Selasa, 27 April 2010

Kronologis Kepergian Alm. Hari Lukman,ST (Opr. Gudang CBK Sentul)

Sahabat netter yang bijak, wabil khusus temen-temen kantor di Sentul, Ternyata mencari contoh sosok istri yang solehah (jaman sekarang) tidaklah sulit, Dia berada di sekitar kita, orangnya sangat bersahaja, ramah, gagah meskipun terlihat berbadan kecil, seorang yang sangat tegar meskipun tidak banyak orang menyebutnya memang beliau tidak pernah pamer.
Mungkin temen-temen sudah bisa nebak karena judul artikel ini, bukan? ya betul, dia adalah Lia Mulyana istri Almarhum Hari Lukman (Opr. Gudang CBK Sentul),….waktu saya Tanya apa yang membuat anda bahagia? Beliau jawab, Berbahagia karena dia mampu memompa diri untuk bekerja keras membesarkan kedua anaknya. Anak yang sulung sudah sekolah SD dan yang kecil sudah masuk TK (anak yang pada saat ditinggal alm, Hari masih 8 bulan di kandungan), beliau juga bilang dia melakukan itu bagai air mengalir begitu saja tanpa beban apalagi menyesali/meratapi, semua pasti ada hikmahnya itu yang sering beliau katakan.
Yang sangat membuat saya terharu adalah beberapa bait yang tercantum pada tulisan beliau sendiri di mukodimah surah yasin "mengenang alm, Hari Lukman, ST" yang sejatinya membuat saya, anda dan kita semua tergugah hati, setidaknya mengingat kembaili kejadian serta tindakan kita dahulu menyikapi musibah. Atau masa yang akan datang jika terjadi musibah…..Ini saya ambil beberapa bait kata ketika beliau menyampaikan kerelaan dan ridho dengan kepergian suaminya.
"Aku tak ingin membebaninya, kukatakan padanya…..jika sudah tak kuasa menahan sakit dan derita, pergilah…..jangan khawatirkan kami, aku akan selalu menjaga dan merawat anak-anak kami dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang, akan menjaga keharmonisan keluarga besar kami berdua dengan baik".
Sungguh….Luar biasa,…. semoga menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua. amin
Untuk lebih detailnya silahkan simak tulisan beliau sendiri yang saya beri judul "Kronologis Kepergian Alm. Hari Lukman,ST ".

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sepenggal cerita untuk mengenang almarhum tercinta.
Kamis, 22 Januari 2009, sekitar pukul 12.40, aku mendapat telepon dari receptionist kantor bahwa suamiku pingsan dan sedang berada di Poliklinik. Pada saat itu aku masih belum merasa was-was karena ku pikir suamiku pingsan karena kecapean.
Setelah melihat kondisi di Poliklinik, yang ternyata keadaan suamiku tetap tidak sadarkan diri dan terlihat seperti gejala stroke, akhirnya langsung diputuskan agar dibawa ke RS BMC Bogor.
Aku segera menyusul ke RS, mendampinginya melakukan CT Scan, Rontgen, dan semua pemeriksaan-pemeriksaan lainnya dalam keadaan masih tetap tidak sadarkan diri.
Setelah ditempatkan di ruang HCU, Dokter specialist menjelaskan bahwa pembuluh darah di otak suamiku telah pecah dan harus segera diambil tindakan, akhirnya kuputuskan agar segera dilakukan operasi agar tidak terjadi pembekuan darah di otaknya. Akhirnya tepat pukul 19.00 dilakukanlah operasi itu dan berhasil mengeluarkan cairan darah walaupun tetap masih mengalir sehingga harus dipasang pompa di kepalanya.
Jum’at, 23 Januari 2009, pukul 14.00, dilakukan operasi ke-2 untuk menyalurkan pompa dari kepala ke perut, semua berjalan lancar walaupun penuh dengan kecemasan.
Sejak awal ditempatkan di ruang HCU, aku selalu mengajaknya ngobrol walau keadaannya masih koma, karena aku yakin suaraku pasti masih terdengar. Tak hentinya aku memotivasi dan meyakinkan bahwa ia akan sanggup berjuang untuk hidup dan sembuh kembali seperti sediakala. Selalu kukatakan, masih ada kami yang sangat membutuhkan kehadirannya, ada aku yang sedang mengandung 8 bulan, ada Salsa buah cinta kami yang baru berusia 6 tahun, ada keluarga dan juga teman-teman yang sangat menyanyanginya.
Malam itu, seperti biasa aku menjenguk ke ruangannya untuk berkomunikasi (kami tidak diperkenankan menunggu di dalam karena itu adalah ruang steril), kuperhatikan selang dilambungnya terisi cairan darah yang begitu hitam. Kutanyakan pada dokter jaga, cairan apa itu? dan mengapa begitu hitam? Dokter mengatakan bahwa itu bisa terjadi karena pasien mengalami stress dan terlalu banyak pikiran! Seketika aku tersentak, Ya Allah…..mungkinkah karena aku yang telah begitu egois memintanya untuk terus bertahan telah membuat suamiku menjadi terbebani???
Malam itu juga, walaupun agak sulit mendapatkan ijin untuk masuk karena telah larut, kubulatkan tekad untuk menyampaikan permintaan maaf kepada suamiku tercinta. Kukatakan padanya, walaupun kami sangat menyayanginya, tapi kami akan mengikhlaskan kepergiannya jika itu adalah jalan yang terbaik. Aku tak ingin membebaninya, kukatakan padanya…..jika sudah tak kuasa menahan sakit dan derita, pergilah…..jangan khawatirkan kami, aku akan selalu menjaga dan merawat anak-anak kami dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang, akan menjaga keharmonisan keluarga besar kami berdua dengan baik.
Sabtu, 24 Januari 2009, pukul 12.20 merupakan hari terberat bagi kami, karena pada hari itu, orang yang sangat kami cintai dipanggil oleh Allah SWT dan meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Tak pernah terbayangkan bahwa suamiku tercinta akan meninggalkan kami secepat itu walaupun di hati kecilku telah kuikhlaskan jika Allah menghendaki meninggalkan kami.
Suamiku adalah seorang laki-laki pekerja keras, penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Orang yang sangat menyayangi dan memanjakan kami. Orang yang sangat kami butuhkan dan kami kasihi.
Aku akan selalu mendoakan dan berusaha melakukan yang terbaik untuk menjaga dan menjalankan amanahnya kepadaku. Aku akan berusaha untuk memperbaiki ibadahku agar dapat mendidik, merawat dan menjaga anak-anakku agar menjadi anak yang Sholeh dan Sholehah, walaupun beliau belum sempat melihat calon anak keduanya yang Insya Allah akan lahir dalam waktu dekat ini.
Suamiku………. Terima kasih atas semua cinta kasih yang kau berikan. Jiwamu akan selalu hidup dalam hatiku. Semoga kelak kita akan berkumpul kembali di akhirat kelak………..
Amin Ya Rabbal’alamin.
Terima kasih kepada seluruh keluarga dan teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan perhatian kepada Almarhum selama ini. Kami mohon maaf apabila selama hidup ada kekhilafan, kesalahan sikap maupun ucapan dari Almarhum yang kurang berkenan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar: