Senin, 15 Februari 2010

Berbadan Kecil Menjadi Juara Panco Dunia

Adalah Joby Matius pemuda dari India ini memiliki prinsip ”dari pada meratapi apa yang dia tidak miliki, lebih baik memaksimalkan apa yang telah ia miliki” suatu prinsip yang menggugah hati kita dimana kita diberikan oleh Tuhan kelengkapan badan yang sempurna namun masih sering mencari seribu alasan untuk tidak melakukan sesuatu karena mungkin malas dan berbagai alasan lainnya untuk bangkit menjadikan hidup kita lebih baik dan bermutu.

Sang juara ' Matius ' tidak pernah merasa rendah untuk berhadapan dengan mereka yang lebih darinya

Matius yang memiliki tinggi badang hanya sekitar 1 meter ini memang menderita kelainan pada kakinya yang disebut dengan Fimoral Proksimal Focal Deficiency (PFFD) sehingga panjang kakinya abnormal dan teramat pendek, seperti dikutip ruanghati.com dari mail online, Matius berhasil menyandang gelar juara panco (adu kekuatan tangan) kelas dunia dan mengalahkan lawan-lawannya yang memiliki tubuh normal, sungguh suatu prestasi yang mengharukan sekaligus menggugah hati kita yang lebih sempurna untuk lebih giat dalam berusaha.


Sumber: kaskus id bangbangbang/pondok cerita

Rabu, 10 Februari 2010

Si Kreatif Mengalahkan Pemilik Modal

Seorang pemenang selalu memilih solusi yang paling mudah dan efektif dengan sekecil mungkin biaya dan hasil sebesar-besarnya. Kali ini saya akan bercerita tentang dua tim astronot yang dikirim ke planet lain yaitu bulan. Tim astronot Amerika dan tim astronot Rusia, sebut saja demikian untuk kedua tim tersebut.

Tim astronot Amerika dan Rusia, pada suatu ketika sedang dikirimkan ke bulan untuk sebuah penyelidikan. Dalam kunjungan ke bulan tersebut, mereka diwajibkan untuk membuat laporan berupa data-data yang akan diisikan kedalam check sheet yang telah disiapkan maupun catatan tertentu. Data tersebut akan diolah menjadi bahan diskusi ilmiah. Karena laporan bukan hanya mengisi check sheet saja, mereka harus menyiapkan alat tulis yang memadai.

Ketika pesawat luar angkasa sudah berangkat dan sampai kebulan, mereka mulai mengadakan pengamatan dengan tempat yang berbeda satu sama lain. Mereka mulai mengamati debu, pasir, kerikil dan beberapa bebatuan. Dari mulai bentuk, warna dan lain-lainnya. Namun mereka mengalami hal yang tidak diduga sebelumnya. Ballpoint yang telah disiapkan, yang sangat baik berfungsi ketika di bumi, ternyata tidak bisa berfungsi sama sekali di bulan. Entah karena faktor vakum udara ataupun apa, namun dua tim tersebut tidak bisa mencatat sama sekali.

Mereka kembali hanya mengandalkan kemampuan daya ingat saja. Sedang data berupa angka, tidak terekam sama sekali. Mereka putuskan untuk kembali ke bumi, dan mangadukan masalah ini.

Sekembali mereka ke bumi, para ahli dari Tim astronot Amerika mengadakan penelitian tentang tinta yang bisa digunakan di bulan. Penelitian melibatkan banyak ahli dan berbagai percobaan serta pengujian dilakukan. Akhirnya penelitian itu berhasil, walau dengan biaya yang sanga tinggi. Hasil nyata di bulan, pada expedisi luar angkasa berikutnya akan segera terlihat. Karena tim dari Amerika ini memiliki modal yang besar, sehingga tidak masalah untuk pembuatan tinta dengan harga yang sangat mahal.

Lain cerita untuk Tim Rusia. Modal tim ini sudah mulai banyak penurunan, sehingga mereka berfikir lebih berat karena tidak mungkin melakukan aplikasi penelitian seperti halnya tim Amerika. Berbagai pertemuan para ahli juga digelar. Namun belum menghasilkan alat yang optimal. Pada suatu ketika, digelar kembali forum diskusi akbar mengenai tinta untuk di bulan. Pada pertemuan kali ini sangat lain. Pertemuan sebelumnya selalu berisi para ahli dari berbagai penjuru propinsi, namun saat ini hanya orang di tim dan melibatkan sampai cleaning servicepun diikutsertakan. Persoalan kembali terjadi. Rapat terjadi "mati" tidak ada pergerakan sampai beberapa jam. Setelah berhenti lama, seorang cleaning service membuka suasana dengan usulan yang aneh. Yah.. dia mengusulkan mengganti tinta ballpoint dengan pencil saja. Mula-mula semua anggota sidang tertawa. Tapi para ahli yang belum menemukan ide apapun jadi berfikir, mungkin benar. Setelah dengan pengkajian secara ilmiah oleh para ahli yang ada, maka disepakati expedisi luar angkasa berikutnya dengan pencil. Pencil dengan biaya yang jauh lebih murah dari ballpoint sebelumnya.

