Selasa, 28 April 2009

Harga Senyum

Indahnya bunga. Keindahannya mampu melahirkan aneka keindahan baru. Wewangian yang menyegarkan. Juga, keserasian bentuk dan warna yang menakjubkan dan menenteramkan. Sayangnya, tiupan angin kerap membuat bunga terkoyak. Keindahannya pun menjadi pudar.

Betapa nikmatnya hidup kala mampu membuat orang-orang tercinta tetap tersenyum. Bahagia, damai. Hidup menjadi begitu bergairah. Seberat apa pun beban kehidupan, demi senyum, akan terasa ringan.

Sayangnya, tidak semua orang mampu mencetak senyum untuk waktu yang lama. Selalu saja ada badai yang membuat jalan hidup tak lagi seperti di jalan tol. Muncullah kerikil-kerikil masalah. Bahkan, koral-koral konflik yang siap mengoyak senyum untuk waktu yang cukup lama.

Seperti itulah bayang-bayang rasa Pak Deden. Sepuluh hari sudah ia nyaris tak mendapati senyum-senyum yang biasa hinggap dalam pandangannya. Senyum orang-orang yang ia cintai. Semua hampir terkubur bersamaan dengan kecelakaan mobil yang ia alami.

Sejak itulah, Pak Deden tak lagi bisa menjalankan bisnisnya. Dokter pernah bilang kalau ia baru bisa benar-benar sembuh dari patah tulang kaki dan tangan sekitar empat hingga lima bulan. Itu pun dengan catatan. Ia tak lagi bisa tampil seperti dulu. Ada cacat tubuh yang harus ia terima untuk waktu yang cukup lama. Mungkin tahunan. Atau, sama sekali tak pernah sembuh.

Masalahnya, bukan bertumpu pada sakit dan cacat. Insya Allah, Pak Deden menerima itu sebagai musibah. Ia harus terima ketentuan Allah itu dengan lapang dada. Tanpa protes. Apalagi buruk sangka.

Tapi, bisnis percetakan yang baru beberapa bulan ia geluti menanti hak. Sebagian besar modalnya berasal dari pinjaman. Jumlahnya lumayan besar, hampir dua ratus juta rupiah. Gimana mungkin bisa ia kembalikan, kalau bisnis itu tak lagi bisa ia tangani. Padahal, ia sudah terlanjur janji kalau modal itu bisa ia kembalikan dalam waktu setahun. Dan tenggat itu tinggal beberapa bulan.

Belum lagi buat biaya pengobatan. Mobil satu-satunya sudah terjual buat biaya rumah sakit. Pak Deden merasa tak ada lagi yang bisa ia uangkan, kecuali motor dan dua sepeda anak-anaknya. Kalau rumah tak mungkin. Soalnya tanah dan rumah berukuran seratus meter itu masih milik orang tua.

Pak Deden benar-benar bingung. Pusing. Kalau saja bukan karena keimanan, ia ingin lari saja dari dunia ini. Ia ingin pergi jauh sekali. Dan tak akan pernah kembali.

Sesekali ia menatap lekat isteri dan dua anaknya. Setiap kali tatapan itu jatuh ke wajah mereka, pantulan sedih dan susah mengoyak hati Pak Deden. Nyaris, tak ada lagi senyum menghias wajah manis isterinya. Tak ada lagi senyum canda anak-anaknya yang masih sekolah dasar. Semuanya seperti tersulap, hilang dalam sekejap.

Dua minggu yang lalu, pemandangan itu tak pernah terbayang Pak Deden. Masih segar dalam ingatanya, bagaimana di hari Ahad terakhir itu ia berlibur ke kawasan puncak. Indah. Keindahan alam itu belum seberapa dibanding dengan pemandangan senyum-senyum yang terukir dari balik bibir isteri dan anak-anaknya. Kedengarannya begitu renyah. Membuat arena hidup jadi begitu berwarna. Sebuah harga yang teramat mahal untuk sebuah keluarga.

Masih terbayang bagaimana Pak Deden berlari-lari mengejar si bungsu yang baru bisa bersepeda. Larinya kian bersemangat saat sang anak mengeluarkan tawa riang. “Terus…, goes terus, Nak!” suara Pak Deden sambil terus berlari dengan kakinya yang masih sehat.

Masih segar dalam ingatan Pak Deden bagaimana ketika ia pulang membawa televisi baru. Tak seorang pun yang tak senyum kala itu. Sambil berjingkrak kecil, kedua anaknya menemani sang ayah membuka kardus. Saat itu juga, isteri tercintanya menghampiri. “Lancar bisnisnya, Yah?” suara sang isteri sambil ikut melihat. Perlahan, Pak Deden membuka pembungkus televisi baru itu dengan kedua tangannya yang sehat.

Kini, kaki dan tangannya tak lagi seperti dulu. Jangankan mampu membuahkan senyum, menggerakkannya pun sudah susah. Justru, kaki dan tangannya menjadi bahan tangis orang-orang yang ia cintai itu.

