Sabtu, 01 Agustus 2009

Reformasi Diri, Sebagai Solusi Mengatasi Depresi

Reformasi Diri, Sebagai Solusi Mengatasi Depresi
Category: Psikologi

Dalam hidup banyak masalah-masalah yang dihadapi. Masalah-masalah dari tingkatan ringan, medium bahkan sampai yang bertaraf tinggi yang acapkali membuat stress. Stress adalah kondisi yang menekan atau hal-hal yang sekiranya menekan kesejahteraan atau kenyamanan dan menuntut kemampuan individu untuk mengatasinya. Tekanan-tekanan itu dapat berupa kemanan fisik, harga diri, reputasi, ketenangan pikiran atau kedamaian, dan hal-hal lain yang berharga. Berat ringanya stress tergantung dari diri individu bagaimana mempersepsinya. Minor stress (stress ringan) akan berdampak kecil, akan tetapi mayor stress (stress berat) akan berdampak buruk bagi diri, yaitu bias mengakibatkan depresi. Depresi itu diartikan sebagai sebuah kondisi batin yang tertekan dalam waktu panjang (stress berkelanjutan), tekanan batin yang serius ditandai dengan kesedihan dan kekosongan (feelings of sadness or emptiness) dan mengakibatkan hilangnya harapan hidup, motivasi berprestasi, dan kepercayaan diri (loosing mood and confidence). Secara garis besar bias dikatakan bahwa depresi bisa terjadi distimulasi oleh keadaan-keadaan eksternal yang berubah ke arah yang lebih buruk dan itu diluar kontrol, dan kondisi emosi psikologis masing-masing orang turut menentukan apakan sesuatu itu dapat menyebabkan depresi, sejauh mana tingkat depresinya serta seberapa besar kemampuan orang itu untuk mengatasi masalah (hingga tidak sampai sepresi), seberapa besar kemampuan orang itu untu mengatasi depresinya.

Banyak upaya untuk mengatasinya, banyak cara untuk mencari solusi yang tepat. Meski ingin segera dapat mengatasi depresi, tetapi tidak jarang malah mempraktekan hal-hal yang memperparah depresi itu sendiri. Hal-hal berikut yang akan semakin memperparah depresi:

1. Hanya mencari-cari tips, saran atau teknik yang jitu untuk mengatasi depresi.

2. Tidak percaya, menolak atau skeptis terhadap saran, pendapat, atau bantuan orang lain. Ini adalah bentuk padanan yang ekstrim dari yang pertama. Menutup diri, menutup-nutupi masalah, menjauhi orang kerapkali justru akan membuat semakin depressed dengan keadaan.

3. Hanya menyalahkan keadaan atau orang. Mungkin saja yang membuat depresi itu adalah keadaan atau orang lain. Tetapi akan malah berbahaya kalau yang diingat dan yang dilakukan adalah hanya mengutuk keadaan dan mengutuk orang lain. Harus ada inisiatif dari dalam diri untuk mengobati diri sendiri.

4. Kurang kreatif dalam menemukan solusi atau terlalu taat pada rutinitas yang biasa-biasa saja. Ini juga bias membuat depresi itu makin mendalam. Ada sran agar menjadi aktifitas menjadi tiga: aktivitas positif yang wajib; Aktivitas yang untuk fun atau pleasureable; Aktivitas untuk menabur kebajikan pada orang lain seperti membantu atau menyambung hubungan.

5. Membiarkan munculnya definisi diri negative, (missalnya saja saya sudah tidak punya apa-apa lagi, saya muak melihat diri saya, hidup saya sudah hancur dan tidak bias diperbaiki lagi, dan seterusnya). Ini adalah definisi atau kesimpulan atau label tentang diri sendiri yang dibuat sendiri. Jika ini terus berlanjut akan mempersulit upaya recovery (bangkit).

6. Menolak realitas dengan cara yang merugikan. Realitas itu kalau ditolak dengan tujuan menolak yang asal menolak (denial) akan memperparah pertengkaran yang membuat depresi itu makin mencengkram. Tetapi bila diterima dengan pasrah dan kalah (larut dan hanyut), ini juga tidak menyembuhkan. Yang diharapkan adalah menerima untu memperbaiki. Seperti yang ditulis Dr. Felice Leonardo Buscagila “Trauma yang abadi adalah penderitaan yang tidak diikuti dengan perbaikan”.

