggu malam itu, sebelum berangkat menjemput takdirnya, Abang menulis surat di buku Dafi dengan tinta ungu.

SURAT untuk:
Dafi jagoan ayah

Dafi, ayah mau berangkat kerja dulu ya.
Abang jagain bunda sama dede yah.

Abang emam nya yang banyak ya..
jangan lupa minum susu dan sikat gigi
kalau mau bobo.

Belajar yang rajin
jangan lupa belajar solat.

da dah Abang…
peluk sayang
dari ayah
(Ayah Najib)
ttd

Tak akan ada yang berubah dari rumah ini. Kecuali anak -anak yang bertambah besar. Anak-anak tetap ceria. Bermain bersama teman mereka di depan televisi di ruang tengah. Saya tak mau menangis di depan mereka, tiap kali mengingat Abang. Kalau kepergok Dafi, dia mengingatkan, “Bunda nangis ingat Ayah yah? Kata Bu Guru, kalau teringat ayah kita mesti berdoa, Bunda. Ayah sudah di surga, Bunda. Berarti Ayah sudah berkumpul dengan Nabi Muhammad. Kan masih ada Abang (panggilan Dafi), Kaka (panggilan Kayyisah setelah punya adik) dan Dede. Kita berjuang bersama-sama, ya Bun. ” Saya takjub mendengarnya. Anak seusia Dafi sudah bisa bertutur seperti itu.

Satu lagu sering dinyanyikan Almarhum untuk saya. Dan sekarang saya persembahkan untuk beliau: “Takkan Terganti”. Reff: “Meski waktu datang dan berlalu hingga kau tiada bertahan semua tak kan mampu merubahku hanyalah kau yang ada direlungku hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta kau bukan hanya sekedar indah kau tak akan terganti…”

Delapan bulan sudah berlalu tanpa kehadirannya,Yah memang tak ada yang banyak berubah dari rumah ini begitupun dengan hati kami, Kami ingin sekadar menganggap Abang sedang berangkat kerja. Hanya, Ayah masih belum kunjung pulang. Selamat jalan Ayah akan kubesarkan dan kudidik anak kita seperti yang kau inginkan,semoga Allah selalu melindungi kami dan Semoga kita dapat berkumpul di surga kelak. Kau akan selalu ada bersama kami Peluk sayang kami yang menyayangimu,
Bandung, Oktober 2011

Pak Najib di Mata Mereka
Kolega, kawan karib, dan teman seangkatan memberi testimoni soal seorang Ismail Najib. Tim Buku Berkah mewawancarai mereka. Agus H Purnomo, moderator milis dan Sekretaris Paguyuban Sembilan Lima Satu Hati (Slash)
“Kami, teman seangkatan penerimaan dari Sarjana tahun 1995, tentu kehilangan salah satu orang terbaik. Ia punya jiwa kepedulian yang cukup tinggi. Tulisan posting beliau di milis bermanfaat, berisi nasihat. Bahkan posting terakhirnya.
Paguyuban ini terbentuk dengan misi sosial sebagai solidaritas terhadap kawan yang mendahului kami. Mereka punya keluarga. Dan anak-anak mereka adalah putra-putri kita juga. Kami berkomitmen memberi santunan beasiswa tiap bulan kepada anak teman yang wafat, sejak usia SD hingga SMA kelak. Lebaran kemarin, kami juga berbagi rasa dengan anak-anak tersebut. Dana kami kumpulkan dari iuran bulanan. Sejak Juni 2008, kami melembagakan paguyuban ini jadi Yayasan.

Tapi, kami tetap netral. Ini bukan wadah gerbong-gerbongan angkatan tertentu. Awalnya, kami berjumlah 641. Perkembangannya, ada teman yang resign dari DJP atau Kementerian Keuangan. Anggota kami tinggal 594. Walau bagaimanapun, kami tetap satu ikatan keluarga besar. Sebelum Najib, tiga teman sudah dipanggil –berarti kini kami kehilangan empat sahabat. Namun kami baru menyantuni enam anak dari tiga teman. Kami masih menelusuri keberadaan keluarga alm. Muji Haryadi. Muji resign dari DJP, sempat mengajar di UIN. Kabar terakhir dia ambil S3 di IPB, meninggal pada 2009. Anak-anak beliau juga berhak mendapat santunan seperti lainnya.”

Ahmad Rivai, teman satu kelas kawan sekamar
“Kami bareng di Diklat Pajak Terpadu. Belajar juga bareng. Najib sering menjadi imam salat – orangnya khusyuk. Dia awalnya di KPP Tanjung Priok dan saya di Jatinegara. Kami satu kantor di Kelapa Gading ketika menjadi Kasubsi (Eselon V). Saya di Orang Pribadi sedangkan Najib di Pengolahan Data dan Informasi. Waktu itu masih dikenal bagian “basah” dan “kering”. Data termasuk yang “kering”. Tapi Najib tak pernah mempermainkan kewenangan demi keuntungan pribadi. Setiap kami butuh data, dia selalu respon dengan cepat dan penuh tanggung jawab. “Data ini harus dimanfaatkan untuk penerimaan negara,” kata dia. Orangnya bersih, lurus, jujur, smart, bersemangat. Terus terang, saya iri atas semua kebaikannya.

Promosi menjadi Kasi (Eselon IV), kami berpisah. Najib di Makassar, saya di Purwakarta. Di sana, Najib tinggal selama lima bulan di rumah mertua saya. Setelah empat tahun, dia pindah Pekalongan. Lalu, kami bertemu kembali di Palembang. Orang yang pertama kali dihubungi adalah saya. Dia di KPP Madya, saya di Kanwil Sumatra Selatan. Kami satu kamar di rumah dinas KPP Palembang Ilir Timur. Dia selalu membangunkan saya salat tahajud maupun subuh. Mutasi lagi, saya di Madya Bekasi dan dia di BUMN. Baru-baru ini saya bermimpi, dia dimandikan sebelum dikuburkan. Tapi dia bangun dan menyapa saya, “Apa kabar?” Banyak kawan mempersamakan saya itu Najib dan Najib adalah saya. Saya menangis mengenangnya.”

Joko Widodo, Account Representative KPP BUMN
“Saya salah satu bawahan beliau di Seksi Pengawasan dan Konsultasi I. Setiap mendengar azan, Pak Najib langsung berhenti mengerjakan segala hal. Lalu bergegas ke masjid. Mestinya semua pegawai muslim mencontoh itu.”

http://sepedakwitang.wordpress.com/2011/12/08/kekasihku-pergi-saat-berjihad-kisah-pegawai-pajak/

Senin, 04 Oktober 2010

Kisah Cinta Si Gadis Miskin

Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.

Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?

Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.

Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.

Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?

Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya wanita lain?

Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan materi agar si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.

Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta pernikahan dan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di tempat si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha bila melihat gaun tersebut.

Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan karena gaun itu, tetapi karena beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.

Bila gaun yang indah itu dipakai Muha, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang alami menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.

Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh karena itu gaun itu masih ditinggal di tempat si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta keringanan dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha bangun lebih cepat dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.

Si pemuda menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun tersebut agar ia dapat mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke tempat penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan bahagia dan gembira akan acara tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.

Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut keluar dari badan jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu mobil ambulans datang dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit mengabarkan bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke rumah padahal sudah sangat terlambat.

Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan sebab keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya agar memberitahu si pemuda bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.

Beberapa menit kemudian datang berita kematian si pemuda di rumah sakit dan setelah itu datang pula berita meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.

Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.

Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?

(SUMBER: Serial Kisah Teladan, Muhammad bin Shalih al-Qahthani, seperti dinukilnya dari Mausu’ah al-Qishshash al-Waqi’iyyah dengan perubahan semestinya, Penerbit DARUL HAQ, telp.021-4701616)

www.alsofwah.or.id

Sabtu, 18 September 2010

Menuju Kemakmuran Selanjutnya

Memang sangat menyedihkan bila mendengar tentang nasib orang yang menyerah di tengah jalan – karena tidak tahan terhadap tantangan. Namun ada hal yang lebih tragis, yaitu orang yang menyerah – justru setelah memenangkan pertarungan.

Saat kemakmuran tiba – hendaknya jangan hal itu menjadikan anda lemah. Nikmati datangnya setiap hari, baik dalam susah maupun senang. Jadikan setiap bagian hidup anda berarti. Dan untuk itu anda harus tetap bertekun. Sekalipun dalam keadaan berkecukupan.

Apakah anda yakin dapat mencapai keadaan dimana anda tidak perlu lagi pergi kerja…? Tentu saja, sangat menyenangkan bila anda tidak perlu lagi menunggu-nunggu tanggal gajian. Tetapi hal itu seharusnya tidak mengubah anda untuk TETAP membuat perubahan dalam hidup. Hidup anda menjadi berarti – bukan dengan cara melarikan diri dari tantangan dan tanggung jawab, melainkan dari membuat tantangan yang lebih besar dan lebih berarti.

Jangan jadikan kemakmuran sebagai alasan untuk menyerah atau berleha-leha – melainkan gunakan hal itu sebagai pijakan untuk mencapai hal yang lebih tinggi. Tantang diri anda. Tetaplah sibuk – bekerja dan berusaha. Buat perbedaan. Karena anda tidak ingin kalah setelah menang.

Dari Milist Sarapan

Sumber: Resensi.net

Ingin sukses berbisnis? Jauhi Sifat-Sifat Ini

Menjadi seorang pengusaha bukan hal yang mudah. Selain skill, anda perlu memiliki mental yang kuat sehingga usaha anda mampu terus bertahan dan berkembang.

Berdasarkan studi, hampir kebanyakan usaha runtuh dalam kurun waktu lima tahun pertama.Ketidakmampuan bisnis-bisnis itu bertahan dalam lima tahun pertama antara lain disebabkan karakteristik-karakteristik mental para pemiliknya, yang perlu anda pahami dengan baik dan jauhkan dari diri anda.

Tidak Sabar dan Meledak-ledak

Pengusaha yang memiiki sifat tidak sabaran dan meledak-ledak akan bertindak sembrono. Orang-orang seperti ini adalah contoh orang yang tidak memiliki ketenangan dalam tingkat yang membahayakan usaha. Mereka tidak memiliki kewaspadaan dan mengambil keputusan hanya berdasarkan reaksi sesaat. Ketika menemui masalah, orang yang memiliki sifat ini tidak berupaya melakukan penyesuaian-penyesuaian, tetapi mengambil jalan pintas untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Padahal, untuk bisnis yang masih dalam tahap inkubasi, diperlukan langkah-langkah yang hati-hati, pelan tapi pasti.

Terlalu Percaya Diri

Pengusaha yang terlalu percaya diri tidak mampu melihat kemampuan dirinya secara nyata dalam menggerakkan dan menjaga kesinambungan perkembangan bisnisnya. Mereka juga tidak memiliki kewaspadaan dan mengabaikan peringatan-peringatan karena merasa terlalu percaya bahwa tidak ada satupun masalah yang dapat mengganggu usahanya. Pengusaha seperti ini juga terlalu berlebihan menilai kekuatan rencana bisnisnya, kemampuannya untuk mendapatkan dana, dan berlebihan memperkirakan permintaan atas produk atau jasanya.

Masa Bodoh

Beberapa pengusaha tidak memiliki patokan yang jelas dari mana mereka harus memulai usahanya. Hasilnya, mereka tidak terbiasa dengan pasar tidak berpengalaman menjalankan sebuah bisnis dan masa bodoh mengenai kebutuhan-kebutuhan kewirausahaan seperti kondisi keuangan, ketahanan fisik dan sikap emosionalnya. Anda tidak boleh masa bodoh, mau tidak mau anda harus benar-benar mempelajari setiap aspeknya sekecil apapun. Tahukah anda, kegagalan mengetahui secara pasti setiap aspek dari usaha bisnis, atau kegagalan menimbang investasi pribadi yang dibutuhkan adalah kesalahan yang kelak harus anda bayar mahal.

Mental Tempe

Pengusaha yang memiliki “mental tempe” mudah menyerah ketika menghadapi tantangan atau kemunduran. Mereka tidak memiliki ketangguhan untuk terus berjalan dalam keadaan sulit sekalipun. Inilah yang membedakan antara pengusaha sukses dan pengusaha gagal. Dalam sejarah, hampir setiap pengusaha yang sukses melewati masa-masa sulit sebelumnya. Mereka yang tetap berada dalam bahtera dan melanjutkan mimpi-mimpinya adalah mereka yang berhasil.

oleh Hary
Sumber: Resensi.net

Kamis, 16 September 2010

Pelajaran Dari Penambang


Ada beberapa penggali tambang. Setiap hari mereka bekerja dalam tambang. Karena tambang itu kaya mineral alam, maka sudah beberapa tahun mereka tak pernah pindah tempat kerja. Jadi bisa dibayangkan bahwa semakin digali tambang tersebut semakin dalam. Hari itu mereka berada di dasar terdalam dari tambang itu.

Secara tiba-tiba semua saluran arus listrik dalam tambang itu putus. Lampu-lampu semuanya padam. Gelap gulita meliputi dasar tambang itu, dan dalam sekejap terjadilah hirup pikuk di sana. Setiap orang berusaha menyelamatkan diri sendiri. Namun mereka sungguh kehilangan arah. Setiap gerakan mereka pasti berakhir dengan benturan dan tabrakan, entah menabrak sesama pekerja atau menabrak dinding tambang. Situasi bertambah buruk disebabkan oleh udara yang semakin panas karena ketiadaan AC.

Setelah capek bergulat dengan kegelapan, mereka semua duduk lesu tanpa harapan. Satu dari para pekerja itu angkat bicara: ‘Sebaiknya kita duduk tenang dari pada secara hiruk-pikik mencari jalan ke luar. Duduklah secara tenang dan berusahalah untuk merasakan hembusan angin. Karena angin hanya bisa berhembus masuk melalui pintu tambang ini.’

Mereka lalu duduk dalam hening. Saat pertama mereka tak dapat merasakan hembusan angin. Namun perlahan-lahan mereka menjadi semakin peka akan hembusan angin sepoi yang masuk melalui pintu tambang. Dengan mengikuti arah datangnya angin itu, mereka akhirnya dengan selamat keluar dari dasar tambang yang dicekam gelap gulita itu.

Sahabat......Bila bathin anda sedang gundah dan kacau, anda tak akan pernah melihat jalan keluar yang tepat. Anda butuh untuk pertama-tama menenangkan diri. Hanya dalam keheningan anda bisa melihat pokok masyalah secara tepat, serta secara tepat pula membuat keputusan.

Sumber :
http://iphincow.wordpress.com/2012/08/01/pelajaran-dari-penambang/

Selasa, 14 September 2010

Jangan Hanya Melihat Ke Atas

Tidak baik jika kita menutup-nutupi
kelemahan dan kegagalan dengan
banyak alasan. Terimalah, dan hadapilah
kegagalan itu sebagai pengalaman dan
pelajaran berharga, agar bisa jadi
pedoman dan tuntunan untuk mencapai
kemajuan dan keberhasilan yang lebih
berarti di kemudian hari.

Kita tahu bahwa dunia ini selalu
berputar. Adakalanya manusia ada di
bawah, atau sebaliknya ada di atas.

Ada orang bertanya kepada saya,
bagaimana dengan kenyataan yang
sering kita lihat begitu banyak
orang-orang yang selalu di bawah?

Bukankah mereka juga tinggal di bumi
yang sama dengan orang-orang yang
mampu dan kuat berada di atas? Sering
kita lihat orang-orang yang sudah di
atas malah semakin ke atas.

Temanku, pandangan itu semua
hanyalah ironi. Kita tidak pernah
tahu apa yang terjadi pada mereka
yang sudah ada di atas. Kebanyakan
di antara kita melihat mereka yang di atas
selalu dari 'materi' atau jabatan.
Namun percayalah, setiap orang
mengalami pasang surut.

Belajarlah dari orang-orang yang
sudah ada di atas, dan orang-orang
yang berada di bawah. Jangan hanya
melihat ke atas.

Banyak pelajaran yang bisa diambil
dari keduanya, yang bisa engkau
jadikan bekal tuk menjadi pribadi
yang luhur bijaksana, sukses lahir
dan batin.

Pepatah mengatakan:

"Kebesaran seseorang tidak terlihat
ketika dia berdiri dan memberi
perintah. Kebesaran seseorang akan
terlihat ketika dia berdiri sama
tinggi dengan orang lain, dan
membantu orang lain untuk
mengeluarkan yang terbaik dari diri
mereka untuk mencapai sukses" - Prof.
G. Arthur Keough

Janganlah suka cari alasan untuk
menutupi kegagalan. Sebaliknya,
carilah terus 'cara' untuk menggapai
keberhasilan.