Pada expedisi berikutnya, luar biasa, dua tim tersebut sama-sama bisa menuliskan laporan dengan baik. Walau dengan alat yang berbeda sekali. Baik dari sisi harga maupun proses penemuannya. Penemuan dan penelitian banyak ahli yang hasilnya sama dengan ide seorang cleaning service. Bahkan luar biasanya, ide cleaning service tersebut, sangat murah dalam hal biaya.

Inilah sahabat... bagaimana ketika terjadi suatu masalah. Kadang kita masih selalu saja berorientasi dengan hal besar dan biaya tinggi dalam penyelesainnya. Kadang kita lupa ada sisi sederhana yang murah, dan hasil tak kalah efektif. Kreatifitas cukup andil bicara disini.....

Sumber : Pondokcerita.com

Makna Sebuah Pekerjaan


Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

”Om beli bunga Om.”
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.

Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”

Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya,si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.”

Bercampur antara jengkel dan kasihan sipemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. “Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil.

Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung.

”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”

Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.

Sahabat...... Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan.

Sumber :
http://iphincow.wordpress.com/2012/09/12/makna-sebuah-pekerjaan/#more-518

Minggu, 07 Februari 2010

Kuliah dari Universitas Kehidupan

Ketika dalam kehidupan Ketika kerjamu tidak dihargai maka saat itu kau sedang belajar tentang ketulusan.

Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar keikhlasan.

Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kau sedang belajar tentang memaafkan.

Ketika kau harus lelah dan kecewa , maka saat itu kau sedang belajar tentang kesungguhan.

Ketika kau merasa sepi dan sendiri maka saat itu kau sedang belajar tentang ketangguhan.

Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kau sedang belajar tentang kemurah-hatian

Maka :

Tetap semangat

Tetap sabar

Tetap tersenyum

Terus belajar

Karena kita semua sedang menimba ilmu di universitas kehidupan

Ingat

Tuhan menaruhmu di tempatmu sekarang, bukan karena kebetulan.

Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui :

Kemudahan

Kesenangan dan ketenangan

Melainkan mereka dibentuk melalui :

Kesukaran

Tantangan dan…air mata

Maka ketika engkau mengalami sesuatu yang sangat berat dan merasa ditinggalkan sendiri dalam hidup ini :

Angkatlah tangan dan kepalamu keatas…tataplah masa depanmu… Dan ketahuilah…

Tuhan sedang mempersiapkanmu untuk menjadi…

Orang yang luar biasa untuk menjadi seorang…pemenang.

God bless us all.

Motivasi ini saya dapatkan dari sahabat dekat saya dan juga sebagai guru besar saya dalam menjalani karir saya, dia adalah made tantra wijaya.

Semoga bermanfaat


by Yuli Sugiyantho.Resensi.net

Jumat, 05 Februari 2010

Arti Sebuah Waktu

Alkisah ada seorang wanita yang hidup di sebuah desa terpencil, dia ingin pergi kerja ke kota agar dia bisa mengoprasi wajahnya. Kemudian dia mengutarakan keinginannya untuk kerja di kota kepada kedua orang tuanya, tapi keinginannya tersebut di tolak oleh kedua orang tuanya. Mendengar kata kedua orang tuanya yang menolak keinginannya dia pun menangis, tapi tak berapa lama kemudian ibunya datang menghampiri dia. Dan tiba-tiba ibunya bilang “Kamu boleh pergi ke kota nak”.

Mendengar perkataan ibunya dia pun tersenyum. Dan pagi harinya dia bersiap-siap untuk pergi ke kota. Di tengah perjalanan yang lama dan melelahkan dia istirahat di sebuah rumah, dan dia pun membayangkan, ” andai ku bisa membangun rumah mewah dan dapat mengoprasi wajah ku yang biasa menjadi luar biasa ini.” Tiba-tiba di tengah-tengah lamunannya datang seorang nenek tua menghampirinya, dan bertanya “kenapa nak kamu tersenyum sendiri?”
“Saya sedang membayangkan andaikan saja ku bisa sukses di kota dan dapat mengoprasi wajahku ini”, kata dia. Dan nenek itu mengeluarkan jam kecil dari kantongnya, kemudian nenek itu berkata “Kamu tinggal putar jam itu sesuai dengan putaran jarum jam, bila kamu ingin segera meraih cita-citamu”.
“Baik nek”, kata wanita tadi.
Kemudian tak berapa lama dia memutar jam tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan nenek tadi. Dan tiba-tiba dia bisa bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Tapi dia tak puas dengan lamanya waktu yang di perlukan agar bisa mengoprasi wajahnya.