7. Menganut paham perfeksionis (perfectionism) yang tidak rasional. Dari pengalaman sejumlah ahli dalam menangani penderita depresi, konon yang menghambat upaya recovery adalah ketika seseorang berpikir bahwa dia harus bebas dari depresi seketika itu dan langsung, tidak usah repot-repot. Mengatasi depresi butuh proses yang berkelanjutan, dan jika ditentang proses itu bukan malah cepat tetapi malah semakin lama.

Hal-hal berikut merupakan reformasi diri yang bias dijadikan solusi dalam rangka mengatasi depresi.

1. Membangun Citra Diri Positif

Citra diri berasal dari bagaimana menyimpulkan diri sendiri atau beropini tentang diri sendiri. Yang membuahkan citra positif. Untuk membangun yang positif ini diperkukan tiga hal: Menciptakan definisi, opini atau kesimpulan yang positif; Melawan munculnya opini, definisi atau kesimpulan negatif dengan cara menghentikan, mengganti atau membatalkan; Menciptakan alasan-alasan faktual, bukti nyata untuk mendukung kesimpulan positif yang diciptakan.

Sedikit tentang alasasn faktual itu, misalkan saja berkesimpulan bahwa hidup memang masih bermakna (untuk diri sendiri dan orang lain). Kesimpulan ini lebih positif daripada punya kesimpulan yang sebaliknya. Tetapi jika yang dilakukan hanya sebatas merasa atau menyimpulkan (tanpa diiringi dengan perbuatan dan hasil atau pembuktian bertahap), lama kelamaan kesimpulan ini akan kalah oleh fakta yang ada tentang diri. Jangan pernah berpikir bahwa perbaikan diri itu bisa ditempuh dengan cara tidak melakukan sesuatu, It’s a wrong, Forget it.

2. Menjalankan Agenda Perbaikan Berkelanjutan yang Realistis

Kesalahan saat terkena depresi adalah hanya merasakan bagaimana depresi itu tetapi kurang berpikir tentang apa saja yang masih bisa dilakukan untuk memperbaiki diri di masa depan. Tenggelam ke dalam masa lalu yang buruk dan lupa mengimajinasikan masa depan yang lebih bagus. Padahal, masa lalu itu sudah tidak bisa diubah, masa depan itu masih open. Agar ini tidak terjadi, dapat memilih agenda perbaikan di bawah ini: Merencanakan program atau jadwal tentang apa yang perlu dilakukan dan apa yang perlu dihindari agar hidup menjadi lebih bagus di hari esok; Mencanangkan target yang bena-benar ingin diraih sebagai bukti adanya perbaikan dalam diri, misalnya mendapatkan pekerjaan, mendapatkan orang yang lebih bagus, mendapatkan tempat yang lebih bagus, dan seterusnya; Merumuskan tujuan jangka pendek atau panjang yang ingin diwujudkan, seperti misalnya menyelesaikan kuliah, meningkatkan penguasaan bidang, menambah pengetahuan atau skill, dan lain-lain.

Tiga hal di atas perlu dilakukan dengan catatan harus realistis. Bisa dilakukan dari mulai hari ini, dengan menggunakan sumber daya yang sudah ada, dan dari lokasi hidup dimana berada. Hindari membuat program atau target yang mengkhayal atau hanya berfantasi atau terlalu tinggi sehingga tidak bisa dilakukan dan tidak bisa diraih.

3. Menggunakan Ketidakpuasan

Saat depresi, pasti tidak puas dengan hidup. Ini bisa positif dan bisa negatif, tergantung bagaimana menggunakannya. Supaya bisa positif, salah satu caranya adalah dengan menggunakan ketidakpuasan itu sebagai dorongan/motivasi untuk melakukan sesuatu (menjalankan program, meraih target atau tujuan), bisa menggunakan ketidakpuasan atas masa lalu dan hari ini sebagai pemacu untuk memperbaiki atau mengubah hari esok. Jika pimpinan sering memarahi karena kinerja tidak sesuai dengan yang diinginkannya dan membuat anggota depresi, jadikan itu sebagai motivasi untuk berubah menjadi lebih baik, melakukan perbaikan kinerja dengan mencari kesalahan-kesalahan yang ada, memperbaiki skill, membangun karakter yang lebih positif, dan seterusnya. Ini jauh lebih positif ketimbang hanya merasakan depresi, mengasihani diri sendiri dan menyalahkan orang lain.