Salam hangat dari sahabatmu,
~ Ahira

Jumat, 10 September 2010

Ilmu Dan Ketrampilan Bisnis

ADA banyak alasan mengapa kita memulai bisnis. Namun ada tiga alasan utama yang membuat kita mau memulai bisnis. Tiga alasan itu adalah Financial Freedom, Passive Income, dan More Time.

Financial Freedom,

kita memulai bisnis karena keinginan kita untuk terbebas dari masalah keuangan dan keterbatasan kemampuan keuangan. Kita ingin mampu memiliki segala sesuatu sesuai dengan keinginan, misalnya ingin membeli rumah bagus, kendaraan, atau baju bagus tanpa harus menunggu saat ada diskon. Atau ingin makan di restaurant favorit bersama keluarga dan bebas memilih makanan kesukaan tanpa harus melihat besaran angka yang ada di sebelah kanan menu yang kita inginkan.

Passive Income,

dengan memilili bisnis kita membayangkan akan memiliki penghasilan tanpa harus selalu bekerja untuk mendapatkannya. Kita ingin bisnis yang kita miliki mengirimkan uang secara terus menerus. Ingin memiliki pendapatan yang terus mengalir selagi kita berlibur, selagi kita bepergian, bahkan kalau perlu selagi kita tidur.

More Time,

hampir sebagian besar orang yang memulai bisnis membayangkan akan memiliki waktu yang lebih fleksibel. Tidak seperti ketika masih menjadi pekerja yang sangat terikat dengan aturan dan disiplin, harus masuk sesuai jam kerja lima hari dalam seminggu, bahkan kadang - kadang harus masuk di hari libur. Dengan memiliki bisnis sendiri kita berharap bisa berlibur kapan saja, mengantar dan menjemput anak ke sekolah, pulang kampung (buat saya sesuatu yang istimewa), atau mau melakukan apapun kapan saja tanpa harus izin sakit, izin ke ini, izin ke itu yang tidak menyenangkan sama sekali.

Setelah kita memulai berbisnis, hampir semua entrepreneurs yang saya jumpai dan termasuk saya tentunya pada awal - awal saya berbisnis, bukannya mendapatkan tiga hal di atas malah justru semakin jauh dari yang kita harapkan. Bukan Financial Freedom yang kita dapatkan malah semakin hari semakin banyak utang yang kita gali, bisnis seolah-olah tak pernah henti-hentinya membutuhkan tambahan modal.
Bulan lalu kita menyuntik dana, bulan ini tak terhindarkan lagi kita harus mencari utang kesana kemari untuk menutupi cash flow, kalau tidak kita tutupi maka karyawan tidak gajian, maka supplier tidak akan mengirimkan lagi barangnya kepada kita, dan begitulah terus tanpa ada hentinya sehingga hutang semakin dalam.

Passive Income? Kita sudah lupa lagi bahwa kita pernah membayangkan memiliki passive income dari bisnis, karena setiap hari kita selalu disibukkan dengan berbagai persoalan. Bulan lalu penjualan merosot sehingga bulan ini kita harus fokus untuk membenahi penjualan. Ketika penjualan mulai kita tangani dan membaik muncul masalah piutang yang membengkak sehingga cash flow kita terganggu. Besok, inventory kita yang terlalu tinggi dan macet di gudang, dan lagi- lagi cash flow selalu menjadi masalah.

Kita jadi frustasi karena tim kita sangat tergantung dengan kita, tidak bisa memutuskan sendiri, tidak ada inisiatif, harus selalu kita kejar-kejar, bahkan banyak perintah-perintah kita yang tidak berjalan atau tidak dijalankan. Bukannya passive income yang kita dapat tetapi very very very active income yang ada.

Setelah berbisnis, bukan More Time atau waktu berlebih yang kita dapatkan, kita bahkan sudah tidak bisa lagi pulang sore seperti ketika kita menjadi pegawai dulu. Sabtu dan minggu kadang kadang harus mengurusi bisnis, waktu untuk keluarga terganggu, libur menjadi barang mahal bagi kita. Ketika menjadi pegawai, kita senang kalau ada tanggal merah. Namun, setelah jadi entreprenuer justru sebaliknya, sebal kalau ada tanggal merah, karena yang lain libur kita tetap memikirkan pekerjaan sendirian.

Banyak entrepreneur yang kehilangan orientasi dalam berbisnis karena semakin peliknya situasi, semakin dalamnya permasalahan dan semakin kompleksnya proses bisnis yang dihadapi seiring dengan bertumbuhnya bisnis yang dimiliki. Umumnya entrepreneur memulai bisnis dengan bekal semangat dan mimpi besar, dan terus demikian semakin lama bisnisnya bertumbuh tanpa mengimbangi dirinya dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan dalam berbisnis secara memadai.

Kalau kita lihat berbagai profesi yang ada dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, menjadi dokter, pengacara, dosen, guru, bahkan tukang kayu, tukang las, ataupun pengemudi, semuanya memerlukan bekal pengetahuan dan keterampilan. Pengemudi perlu pengetahuan tentang jalan-jalan, pengetahuan tentang kendaraan yang dibawanya, dan juga perlu keterampilan dalam mengemudi, menghadapi kemacetan, melewati jalan menanjak, dan memberhentikan kendaraannya dengan aman.

Demikian juga dengan entrepreneur, kita tidak dapat membangun bisnis sesuai dengan keinginan kita tanpa pengetahuan dan keterampilan, membangun bisnis yang menjadi mesin pencetak uang bagi kita, bisnis yang jalan tanpa setiap saat mengharuskan kehadiran kita, dan bisnis yang bisa mengantarkan kita meraih impian-impian kita.

Pengetahuan dan Keterampilan, itulah kuncinya. Menjadi entrepreneurs dituntut untuk selalu menuntut ilmu dan belajar, tidak hanya belajar dari pengalaman kita sendiri tetapi juga harus belajar dari pengalaman orang lain, dengan membaca buku, majalah, atau mencari mentor dari entrepreneur yang sudah berhasil membangun bisnis. Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang kita miliki sebagai entreprenuer kita akan terhindar dari berbagai persoalan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Sumber : Pondokcerita.com