Kemudian dia kembali memutar jam tersebut, dan wajahnya pun menjadi cantik. Lagi-lagi dia kurang puas dengan wajahnya, dan kembali dia memutar jam kecil pemberian nenek-nenek yang pernah dia temui sekali lagi. Tapi setelah memutar jamnya dia mendapati wajahnya yang semula cantik jelita menjadi tua dan keriput. Dan dia menyesal dengan keadaan dia sekarang. Kemudian dia kembali menemui nenek-nenek yang memberi dia jam di tempat di mana dia bertemu. Tapi dia tak melihat nenek tersebut karena nenek itu telah lama meninggal. Dia pun hanya bisa menyesal dan menangisi nasibnya.

Teman-teman ku apa pesan yang dapat kita ambil dari kejadian wanita tadi?

1. Jadilah diri sendiri karena hanya dengan menjadi diri sendiri kita akan menjadi pribadi yang hidup dengan penuh rasa bahagia, damai, dan mulia.
2. Raihlah cita-cita dengan penuh pengorbanan, kegigihan, dan kedisiplinan waktu untuk belajar.
3. Kesuksesan bukan datang dari nasib dan keberuntungan, tapi datang dari kerja keras, ketidak putus asaan dan keyakinan.

Semoga bermanfaat :)

by Sujanarko. Resensi.net

Selasa, 02 Februari 2010

Ayahku Bukanlah Ibrahim

Sahabat, Saya ingin berbagi tulisan yang diilhami dari suasana idul adha. Inilah tulisan sederhanaku, semoga dapat menjadi renungan bersama.
*****
Pada suatu peringatan, ditunjuklah penceramah yang telah dipersiapkan. Penceramah itu menyusun konsep dengan untaian kalimah syahdu nan indah akan pengorbanan dan keikhlasan yang maha dahsyat dari seorang peletak monotheisme: Nabi Ibrahim A.S.

Penceramah ini setiap kali ber-khotbah selalu sukses membuat jama’ah tersedu-sedu, mengalirkan butiran air mata bening dan terkadang ada jamaah yang meraung.

Kisah-kisah kesedihan, pencerahan, optimisme, kemanusiaan, perjalanan suka duka berakhir dengan kesuksesan. Semuanya digelegarkan sang muballiq dengan sangat apik. Ia berhasil memukau dan menghipnotis jamaah, bahkan sang muballiqpun beberapa kali meneteskan air mata dan menyekanya di atas mimbar.

Hanya seorang jamaah saja yang tidak terharu dengan ungkapan-ungkapan indah sang muballiq. Ia adalah putra dari sang penceramah.

Seuasai pelaksanaan acara tersebut, seseorang menghampiri anak yang sedari tadi memperhatikannya. Ia pun bertanya: “Nak, saat para jamaah terharu dan terisak-isak. Saya amati Ananda tak sedikitpun terharu. Kenapa?”.

Putra sang penceramah inipun menjawab dengan perlahan: “Ayahku setiap tahunnya memang berlatih untuk mengungkapkan kalimat-kalimatnya seolah apa yang ayahku katakan adalah nyata”.

“Maksud Ananda apa?”.

“Seolah qurban itu nyata baginya. Itu hanya kata-katanya saja. Seolah kata-kata itu mewakili perbuatannya sehari-hari. Celakalah Abu Lahab. Celakalah ayahku yang mengkhotbai banyak orang tapi ayahku tidaklah seindah ucapan-ucapannya. Ayahku takkan mengucapkan semua itu di rumah sebab ibu, kakak dan adikku tahu siapa ayahku. Dia bukanlah Ibrahim yang menyayangi kami sepenuh hati, menemani kami berlama-lama saat kami sakit, meluaskan waktu untuk menuntun kami saat gundah, dan mengusap ubun-ubun kami saat didera masalah. Ibulah yang melakukan semua kerinduan kami akan kasih sayang. Ayahku bukanlah Ibrahim walau kami ingin jadi Ismail.”
———————–
Kiriman sahabat: Armand

Diedit seperlunya agar tidak memberikan konotasi negatif akan suatu istilah. Terima kasih Sahabat Armand atas kirimannya
www.Resensi.net