4. Memperbaiki / Memperluas Hubungan

Wilayah hubungan yang perlu diperbaiki adalah: Hubungan dengan diri sendiri, antara lain: kontrol diri, meditasi, dialog diri, dan lain-lain. Memperbaiki hubungan dengan diri sendiri akan membuat cepat mengontrol atau menarik diri dari keadaan yang tidak menguntungkan. Kalau sadar bahwa sedang depresi dan sadar bahwa harus segera mengambil tindakan, tentu ini akan beda persoalannya; Hubungan dengan orang lain. Memperbaiki hubungan dengan dengan manusia akan membantu usaha yang dilakukan dalam mengatasi depresi. Tetapi harus ingat bahwa manusia itu bisa digolongkan menjadi dua, yaitu: ada mausia yang menjadi sumber depresi, dan ada manusia yang menjadi bantuan solusi atas depresi. Yang dibutuhkan (sebanyak-banyaknya) adalah manusia kelompok kedua. Jangan sampai menjauhi semua manusia, trauma kepada semua manusia atau tidak percaya pada semua manusia; Hubungan dengan Tuhan (meningkatkan iman). Caranya dengan menjalankan ajaran agama (formal dan non-formal) sampai benar-benar merasa dan meyakini ada semacam kebersamaan. Kebersamaan di sini bukan kebersamaan yang halusinasi (tidak berdasar dan tidak berefek), tetapi kebersamaan yang mendorong untuk melakukan hal positif dan menghindari hal negatif. Kebersamaan seperti ini akan memperkuat dan mencerahkan.

5. Mengganti Paham Perfection Menjadi Excelence

Dengan bahasa yang sederhana dapat dijelaskan bahwa perfection adalah menuntut kesempurnaan (dari orang lain, dari diri sendiri, dan dari dunia ini). Sementara, excellence adalah mengusahakan kesempurnaan secara bertahap, perbaikan berkelanjutan. Perfection lebih dekat pada keyakinan yang tidak rasional. Keyakinan seperti ini lebih mudah terkena depresi pada saat ingin mengatasi depresi, misalnya saja tidak mau gagal lagi (kemungkinan untuk gagal itu selalu ada), anti toleransi terhadap kelemahan orang lain (semua orang punya kelemahan), dan seterusnya.

Menurut Susan Dunn, MA, (When Perfect Isn’t Good Enough, www.selfgrowth.com), perfeksionis dapat mengakibatkan hal-hal buruk antara lain adalah: Dapat mengantarkan pada isolasi diri; Dapat mengantarkan menjadi orang yang takut menghadapi resiko hidup; Dapat mengantarkan pada kesulitan dalam membuat keputusan atau sasaran hidup yang tepat; Dapat mengantarkan pada kesalahan dalam menilai diri (overestimate); Dapat mengantarkan menjadi orang kerdil yang sulit mempercayai orang lain.
Posted by Hendrawan Wibisono at 31/1/2009

Usir Stres dengan Relaksasi

Stres adalah penyebab utama penyakit fisik dan penyakit mental, termasuk menyebabkan bobot tubuh menjadi bertambah dan berkurang drastis.Selain itu, stres juga berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Dengan relaksasi, stres bisa reda dan kualitas hidup sehat bisa kita raih. Caranya :

Pejamkan mata, ambil napas dalam-dalam, tahan 5-7 detik, kemudian hembuskan pelan-pelan. Ulangi 10 sampai 12 kali, atau sesuai yang kita butuhkan.
[Generate by Smileykiti] Lakukan strecth atau peregangan. Stres bisa menyebabkan otot-otot tubuh menjadi tegang. Saat kita merasa tegang dan gelisah, cobalah untuk berdiri dan lakukan peregangan tubuh dengan cepat. Peregangan yang sederhana sekalipun mampu membuat otot menjadi lemas kembali dan menghilangkan perasaan gelisah.
[Generate by Smileykiti] Lakukan meditasi selama 20-30 menit setiap pagi dan sore. Meditasi membantu menenangkan tubuh dan pikiran. Meditasi sederhana, seperti diam dan memusatkan pikiran bisa membuat kita merasa damai.
[Generate by Smileykiti] Membaca buku humor dan nonton film komedi favorit. Science membuktikan tertawa adalah cara ampuh untuk meredakan stres.
[Generate by Smileykiti] Berjalan-jalan dengan seseorang yang kita sayangi bisa meredakan stres. Gandeng orang atau hewan peliharaan yang kita sayangi dan ajak berjalan-jalan sebentar di taman.