Bagaimana Mengemas Hidup

Bagi sebagian orang pemasaran identik dengan sales/tenaga penjual. Apabila mendengar kata pemasaran, pikiran langsung melayang pada sosok sales, membawa barang dagangan di kanan kiri motor, menawarkan produk sana sini, dikejar-kejar target,wuah, pasti dalam hati langsung berkata “No!!!!masa sekolah tinggi-tinggi hanya jadi sales”. Hal ini didukung dengan para orang tua yang menanamkan bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak-anak mereka nantinya sebagai bekal menjadi orang kantoran, duduk di belakang meja, ruangan ber-ac plus gaji gede. Wuah, impian semua orang kalau memang harapan tersebut bisa semuanya terkabul. Tapi ??benarkah kenyataan itu dirasakan. Banyak sekali keluhan-keluhan yang mampir di telinga penulis. “Pekerjaan hanya di kantor, ruangan ac tapi kenapa gak bosan-bosannya aku dihinggapi rasa cemas ??” seorang teman datang sambil mengeluh. “ Perlu refreshing, mungkin bisa membuatmu tenang!!” saran saya. “Sama saja, lagian mana ada waktu buat refreshing toh sepulang dari refreshing juga kayak gini lagi”. Senyum dan doa semoga kawan saya tersebut menemukan solusi yang tepat bagi dirinya sendiri. Sedikit kejam mungkin sebagai kawan saya tidak membantu apa-apa, sekedar saran refreshing semua orang pasti bisa. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa saya berharap kawan saya menemukan solusi yang tepat bagi dirinya sendiri merupakan hal yang paling tidak mudah. Tapi itu adalah kunci dari semua yaitu DIRI SENDIRI.
Coba kita renungkan. Saat kita bayi, bukankah belajar tengkurap adalah kemauan kita sendiri karena ingin punya variasi gerak selain telentang sambil terkekeh kekeh apabila ayah dan ibu menggoda dengan mainan kesukaan kita. Kemudian ketika kita belajar berjalan, itu juga kemauan kita sendiri. Mulai dari berpegangan pada tepian meja lalu berdiri kemudian berjalan, tiba-tiba Gubrakk!!ibu menjerit. Tapi kita tetap pantang menyerah, terus dan terus belajar hingga bisa berlari menikmati luasnya dunia ini. Masih banyak lagi hal-hal yang seringkali tidak kita sadari telah kita lakukan hingga saat ini. Saya rasa tentang diri sendiri cukup anda sendiri yang bisa memahami. Ada baiknya kita kembali ke topik pemasaran. Ternyata sebagian besar hidup kita, terdiri atas peristiwa yang berkaitan dengan pemasaran. Entah anda setuju atau tidak sebagai contoh kawan saya tadi, dia menjual kemampuan dan ilmu pengetahuannya untuk pekerjaan di kantor, ruangan ber-ac, gaji gede bahkan menjual waktu refreshingnya demi mendapatkan satu kata cemas. Kadang saya sendiri juga bingung, kalau dikategorikan sukses, saya bukan orang sukses. Kalau dikategorikan sebagai penulis, saya cuma iseng-iseng saja di waktu longgar. Tapi apakah saya juga harus kejam pada hidup saya, haruskah saya menjual hidup dan hanya mendapatkan kecemasan. Anda mungkin juga sependapat dengan saya, semoga.
Kalau begitu dalam keseharian kita jadi pemasar??jadi sales dong??kalau saya jawab bukan,jelas saya pembohong publik dan saya tidak mau jadi pembohong yang menjual rayuan. Pasti anda berkata dalam hati, menjual lagi, menjual lagi. Apa benar sehari-hari menjadi sales bagi diri kita sendiri ?? Mungkin itu jawaban yang lebih bijak buat kita semua sehingga pandangan tentang pemasaran tidak lagi mengarah hanya pada sales (tenaga penjual) tapi lebih kepada aplikasi dalam kehidupan yang lebih luas cakupannya.
Bukan penulis ingin memberikan pledoi terhadap pemasaran tetapi apa yang dibahas di atas hanya untuk membukakan cakrawala tentang pemasaran sehingga nantinya kita tidak lagi menjual hidup kita pada hal-hal yang tidak perlu bahkan mungkin merusak diri kita sendiri.
Penulis memberi judul artikel ini HOW to PACKAGE (Bagaimana Mengemas) sehingga kita bisa mengatur hidup lebih bermakna bukan sekedar kemas jual. Semua orang bisa mengemas tapi mengemas yang berkualitas belum tentu semua orang mampu.
Dengan sudut pandang/cakrawala yang telah terbuka luas kita dapat meraba-raba hidup kita mulai dari bangun tidur, beraktivitas sampai dengan tidur lagi. Percaya atau tidak dalam rangkaian satu hari beraktivitas anda dan saya banyak melakukan kegiatan mengemas dan tentunya menjual. Sebagai contoh saat bangun tidur kemudian mandi dan berganti baju, ini adalah contoh sederhana yang menjadi rutinitas kita sehari-hari. Kegiatan sesederhana itu kita lakukan bukan tanpa tujuan, salah satunya agar kita tampak menarik. Usaha untuk tampak menarik adalah cara kita mengemas diri kita sehingga apabila nanti berkomunikasi dengan kawan atau orang-orang sepanjang perjalanan kita tampil penuh percaya diri tanpa rasa cemas. Lagi-lagi kata cemas, tapi jujur bila mengakui lebih sering hidup kita, kita jual pada kecemasan. Dengan kegiatan mengemas kita tampil percaya diri. Mengemas sendiri mendapatkan percaya diri. Simpel dan tidak ada kata-kata cemas di sana. Bukankah itu lebih baik. Secara sederhana memang gampang diuraikan tapi hidup kan bukan sekedar mandi, dandan terus pergi aktivitas ? mungkin itu yang menjadi pertanyaan anda. Tanpa perlu melotot, daripada bola mata mencolot. Coba kita cermati, bukankah dengan hal sesederhana itu kita bisa menikmati aktivitas kita. Bukankah dengan berdandan kita tampil percaya diri bahkan bila di kaca sering kita merasa paling tampan/cantik (bila di kaca). Itu baru yang sederhana untuk aktivitas biasa, bagaimana jika kita tiba-tiba mendapatkan kesempatan bertemu dengan Bapak Presiden. Pasti heboh luar biasa.
Ternyata kunci mengemas hidup adalah hal-hal kecil yang kita lakukan untuk diri kita sendiri dalam menghadapi kehidupan, seperti yang saya utarakan berupa doa untuk kawan saya tadi. How to Package your life, It’s all about yours. Bagaimana mengemas hidup anda, semuanya tergantung anda sendiri. Pilihannya mau menjual hanya kepada kecemasan atau pada percaya diri yang anda mulai dari diri sendiri. Saya hanya mengingatkan hal yang besar akan tiba jika anda mampu mengemas sendiri hal yang kecil dengan kualitas nomor 1, dipadu dengan rasa syukur kepada Tuhan menjadikan semuanya luar biasa. salam.

mengemas hidupBagi sebagian orang pemasaran identik dengan sales/tenaga penjual. Apabila mendengar kata pemasaran, pikiran langsung melayang pada sosok sales, membawa barang dagangan di kanan kiri motor, menawarkan produk sana sini, dikejar-kejar target,wuah, pasti dalam hati langsung berkata “No!!!!masa sekolah tinggi-tinggi hanya jadi sales”. Hal ini didukung dengan para orang tua yang menanamkan bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak-anak mereka nantinya sebagai bekal menjadi orang kantoran, duduk di belakang meja, ruangan ber-ac plus gaji gede. Wuah, impian semua orang kalau memang harapan tersebut bisa semuanya terkabul. Tapi ??benarkah kenyataan itu dirasakan. Banyak sekali keluhan-keluhan yang mampir di telinga penulis. “Pekerjaan hanya di kantor, ruangan ac tapi kenapa gak bosan-bosannya aku dihinggapi rasa cemas ??” seorang teman datang sambil mengeluh. “ Perlu refreshing, mungkin bisa membuatmu tenang!!” saran saya. “Sama saja, lagian mana ada waktu buat refreshing toh sepulang dari refreshing juga kayak gini lagi”. Senyum dan doa semoga kawan saya tersebut menemukan solusi yang tepat bagi dirinya sendiri. Sedikit kejam mungkin sebagai kawan saya tidak membantu apa-apa, sekedar saran refreshing semua orang pasti bisa. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa saya berharap kawan saya menemukan solusi yang tepat bagi dirinya sendiri merupakan hal yang paling tidak mudah. Tapi itu adalah kunci dari semua yaitu DIRI SENDIRI.

Coba kita renungkan. Saat kita bayi, bukankah belajar tengkurap adalah kemauan kita sendiri karena ingin punya variasi gerak selain telentang sambil terkekeh kekeh apabila ayah dan ibu menggoda dengan mainan kesukaan kita. Kemudian ketika kita belajar berjalan, itu juga kemauan kita sendiri. Mulai dari berpegangan pada tepian meja lalu berdiri kemudian berjalan, tiba-tiba Gubrakk!!ibu menjerit. Tapi kita tetap pantang menyerah, terus dan terus belajar hingga bisa berlari menikmati luasnya dunia ini. Masih banyak lagi hal-hal yang seringkali tidak kita sadari telah kita lakukan hingga saat ini. Saya rasa tentang diri sendiri cukup anda sendiri yang bisa memahami. Ada baiknya kita kembali ke topik pemasaran. Ternyata sebagian besar hidup kita, terdiri atas peristiwa yang berkaitan dengan pemasaran. Entah anda setuju atau tidak sebagai contoh kawan saya tadi, dia menjual kemampuan dan ilmu pengetahuannya untuk pekerjaan di kantor, ruangan ber-ac, gaji gede bahkan menjual waktu refreshingnya demi mendapatkan satu kata cemas. Kadang saya sendiri juga bingung, kalau dikategorikan sukses, saya bukan orang sukses. Kalau dikategorikan sebagai penulis, saya cuma iseng-iseng saja di waktu longgar. Tapi apakah saya juga harus kejam pada hidup saya, haruskah saya menjual hidup dan hanya mendapatkan kecemasan. Anda mungkin juga sependapat dengan saya, semoga.

Kalau begitu dalam keseharian kita jadi pemasar??jadi sales dong??kalau saya jawab bukan,jelas saya pembohong publik dan saya tidak mau jadi pembohong yang menjual rayuan. Pasti anda berkata dalam hati, menjual lagi, menjual lagi. Apa benar sehari-hari menjadi sales bagi diri kita sendiri ?? Mungkin itu jawaban yang lebih bijak buat kita semua sehingga pandangan tentang pemasaran tidak lagi mengarah hanya pada sales (tenaga penjual) tapi lebih kepada aplikasi dalam kehidupan yang lebih luas cakupannya.

Bukan penulis ingin memberikan pledoi terhadap pemasaran tetapi apa yang dibahas di atas hanya untuk membukakan cakrawala tentang pemasaran sehingga nantinya kita tidak lagi menjual hidup kita pada hal-hal yang tidak perlu bahkan mungkin merusak diri kita sendiri.

Penulis memberi judul artikel ini HOW to PACKAGE (Bagaimana Mengemas) sehingga kita bisa mengatur hidup lebih bermakna bukan sekedar kemas jual. Semua orang bisa mengemas tapi mengemas yang berkualitas belum tentu semua orang mampu.

Dengan sudut pandang/cakrawala yang telah terbuka luas kita dapat meraba-raba hidup kita mulai dari bangun tidur, beraktivitas sampai dengan tidur lagi. Percaya atau tidak dalam rangkaian satu hari beraktivitas anda dan saya banyak melakukan kegiatan mengemas dan tentunya menjual. Sebagai contoh saat bangun tidur kemudian mandi dan berganti baju, ini adalah contoh sederhana yang menjadi rutinitas kita sehari-hari. Kegiatan sesederhana itu kita lakukan bukan tanpa tujuan, salah satunya agar kita tampak menarik. Usaha untuk tampak menarik adalah cara kita mengemas diri kita sehingga apabila nanti berkomunikasi dengan kawan atau orang-orang sepanjang perjalanan kita tampil penuh percaya diri tanpa rasa cemas. Lagi-lagi kata cemas, tapi jujur bila mengakui lebih sering hidup kita, kita jual pada kecemasan. Dengan kegiatan mengemas kita tampil percaya diri. Mengemas sendiri mendapatkan percaya diri. Simpel dan tidak ada kata-kata cemas di sana. Bukankah itu lebih baik. Secara sederhana memang gampang diuraikan tapi hidup kan bukan sekedar mandi, dandan terus pergi aktivitas ? mungkin itu yang menjadi pertanyaan anda. Tanpa perlu melotot, daripada bola mata mencolot. Coba kita cermati, bukankah dengan hal sesederhana itu kita bisa menikmati aktivitas kita. Bukankah dengan berdandan kita tampil percaya diri bahkan bila di kaca sering kita merasa paling tampan/cantik (bila di kaca). Itu baru yang sederhana untuk aktivitas biasa, bagaimana jika kita tiba-tiba mendapatkan kesempatan bertemu dengan Bapak Presiden. Pasti heboh luar biasa.

Ternyata kunci mengemas hidup adalah hal-hal kecil yang kita lakukan untuk diri kita sendiri dalam menghadapi kehidupan, seperti yang saya utarakan berupa doa untuk kawan saya tadi. How to Package your life, It’s all about yours. Bagaimana mengemas hidup anda, semuanya tergantung anda sendiri. Pilihannya mau menjual hanya kepada kecemasan atau pada percaya diri yang anda mulai dari diri sendiri. Saya hanya mengingatkan hal yang besar akan tiba jika anda mampu mengemas sendiri hal yang kecil dengan kualitas nomor 1, dipadu dengan rasa syukur kepada Tuhan menjadikan semuanya luar biasa. salam.

by Dans Nugros
Sumber : Resensi.net

Jumat, 02 Juli 2010

Dua Kesalahan Pengusaha

Oleh : Famega Syavira Putri, Isyana Artharini (Yahoo News – Sen, 2 Mei 2011 16.32 WIB)

Tak banyak orang yang sukses saat memutuskan untuk menjalankan bisnis sendiri. Pengusaha yang tak beruntung, justru merugi. Pengusaha muda terkaya ke-27 di Indonesia Sandiaga Uno menjelaskan dua kesalahan paling berbahaya yang sering menjerumuskan pengusaha.

Mencampur adukkan keuangan
Pengusaha pemula kerap kebingungan memisahkan keuangan pribadinya dari keuangan perusahaan. "Ini uang saya atau uang perusahaan?" kata Sandiaga mencontohkan.

Sandiaga mengakui bahwa uang memang sangat mudah bermigrasi dan tercampur. Untuk menghindari hal ini harus ada pemisahan yang sangat detil antara keuangan pribadi dan perusahaan.

Pengusaha harus lebih menghargai bisnis yang dibangunnya. Kesalahan yang sering terjadi adalah penggunaan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi. Pembukuan harus dilakukan dengan tertib untuk menghindari risiko tersebut. Sekecil apapun usaha yang dijalankan, pembukuan harus tetap ada.

Berlagak bos
"Begitu berpikir sebagai enterpreneur, orang sering menganggap dirinya bos," kata Sandiaga. Anggapan itu justru diwujudkan dalam tindakan santai, tak profesional dan menyerahkan segala urusan kepada bawahan.

Sedikit kesuksesan dapat membuat wirausahawan menjadi besar kepala. Padahal dalam bisnis akan selalu ada banyak cobaan yang menuntut kehati-hatian dan perhatian ekstra. "Wirausaha tapi datang ke kantor jam 11, tak punya komitmen untuk bekerja keras. Itu kesalahan umum yang biasanya dilakukan pemula," kata Sandiaga.

Padahal, pengusaha harus selalu bekerja keras dan tak lengah. Sandiaga yang menurut majalah Forbes memiliki kekayaan USD 795 juta ini menegaskan bahwa dirinya masih terus bekerja keras. "Saya selalu bangun pagi dengan semangat yang sama seperti 10 tahun lalu saat memulai usaha ini," kata dia.

Jumat, 25 Juni 2010

Bpk. Dahlan Iskan: Dua Tangis dan Ribuan Tawa

You are my inspiration, is a great leader for the next president of Indonesia... jadikan Amanah sebagai tanggung jawab moral yg mampu merubah moral dan tabiat birokrasi di kementerian BUMN.. Semoga menjadi pemimpin yang selalu berada dalam naungan Ridho Ilahi. Amin

Silahkan simak ya !!.....

Minggu lalu genap enam bulan saya menjadi CEO PLN. Ada yang bilang "baru"
enam bulan. Ada yang bilang "sudah" enam bulan.

Betapa relatifnya waktu.

Selama enam bulan itu, saya dua kali sakit perut serius. Setengah hari saya
tidak bisa bekerja, kecuali hanya tidur lemas di bilik di belakang ruang
kerja Dirut PLN.
Sebenarnya, saya harus mewaspadai sakit perut seperti itu melebihi sakit
lainnya. Sebab, kata dokter, sakit perut merupakan tanda awal mulai
bermasalahnya transplantasi hati yang saya lakukan tiga tahun lalu. Mungkin
saja itu merupakan tanda awal bahwa "hati"nya orang lain yang sekarang saya
pakai ini mulai ditolak oleh sistem tubuh saya. Begitulah kata dokter.

Syukurlah, sakit perut itu cepat hilang tanpa saya harus minum obat. Saya
memang tidak boleh sembarangan minum obat, khawatir berbenturan dengan obat
transplan yang masih harus saya minum setiap hari.

Tiba-tiba saja, ketika hari sudah berubah siang, ketika rapat penting yang
telanjur dijadwalkan tersebut harus dimulai, sakit itu sembuh sendiri.

Selama enam bulan itu, seingat saya, belum pernah saya absen. Saya memang
sudah berjanji kepada diri sendiri: Selama enam bulan pertama sebagai Dirut
PLN, saya tidak akan mengurus apa pun kecuali listrik.

Tidak akan pergi ke mana pun kecuali urusan listrik. Tidak akan bicara apa
pun kecuali soal listrik. Karena itu, kalau biasanya dulu setiap bulan saya
bisa dua-tiga kali ke luar negeri, selama enam bulan di PLN ini, saya tidak
ke mana-mana.

Untuk itu, saya harus minta maaf kepada famili, teman dekat, dan pengurus
berbagai organisasi yang saya ketuai. Selama enam bulan tersebut, saya tidak
bisa menghadiri acara keluarga, pesta perkawinan teman-teman dekat, dan
bahkan selamatan boyongan rumah anak sendiri. Apalagi rapat-rapat organisasi
atau permintaan ceramah. Semua saya hindari.

Saya memang masih tercatat sebagai ketua umum persatuan perusahaan surat
kabar se-Indonesia, ketua umum persatuan barongsai Indonesia, persatuan
olahraga bridge Indonesia, dan banyak lagi. Selama enam bulan itu, tidak ada
rapat yang bisa saya hadiri.

Menjelang enam bulan di PLN, berat badan saya naik 3 kg! Oh, rupanya saya
kurang gerak. Hanya dari mobil ke ruang rapat. Dan dari ruang rapat ke
mobil. Siang dan malam. Itu tentu tidak baik.