Kata-kata bijak yang sering aku ingat adalah,"Janganlah Kamu Bersedih, Karena Bersedih Hanya Akan membuat Kamu Menjadi Pemalas".Terapkan hal ini pula di saat kamu sedih ya, niscaya rasa sedih dan stres kamu bisa reda. Trust Me [Generate by Smileykiti]

Nyeri Kepala karena Ketegangan Otot/stres/Depresi

NYERI KEPALA KARENA KETEGANGAN OTOT
Dr. Yuda Turana, SpS

Pasti pernah anda merasakan nyeri kepala seperti pegal di daerah tengkuk setelah bekerja di depan komputer atau menyetir terlalu lama? Hal tersebut disebabkan oleh ketegangan otot -otot sekitar kepala dan disebut sebagai nyeri kepala tipe tegang. Pada tulisan ini dicoba dibahas lebih jauh mengenai hal tersebut.

Sakit kepala merupakan keluhan utama yang sering disajikan kepada dokter. Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan - bangunan di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bukan hanya masalah fisik semata sebagai sebab nyeri kepala tersebut namun masalah psikis juga sebagai sebab dominan.
Diketahui bahwa orang - orang yang cenderung sakit kepala mempunyai kepribadian yang tidak banyak berbeda. Mereka rata - rata tergolong dalam kelompok yang mempunyai perasaan kurang mantap, selalu sangsi akan kemampuan diri sendiri dan mudah menjadi gentar dan tegang. Karena watak itu, mereka mencerminkan sikap hidup yang serba kaku, sangat berhati - hati, cermat sekali serta menginginkan segala - galanya serba sempurna dan juga cenderung untuk mendendam. Pada akhirnya, terjadi peningkatan tekanan jiwa dan penurunan tenaga. Pada saat itulah mereka terganggu dan ketidakpuasan membangkitkan reaksi afektif pada otot - otot kepala, leher, bahu, serta vaskularisasi kepala sehingga timbul sakit kepala. Jenis sakit kepala inilah yang disebut nyeri kepala tipe tegang .
Terdapat beberapa faktor pencetus nyeri kepala tipe tegang seperti misalnya :
Peristiwa stres tertentu, depresi dan kecemasan, kurang tidur atau perubahan pola tidur rutin, tidak makan, postur tubuh yang salah, bekerja dalam posisi yang tidak enak, kurangnya aktifitas fisik, kegiatan fisik yang intens, termasuk aktifitas seksual, perubahan hormonal yang berhubungan dengan menstruasi, kehamilan, atau penggunaan hormon, obat - obatan yang digunakan untuk kondisi lain, seperti depresi atau tekanan darah tinggi, penggunaan obat untuk sakit kepala yang berlebihan
Beberapa orang melaporkan adanya stres atau rasa lapar sebelum sakit kepalanya muncul.


Kontraksi dan ketegangan otot
Salah satu teori yang paling populer dalam penyebab nyeri kepala ini adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala ini mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit kepala setelah adanya kontraksi otot. Ada juga yang mengatakan bahwa pasien dengan sakit kepala kronis bisa sangat sensitif terhadap nyeri secara umum atau terjadi peningkatan nyeri terhadap kontraksi otot.
Sebuah teori mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Aliran darah berkurang sehingga oksigen terhambat dan hasil metabolisme menumpuk, mengakibatkan nyeri.