Dokter yang tiga tahun lalu mentransplantasi hati saya melarang badan saya
terlalu gemuk. Dokter selalu mengingatkan, meski kelihatannya sehat, status
saya tetap saja sebagai orang sakit. Di samping harus terus minum obat, juga
harus tetap hati-hati. Karena itu, menginjak bulan keenam, saya putuskan
ini: berangkat kerja berjalan kaki saja.

Maka, setiap hari pukul 05.45 saya sudah berangkat kerja. Jalan kaki dari
rumah saya di dekat Pacific Place Semanggi, Jakarta, ke Kantor Pusat PLN di
Jalan Trunojoyo, seberang Mabes Polri itu. Berangkat sepagi itu bukan
supaya dianggap sok rajin, tapi ingin menghindari asap knalpot. Tidak ada
gunanya berolahraga sambil menghirup CO2.

Beruntung, rute menuju kantor tersebut bisa ditempuh dengan menghantas
jalan-jalan kecil yang sepi yang kiri-kanannya penuh pohon-pohon nan
merimbun. Pukul 06.30, ketika baru ada satu-dua mikrolet mengasapi jalanan,
saya (biasanya ditemani istri) tiba di kantor dengan keringat yang
bercucuran.

Hasilnya: selama satu bulan itu, berat badan sudah turun 2 kg. Masih punya
utang 1 kg lagi. Mula-mula, berjalan cepat selama 35 menit itu terasa berat.
Jarak rumah-kantor tersebut juga terasa sangat jauh. Tapi, kian lama menjadi
kian biasa. Bahkan, belakangan jarak itu terasa sedikit kurang jauh.

Betapa relatifnya jarak.

Enak juga sudah di kantor pagi-pagi. Kini, menjadi pemandangan biasa pada
pukul 07.00 sudah banyak orang Jepang yang antre di ruang tamu. Demikian
juga beberapa relasi PLN lainnya.

Bahkan, seorang perempuan yang merasa diperlakukan kejam oleh suaminya juga
tahu jadwal saya ini: Sebelum pukul 07.00, perempuan itu sudah menangis di
lobi untuk mengadukan kelakuan suaminya. Lalu, minta sangu untuk pulang
karena uangnya tinggal pas-pasan untuk datang ke PLN itu tanpa tahu harus
bagaimana pulangnya. Suaminya, katanya, sangat-amat pelitnya.

Betapa relatifnya uang.

Selama enam bulan itu, saya dua kali menangis. Sekali di ruang rapat dan
sekali di Komisi VII DPR RI. Kadang memang begitu sulit mencari jalan cepat
untuk mengatasi persoalan. Kadang sebuah batu terlalu sulit untuk
dipecahkan.

Tapi, tidak berarti hari-hari saya di PLN adalah hari-hari yang sedih.
Ribuan kali saya bisa tertawa lepas. Ruang rapat sering menjadi tempat
hiburan yang menyenangkan. Terutama ketika begitu banyak ide datang dari
para peserta rapat. Apalagi, sering juga ide tersebut dikemukakan dengan
jenakanya.

Di mana-mana, di berbagai forum, saya selalu membanggakan kualitas personal
PLN. Orang PLN itu rata-rata cerdas-cerdas: tahu semua persoalan yang
dihadapi perusahaan dan bahkan tahu juga bagaimana cara menyelesaikannya.
Yang tidak ada pada mereka adalah muara.

Begitu banyak Ide yang mengalir, tapi sedikit yang bisa mencapai muara.
Kalau toh ada, muara itu dangkal dan sempit. Ide-ide brilian macet dan
kandas. Kini, di ruang rapat tersebut, semua ide bisa mulai bermuara.
Bahkan, meminjam lagunya almarhum Gesang, bisa mengalir sampai jauh.

Memang, ruang rapat sebaiknya jangan penuh ketegangan. Orang-orang PLN itu
siang-malam sudah mengurus tegangan listrik. Jangan pula harus tegang di
ruang rapat. Ruang rapat harus jadi tempat apa saja: debat, baku ide,
berbagi kue, dan saling ejek dengan jenaka. Saya bangga ruang rapat PLN
bukan lagi sebuah tempat biasa, tapi bisa menjadi katalisator yang
menyenangkan.

Sebuah tempat memang bisa jadi apa saja bergantung yang mengisinya.

Betapa relatifnya tempat.

Sedih, senang, ketawa, menangis, semua bergantung suasana kejiwaan. Pemilik
jiwa sendirilah yang mampu menyetel suasana kejiwaan masing-masing. Mau
dibuat sedih atau mau dibuat gembira. Mau menangis atau tertawa. Semua bisa.

Betapa relatifnya jiwa.

Rasanya, selama enam bulan di PLN, saya juga belum pernah duduk di "kursi"
direktur utama. Saya sudah terbiasa bekerja tanpa meja. Puluhan tahun, sejak
sebelum di PLN. Setengah liar. Sebab, sebelum di PLN, saya hampir tidak
pernah membaca surat masuk.

Jadi, memang tidak diperlukan sebuah meja. Semua surat masuk langsung
didistribusikan ke staf yang bertugas di bidangnya. Sebab, kalaupun surat
itu ditujukan kepada saya, belum tentu saya bisa menyelesaikannya. Maka,
untuk apa harus mampir ke meja saya kalau bisa langsung tertuju kepada yang
lebih pas menjawabnya?

Kini, sebagai Dirut PLN, saya tidak boleh begitu. Saya harus menerima
surat-surat yang setumpuk itu untuk dibuatkan disposisinya. Inilah untuk
kali pertama dalam hidup saya harus membuat corat-coret di lembar disposisi.
Apa yang harus saya tulis di situ? Saran? Pendapat? Instruksi? Larangan?
Harapan? Atau, beberapa kata yang hanya bersifat basa-basi - sekadar untuk
menunjukkan bahwa saya atasan mereka?

Akhirnya, saya putuskan tidak menuliskan apa-apa. Kecuali beberapa hal yang
sangat jarang saja. "Mengapa" saya harus memberikan arahan seolah-olah hanya
saya yang "tahu" persoalan itu? Mengapa saya harus memberikan instruksi
seolah-olah tanpa instruksi itu mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat?
Mengapa saya harus memberikan petunjuk seolah-olah saya itu "pabrik
petunjuk"?

Maka, jangan heran kalau mayoritas lembar disposisi tersebut tidak ada
tulisannya. Paling hanya berisi paraf saya dan nama orang yang harus membaca
surat itu. Saya sangat yakin, tanpa disposisi satu kata pun, mereka tahu apa
yang terbaik yang harus dilakukan.

Bukankah karyawan PLN itu umumnya lulusan terbaik ranking 1 sampai 10 dari
universitas- universitas terbaik negeri ini ? Bukankah karyawan PLN itu,
doktornya saja sudah 20 orang dan masternya sudah 600 orang? Bukankah mereka
sudah sangat berpengalaman - melebihi saya?
Maka, saya tidak ragu memberikan kebebasan yang lebih kepada mereka.

Inilah sebuah proses lahirnya kemerdekaan ide. Orang yang terlalu sering
diberi arahan akan jadi bebek. Orang yang terlalu sering diberi instruksi
akan jadi besi. Orang yang terlalu sering diberi peringatan akan jadi
ketakutan. Orang yang terlalu sering diberi "pidato" kelak hanya bisa "minta
petunjuk".

Saya harus sadar bahwa mayoritas warga PLN adalah lulusan terbaik dari
universitas- universitas terbaik. Mereka sudah memiliki semuanya: kecuali
kemerdekaan ide itu. Kini saatnya barang yang mahal tersebut diberikan
kepada mereka. Saya sangat memercayai, jika seseorang diberi kepercayaan,
rasa tanggung jawabnya akan muncul. Kalau toh ada yang tidak seperti itu,
hanyalah pengecualian.
Semua itu saya lakukan di meja rapat. Bukan di meja kerja direktur utama.
Karena itu, saya juga tidak pernah memanggil staf, misalnya, untuk menghadap
duduk di kursi di depan direktur utama. Kalau saya lakukan itu, perasaan
saya tidak enak. Mungkin hanya perasaan saja sebenarnya.

Saya tidak tahu dari mana lahirnya perasaan tidak enak tersebut. Mungkin
karena dulu terlalu sering melihat Pak Harto di televisi dengan adegan
seperti itu. Saya takut merasa menjadi terlalu berkuasa di kantor ini.

Kedudukan tentu tidak sama dengan tempat duduk. Yang merasa berkuasa pun
belum tentu bisa menguasainya. Yang punya kedudukan belum tentu bisa duduk
semestinya.

Betapa relatifnya sebuah kekuasaan.