Perubahan kimia
Para peneliti sekarang mulai percaya bahwa nyeri kepala ini bisa timbul akibat perubahan dari zat kimia tertentu di otak - serotonin, endorphin, dan beberapa zat kimia lain - yang membantu dalam komunikasi saraf. Ini serupa dengan perubahan biokimia yang berhubungan dengan migren. Meskipun mengapa zat - zat kimia ini berfluktuasi tidak diketahui, ada anggapan bahwa proses ini mengaktifkan jalur nyeri terhadap otak dan mengganggu kemampuan otak untuk menekan nyeri. Pada satu sisi, ketegangan otot di leher dan kulit kepala bisa menyebabkan sakit kepala pada orang dengan gangguan zat kimia. Di sisi lain, ketegangan otot bisa merupakan hasil dari perubahan zat kimia ini.
Karena nyeri kepala tipe ini dan migren melibatkan perubahan yang mirip pada otak, beberapa peneliti percaya bahwa kedua tipe sakit kepala ini berhubungan. Beberapa ahli berspekulasi bahwa migren mungkin bisa berasal dari tension headache yang berulang. Migren bisa dibedakan saat nyeri yang terasa menjadi sangat hebat. Ada juga yang beranggapan migren yang ringan adalah suatu jenis tension headache.

Gambaran Klinis dan Diagnosis
Untuk diagnosis yang tepat, pasien harus menjelaskan durasi dan frekuensi dari sakit kepala, adanya perubahan karakter dalam beberapa waktu belakangan, lokasi, jenis, intensitas nyeri, gejala lain yang berhubungan, dan tindakan yang dilakukan saat sakit kepala muncul.
Pasien disuruh mengingat apa yang kira - kira menyebabkan sakit kepala muncul dan apa yang dapat memperbaiki gejala. Menanyakan tentang obat - obat yang sedang atau telah didapat juga penting untuk mengetahui adanya sakit kepala yang berasal dari penggunaan obat berlebihan atau migren yang bertransformasi.
Harus ditanyakan pula hal - hal yang mungkin berhubungan dengan sakit kepala, misalnya sakit kronik dan pengobatannya, riwayat trauma, perubahan pola makan, obat - obat yang sedang dikonsumsi atau adanya penghentian obat, riwayat penyalahgunaan obat, kafein, atau alkohol, adanya stres, depresi, dan kecemasan. Riwayat penyakit dalam keluarga juga penting untuk diketahui.
Sifat sakit bervariasi antara pegal kencang dan nyeri pegal. Perasaan itu dapat dirasakan pada salah satu sisi saja atau di seluruh kepala. Nyeri pegal atau perasaan tidak enak itu dapat dirasakan sebagai berdenyut atau kencang mengikat kepala atau nyeri pegal sepanjang kondilus oksipitalis dan tepi orbitalis sesisi atau kedua sisi. Intensitasnya bervariasi dari ringan sampai sedang. Beratnya penyakit bervariasi dari satu orang ke orang lain dan dari satu serangan ke serangan lain.
Nyeri kepala tipe ini dapat berlangsung selama 30 menit sampai 1 minggu penuh. Sakit bisa dirasakan kadang - kadang atau terus menerus. Bila sakit kepala mencapai 15 hari atau lebih dalam sebulan selama beberapa bulan, maka kelompok ini digolongkan kronik.
Beberapa orang dengan nyeri kepala tipe tegang mengalami ketidaknyamanan di daerah rahang. Bisa juga ditemukan ketegangan pada kulit kepala, leher, otot bahu, kesulitan tidur, kelelahan, iritabel, kehilangan napsu makan, dan kesulitan berkonsentrasi. Berbeda dengan migren, nyeri kepala jenis ini biasanya tidak berhubungan dengan gangguan penglihatan ( titik - titik gelap atau kilasan cahaya), mual, muntah, sakit perut, kelemahan atau rasa baal pada satu sisi tubuh, atau gangguan pembicaraan. Pada migren, kegiatan fisik dapat memperburuk sakit kepala, sedangkan pada tension headache tidak. Sedikit orang dengan tension headache mengalami peningkatan sensitifitas terhadap cahaya atau suara, tetapi ini bukanlah gejala yang umum.
Biasanya dokter akan memeriksa kepala dan leher dan melakukan pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan motorik, refleks, korrdinasi, dan sensasi. Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan pada bola mata yang bisa menyebabkan sakit kepala. Dokter mungkin memeriksa daya ingat jangka pendek dan fungsi mental pasien dengan menanyakan beberapa pertanyaan.
Bila dokter menemukan adanya kelainan saraf pada pemeriksaan fisik ataupun adanya nyeri kepala yang progresif memberat biasanya akan dilakukan pemeriksaan penunjang yang berupa pencitraan otak seperti CT scan atau MRI.