Lalu, apa yang sudah kita capai selama enam bulan ini?
Ada yang bilang sudah sangat banyak: menanggulangi pemadaman bergilir di
seluruh Indonesia, menyelesaikan IPP terkendala yang sudah begitu lama,
mengatasi kacaunya tegangan listrik di berbagai wilayah (orang Aceh, Cianjur
Selatan, Tangerang, dan banyak lagi kini sudah bisa mengucapkan selamat
tinggal tegangan 14! Sudah bertahun-tahun tegangan listrik di Aceh hanya 14,
sehingga sering redup dan merusak barang-barang elektronik. Kini, di Aceh
dan banyak wilayah itu, tegangan listriknya sudah normal, sudah bisa 20).

Tapi, banyak juga yang bilang, masih terlalu sedikit yang diperbuat. Bahkan,
ada yang bilang, termasuk seorang anggota DPR di komisi VI, bahwa direksi
PLN yang baru ternyata bisanya hanya menaikkan TDL. Tudingan tersebut tentu
lucu karena bukankah yang bisa menaikkan TDL itu hanya pemerintah bersama
DPR? Bukankah direksi PLN itu, sesuai UU, sama sekali tidak punya wewenang
menaikkan atau menurunkan TDL?

Betapa relatifnya kepuasan.

(Sebulan sekali, CEO PLN menulis surat kepada seluruh karyawan PLN. Inilah
cara Dahlan Iskan untuk memotivasi dan berkomunikasi langsung dengan seluruh
karyawannya. Surat itu diberi nama CEO's Note. Tujuannya, seluruh karyawan
PLN yang lebih dari 40.000 orang itu bisa langsung membaca jalan pikiran dan
keinginan pimpinan puncak perusahaan. Setiap kali CEO's Note terbit, banyak
tanggapan dari karyawan melalui forum e-mail perusahaan. Artikel ini adalah
CEO's Note edisi ke-6 bulan Juli 2010).

Alangkah baiknya kalau semua pemimpin bisa seperti ini, low profile, jadi
teladan bagi bawahan dan demokratis ???

Didik I. Kuntadi
Kiriman dari Sahabat Setiadi Black adikent dan Sahabat Andi Lala

Rabu, 16 Juni 2010

Hidup Adalah Anugerah

Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .

Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.

Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”

* * * * *

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata- kata kasar Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suamimu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan untuk meminta penyembuhan sehingga suaminya TIDAK LUMPUH seumur hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke alam kubur dengan masih menyertakan kemiskinannya.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, syukurilah, jalanilah, nikmatilah dan isilah hidup ini dengan sesuatu yg bermanfaat untuk umat manusia.

NIKMATILAH dan BERI YANG TERBAIK DI SETIAP DETIK DALAM HIDUPMU, KARENA ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI untuk waktumu selanjutnya !!!

Dikirim oleh Karel Mandey
Resensi.net

Minggu, 13 Juni 2010

Ketika Cinta Lama Bersemi Kembali..

Seperti Buah Khuldi yang tidak boleh dimakan..
Begitulah Allah melarang Cinta yang masuk pada jiwa yang tidak diperkenankan
Yaitu,Jiwa yang didalamnya terdapat Cinta yang telah terikat dengan yang lainnya
Atau Jiwa yang ingin kau reguk Manisnya Cinta sebelum waktu yang dihalalkan..
Cinta yang masih berusaha untuk tumbuh lebih sempurna
Cinta yang dijaga oleh jiwa yang mencintai..
Jiwa yang berusaha meraih hakikat tertinggi dari kehidupan ini
Oleh karena itu,selayaknya kau menghargai cinta yang ingin tumbuh sendiri
Janganlah kau menjadi penghalang sebuah kebahagiaan yang ingin dicapai
Lebih baik kau mencari cinta lain yang membuatmu yakin
Bahwa itu belahan jiwa yang telah kau nantikan atau Allah sudah Halalkan buatmu..



Pertemuan dengan Teman Lama saat reuni itu rupanya sangat berkesan buat dirinya.Ia bertemu dengan teman lama semasa SMA dahulu,ada tawa dan canda mengenang masa-masa lalu,ada cerita suka dan duka juga disana..tapi ada hal yang sangat membuatnya lebih berkesan,Lelaki ini bertemu dengan teman wanita masa sekolahnya dahulu, dimana wanita ini dahulu adalah bekas pacarnya.ada kenangan yang cukup besar tersimpan dihati dan dipikirannya.


Dahulu sebelum hidayah Allah datang,lelaki ini memang pernah mengalami masa-masa muda yang penuh dengan hura-hura,maklumlah dahulu lelaki ini tak dekat dengan remaja-remaja sholeh,lelaki ini seperti remaja lain dimasanya,sering terbawa oleh pergaulan teman-temannya. Ia teribat hubungan cinta dengan wanita ini,hubungan mereka berjalan cukup lama,bahkan sampai lulus SMA,ia tetap melanjutkan hubungan tersebut,Iapun ingin menikahi wanita tersebut,saat itu wanita itu sedang kuliah,sedangkan lelaki ini tidak melanjutkan kuliah,melainkan berwirausaha.Ia berhasil menjadi Usahawan sukses dengan menjual barang-barang hardware dan software computer.


Tetapi rupanya dari pihak orangtua wanita tidak setuju,karena orangtuanya ingin ia menyelesaikan kuliah dahulu.tetapi karena sudah terlanjur cinta.. lelaki ini tidak peduli dengan ketidaksetujuan orangtua wanita tersebut,ia meyakinkan orangtuanya untuk melamar wanita tersebut,dan saat rombongan orangtua laki-laki datang bermaksud melamar,dengan secara halus,orangtua wanita itu menunda pernikahan,karena mereka ingin anaknya selesai kuliah dahulu.Orangtua laki-laki ini jadi kecewa,terjadilah konflik yang cukup mengkhawatirkan.hubungan wanita dan pihak orangtua laki-laki ini jadi renggang,bahkan wanita inipun jadi bertengkar dengan kedua orangtuanya sendiri.mereka jadi sering bertengkar,karena dua-duanya sama-sama keras,akhirnya wanita ini bahkan sempat diusir oleh kedua orangtuanya.Alhamdulillah,saudara-saudara dari Kakak orangtuanya turun tangan membantu,hingga akhirnya wanita ini dapat kembali kerumah orangtuanya,dan wanita ini ikut apa perkataan orangtuanya,agar ia menunda pernikahan dengan lelaki ini.Pamannya memberi tahu,bahwa restu dan keridhoan orangtua sangatlah penting.Selama orangtua tidak menyuruh kita untuk berbuat maksiat,maka kita wajib berbakti kepadanya


Seperti Sabda Rasulullah
Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua"
(Riwayat Tirmidzi )



Ternyata dari orangtua laki-laki ini sudah kadung kecewa,mereka memilih untuk membatalkan rencana pernikahan yang ditunda itu.”Lebih baik kau cari yang lain sajalah..emang wanita didunia ini hanya dia seorang saja”begitu kata orangtua laki-laki ini.akhirnya dengan berat hati laki-laki inipun pisah dengan wanita tersebut.memang tidak mudah menghilangkan rasa patah hati,tapi apa mau dikata,ia memang merasa,bila menungggu sampai selesai kuliah,memang terlalu lama, ia berusaha menerima takdir Allah,bahwa memang wanita ini bukanlah yang terbaik buatnya,mungkin Allah akan memberikan yang terbaik buat dia,sesuai pilihan Allah,dan bisa jadi pilihan Allah,tidaklah sama dengan pilihan kita..

Diapun tidak berani melawan kehendak orangtua,karena dia pernah mendengar dari seorang temannya,yang menurut teman tersebut,ketika menikah,mereka tak dapat restu dari orangtua,tapi mereka paksakan,sehingga hubungan dengan orangtuanya cukup lama renggang,sampai akhirnya temannya sudah mempunyai anak,barulah hubungan orangtua dan anak mencair,tapi tetap ada hal yang mengganjal hubungan mereka,orangtua sering menyindir pernikahan mereka,ketika ada masalah ataupun pertengkaran didalam keluarga.hubungan anak,mantu dan mertua menjadi tidak sehat,walaupun orangtuanya lebih lunak karena mempunyai cucu,tapi tetap mereka selalu tak akur,sehingga tak ada keharmonisan dikeluarga mereka.berdasar pengalaman teman inilah, yang membuat lelaki ini tak berani melawan keputusan orangtua.

Tahun berganti tahun,lelaki ini akhirnya menikah dengan wanita lain,lelaki ini telah berubah,ia mulai bergaul dengan lingkungan yang sholeh,ia sering ikut pengajian,istirnya pun seorang wanita yang taat beribadah.hidup laki-laki ini sangat bahagia,dikarunia seorang anak lelaki yang kecil.

Sedangkan wanita itupun akhirnya juga sudah menikah,ia menikah dengan bekas teman kuliahnya,dan juga dikaruniai dua orang anak.Pertemuan Reuni dan Halal bi Halal tersebut,membuat memori ingatannya tentang masa lalu muncul kembali,ada getar-getar aneh didadanya,ketika mereka bertemu,tatapan mata mereka seperti mempunyai makna..”aku masih mencintaimu..”.Lelaki inipun mulai goyah..Cinta Lama Bersemi Kembali..begitu juga dengan wanita tersebut.

Setelah pertemuan mereka saling bersms-smsan atau saling menelpon,pertama memang hanya menanyakan kabar keluarga atau anaknya,tapi makin lama mereka menanyakan tentang hal-hal yang lebih privacy.mereka jadi saling curhat..menceritakan tentang keadaan keluarga atau menceritakan masalah-masalah mereka yang tak pantas untuk diceritakan selain kepada keluarganya.

mereka merasakan kecocokan saat saling curhat..begitulah setan selalu mencari kesempatan ketika kita lengah,ketika kita mulai merasa ada kecocokan,setan membisikkan mereka agar berbuat lebih jauh..bahkan seorang yang ahli ibadahpun,

Ahli ibadahpun bisa tertipu karena setan mencari kelemahan setiap manusia,dan bisa jadi kelemahan ahli ibadah itu adalah wanita..jika tidak ada pertolongan Allah,kitapun bisa terjerumus..Astaghfirullah hal azdim..

Perlahan-lahan tapi pasti,dari mulai hanya telpon-telponan sekarang mulai janjian ketemu dirumah makan,tentu saja pertemuan itu mereka rahasiakan dengan pasangan mereka.hubungan it uterus berlanjuta,hingga akhirnya Allah memberikan pertolongan kepada dirinya sebelum terlalu jauh.

Allah menegur lelaki ini,dengan ditimpa musibah buat dirinya,ia kecelakaan ketika sedang mengenderai motor,sewaktu janjian ingin bertemu dengan wanita tersebut.

Ya..Pertolongan Allah tidaklah hanya yang berupa kenikmatan-kenikmatan saja,
tapi boleh jadi musibah yang diberikan Allah merupakan sebuah pertolongan Allah,
agar kesalahan dan dosa yang kita lakukan tidak berlarut-larut.
Allah Maha Mengetahui Apa Yang diperbuat hamba-hamba-Nya.
lelaki ini mengalami patah tulang dikakinya,hingga ia harus memakai tongkat.
Lelaki ini sadar,bahwa musibah ini merupakan teguran buat dirinya,
akhirnya ia putuskan untuk tidak melanjutkan hubungan dengan wanita tersebut,
iapun menjauh dan memutuskan hubungan dengan wanita tersebut..

apalagi sekarang ia mulai memahami agama,bahwa melakukan perselingkuhan adalah dosa besar,
bahkan dinegara seperti Arab Saudi,dimana hukum Islam ditegakkan,
mereka yang melakukan perselingkuhan sampai berzina dengan orang lain dirajam sampai mati..
Astaghfirullah hal azdim..
Hamba berlindung dari keburukan-keburukan itu..

**********************************************************************

Saudaraku..
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut.
Semoga apa yang menjadi tujuan kita dalam menikah mendapat keridhoan dari orangtua
Berlaku lembutlah kepada orangtua..
Tanpa disadari,ketika keinginan kita ditolak oleh orangtua
Kita menjadi kasar dan keras kepala
Dan kata-kata yang keluar seperti paku yang membuat luka dihatinya
Walaupun paku itu sudah dicabut..tapi bekasnya masih tetap ada..
Astaghfirullah hal adzim..

Jadilah seperti air yang mengalir dengan lembut..
Menetes dengan perlahan tapi pasti jatuh diatas batu
Atas Izin Allah..

Batu itupun berbekas,bahkan berlubang tanpa disadarinya..
Tak ada yang terkena pecahan batu ketika batu itu dipaksa berlubang dengan palu..
Air itu menyentuh batu tanpa ada yang tersakiti..

Saudaraku..
Ketika kita melakukan perselingkuhan
Jangan salahkan diri sendiri karena kelalaian yang membuat kita sesat jalan
Cinta yang kita dapatkan bisa jadi sebuah kekeliruan yang tidak bisa kita teruskan.
Ya..Karena Cinta yang Terlarang itu tidak diperkenankan oleh Tuhan..
Cinta yang Terlarang yang akan menjatuhkan kita kedalam jurang kehidupan.
Itu perbuatan yang tidak dibenarkan karena akibatnya sungguh merugikan dan teramat menyakitkan
Sebagian mengatakan cinta laknat,karena yang merasakan hampir tidak ada yang selamat,
Kecuali mereka yang sadar dan kembali bertobat..
Ada yang mengatakan Cinta Kutukan,karena sifatnya merusak dan tak dapat dikendalikan
Cinta terlarang yang tercemar laksana anggur yang berubah menjadai khamar
Cinta terlarang yang menafikan kesetiaan dan harapan.
Cinta terlarang yang ingin bahagia tanpa pengorbanan.
Cinta terlarang ,Cinta yang tidak dapat dipercaya karena perbuatan khianat
Serta hanya mencari kesenangan sesaat.
Astaghfirullah hal azdim..


Saudaraku..
Terkadang dorongan birahi membuat kita jadi lupa diri
Kita merasa tertipu oleh perasaan seolah cinta benar-benar hadir dalam jiwa
Padahal itu hanyalah kebutuhan sementara yang tidak bertahan lama
Kita tergiur dengan kesan yang kita tangkap saat melihatnya
Apalagi ketika kita ada kenangan lama yang indah yang pernah bersemayam dihati bersamanya.
Pikiran dan hati kita menjadi terlena
Cinta Lama Bersemi Kembali..

Kitapun menjadi lupa dengan aturan agama,norma yang berlaku apalagi pasangan kita
Kita merasa memiliki kenikmatan yang luar biasa..
Seperti rasa lega saat kita keluarkan hajat yang membuat perut kita sakit,
Seperti itulah kita merasa mendapatkan lagi kehidupan
Cinta adalah sebuah kodrat yang kita temukan dalam hasrat
Tapi terkadang Hasrat telah membuat kita lupa,
Demi keinginan mendapatkan cintanya sangat dasyat..

Ia bagaikan dingin pada air,ia laksana panas diapi
Cinta banyak yang lahir dimata,tapi tak benar-benar melihatnya
Cinta memang tumbuh dijiwa,namun terkadang ia tak mengenalnya
Cinta ibarat napas yang disadari keberadaanya,tetapi tak pernah kita ketahui apa hakekatnya..


Saudaraku..
Lebih baik kita hentikan perilaku kita sebelum terlambat
Sebelum pasangan kita tahu,walaupun kita simpan rahasia dengan rapat-rapat
Karena mudah bagi Allah Membuka semua aib-aib kita..
Sebelum jiwa kita hancur berantakan hingga berakhir penyesalan..
Astaghfirullah hal azdim..


Ya Allah..Ampunilah dosa-dosa kami
Sesungguhnya kami ini lemah,tanpa kekuatan dari-Mu
Sesungguhnya kami ini mudah tergoda,tanpa penjagaan dari-Mu
Jagalah kami ya Allah..Dari perbuatan Selingkuh
Jauhkan pikiran dan hati kami untuk berbuat selingkuh

Jauhkan kami dari berbuat ZINA..
Jauhkan kami ya Allah..
Jadikan kami ya Allah keluarga yang Bahagia tanpa Selingkuh..
Tolonglah kami ya Allah ,
Lindungi kami ya Allah
Dari godaan-godaan syetan yang terkutuk..


Ya Allah..
Lindungi saudara kami ya Allah yang belum menikah
Dari perbuatan ingin mereguk manisnya cinta yang belum ENGKAU halalkan
Mudahkan saudara kami untuk menikah
Mudahkan jalan menuju kesana ya Allah..
Dengan restu dari kedua orangtuanya ya Allah..
Mendapatkan Pasangan yang sholeh atau sholihah yang terbaik menurut ENGKAU ya Allah..

Karena boleh jadi keinginan kami bukanlah yang terbaik menurut-Mu Ya Allah
Dan Ketetapan-Mulah yang bakal terjadi.


Sonny AbiFatih's blog
WWW.PencerahanHati.com