Bagaimana pengobatannya?
Nyeri kepala tipe tegang biasanya mudah diobati sendiri. Dengan pengobatan, relaksasi, perubahan pola hidup, dan terapi lain, lebih dari 90% pasien sembuh dengan baik.

Saat nyeri timbul dapat diberikan beberapa obat untuk menghentikan atau mengurangi sakit yang dirasakan saat serangan muncul. Penghilang sakit yang sering digunakan adalah: acetaminophen dan NSAID seperti aspirin, ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen
Acetaminophen efektif untuk sakit kepala sedang sampai berat dalam dosis tinggi. Efek samping acetaminophen lebih jarang ditemukan, tetapi penggunaan dalam dosis besar untuk waktu yang lama bias menyebabkan kerusakan hati yang berat. NSAID efektif dalam dosis yang lebih rendah. Efek samping yang ditemukan antara lain mual, diare atau konstipasi, sakit perut, perdarahan dan ulkus.
Pengobatan kombinasi antara acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau obat sedatif biasa digunakan bersamaan. Cara ini lebih efektif untuk menghilangkan sakitnya, tetapi jangan digunakan lebih dari 2 hari dalam seminggu dan penggunaannya harus diawasi oleh dokter.

Tidak banyak terapi yang terbukti dapat mengobati atau mencegah terjadinya tension headache kronik. Saat ini, yang digunakan adalah golongan antidepresan trisiklik dan terapi cognitive - behaviour. Bila digunakan sendiri - sendiri, terapi ini tidak terlalu membantu. Tetapi dengan kombinasi, kemungkinan keberhasilan lebih besar.
Banyak sakit kepala kronik disebabkan karena penggunaan obat sakit kepala yang berlebihan, maka penghentian obat harus dilakukan terlebih dahulu. Obat sakit kepala biasanya bisa langsung dihentikan, tetapi tetap harus dibicarakan dulu dengan dokter. Bila pasien memilih untuk menghentikan obat secara bertahap, maka penghentian harus selesai dalam waktu 3 hari atau kurang. Bila terlalu lama, pasien akan kehilangan keberanian. Setelah proses penghentian, pasien harus diberitahu kemungkinan adanya sakit kepala yang memburuk dalam beberapa hari ke depan. Analgesik jenis lain bisa digunakan sebagai alternatif untuk membantu proses penghentian. Sebagian besar pasien akan merasa lebih baik dalam waktu 2 minggu, meskipun gejala sakit kepala bisa terus berlangsung selama 16 minggu.
Terapi cognitive - behaviour termasuk teknik relaksasi dan pengurangan stress dilakukan untuk menangani sakit kepala. Pada pasien anak - anak dan dewasa muda, terapi ini merupakan pilihan utama.
Beberapa orang merasa lebih baik dengan pemberian 2 tetes minyak peppermint, eucalyptus, atau lavender ke dalam segelas air, kemudian air tersebut digunakan untuk mengompres dahi.
Tanaman lain digunakan sebagai teh atau sebagai suplemen untuk sakit kepala, misalnya feverfew, white willow bark, atau meadowsweet (mengandung bahan kimia yang ditemukan pada aspirin), St. John's wort (tanaman antidepresan), valerian (punya efek sedative dan anti spasmodik), dan ginkgo biloba (dapat meningkatkan aliran darah ke otak). Tetapi karena tidak ada data dari produk - produk ini, maka pengobatan jenis ini tidak direkomendasikan.
Walaupun pengobatan dapat menghilangkan nyeri kepala secara sementara, perubahan pola hidup merupakan cara terbaik untuk memerangi tension headache. Mengikuti jadwal tidur yang baik dan makan makanan dengan gizi seimbang adalah salah satu cara mudah yang bisa dilakukan.
Berolahraga secara teratur seperti berjalan, berenang, atau bersepeda bisa mengurangi frekuensi dan intensitas sakit kepala. Olahraga mengurangi stress, merelaksasi otot dan meningkatkan kadar beta - endorphin yang merupakan penghilang stress alami tubuh. Mengikuti kelas yoga, massage, dan stretching juga membantu mencegah tension headache. Bila sudah ada sakit kepala, olahraga bisa membantu menghilangkan sakit. Tapi dalam beberapa kasus, olahraga memperparah sakit kepala. Jadi sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter sebelum mulai mengikuti kelas olahraga apapun.