Andai, ia tak terlalu ngebut waktu itu. Andai ia menuruti nasihat isterinya. Andai…. “Astaghfirullah,” suara Pak Deden beriring nafasnya yang mulai tak beraturan. Ia berusaha menutup rapat pintu-pintu setan. Semua kehendak Allah. Akan selalu ada kebaikan di balik itu. Lagi-lagi, Pak Deden beristighfar. Mungkin, ada salah yang tak ia sadari.

Mata Pak Deden menyapu sekeliling ruangan. Sepi. Hari menjelang siang seperti itu memang biasa sepi. Kecuali, isterinya yang saat ini mulai mengajar. Kedua anaknya masih sibuk-sibuk di sekolah. Ah, kayak apa air muka mereka saat ini. Pak Deden mencoba menangkap kesan. “Semoga mereka tetap tersenyum. Semoga, hidayah Allah memberkahi senyum-senyum hati mereka. Semoga, masih banyak senyum di balik jendela lusa,” ucap Pak Deden dalam hati.

Menatap senyum memang tak ubahnya seperti menikmati indahnya bunga. Segar, menenangkan. Namun, bukan salah angin bertiup kencang. Dan bukan dosa angin yang membuat bunga terkoyak. Kitalah yang mesti cermat menggali. Dengan cara apa lagi, bunga senyum lain bisa hadir kembali.

sumber : www.eramuslim.com
Yusuf Li-Taghyiir An-Nafsy's blog
http://www.pencerahanhati.com/yusuf99/blog/6108/

SEGELAS SUSU

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup sebagai penjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa di kantongnya hanya tersisa uang beberapa sen, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang perempuan muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Perempuan muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?"

Perempuan itu menjawab, "Kamu tidak perlu membayar apapun".



"Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan," kata perempuan itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata, "Dari dalam hatiku, aku berterima kasih pada Anda."

Sekian tahun kemudian, perempuan tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si perempuan tersebut.

Dengan jas dokternya ia menemui si perempuan itu. Ia langsung mengenali perempuan itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa perempuan itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus perempuan itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan. Perempuan itu sembuh! Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Perempuan itu takut untuk membuka amplop tagihan, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya.

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi..
"Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.." tertanda, DR Howard Kelly.

Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.

Kazamatsuri's blog
http://www.pencerahanhati.com/ariefrey2005/blog/6117/

Minggu, 26 April 2009

Kebencian Hari Ini, Petaka Esok Hari

Sahabat resensi.net, percayakah anda, sebuah dendam dan kebencian yang ditebar hari ini membuahkan celaka bagi generasi mendatang? Mari kita tengok.

Berapa sering kita mendengar banyaknya korban akibat ranjau yang ditanam saat perang puluhan tahun silam. Di Rusia, Cina, Kolombia, Kamboja, Jenewa, Irak, Afganistan, negara-negara Afrika, dan lain-lain.

Ranjau-ranjau itu adalah sisa-sisa amarah, bekas-bekas angkara, dan jejak-jejak amuk, dan bekas-bekas kebencian. Kebencian atas penindasan dan ketidak adilan. Kebencian akan perilaku adikuasa.

Kita tak pernah tahu kapan semua itu akan tersapu bersih. Meski damai telah dijabattangankan, siapa bisa menjamin tak ada penyesalan di kemudian hari? Betapa mahalnya sebuah kebencian.

Hal ini mengajarkan pada kita untuk tidak hanya mempertimbangkan apa yang terjadi pada esok hari akibat perbuatan kita hari ini. Ketika kita membenci sesuatu, maka kebencian itu akan beranak pinak, dan akan kembali kepada kita sebesar kebencian yang kita tebarkan.

Mari tanyakan pada diri sendiri, buat apa kebencian ini? Adakah manfaatnya? Adakah akibat diesok hari buat diri kita dan anak cucu kita? Adakah jalan yang lebih baik? Karena ranjau-ranjau kebencian itu akan melukai orang yang membenci, juga orang yang dibenci. Dua-duanya sama-sama terluka.

Namun ada yang harus digaris bawahi, bahwa kebencian tidaklah sama dengan ketegasan sikap dalam menegakkan aturan dan batas-batas norma kehidupan. Kebencian lebih condong mengarah pada subjek, sedang ketegasan lebih mengacu pada perilaku dan perbuatan.

Semakin jauh kita memandang ke depan, semestinya semakin besar nilai perbuatan kita hari ini bagi kemanusiaan. Semakin berhati-hati dalam menentukan langkah dalam bertindak.

Sumber: http://www.resensi.net/

Kentang dan Dendam

Suatu waktu, ada seorang guru SMP yang meminta murid-muridnya untuk membawa satu kantung plastik ke sekolah. Kemudian, dia meminta setiap anak untuk memasukkan satu kentang berukuran kelereng yang telah disediakan kedalam kantung untuk setiap orang yang berbuat salah pada mereka dan tak mau mereka maafkan. Kantung itu harus mereka bawa selama satu minggu.

Anak-anak diminta menuliskan nama orang itu dan tanggal kejadian pada kulit kentang. Dan kantung tersebut harus dibawa kemanapun mereka pergi selama satu minggu penuh. Kantung itu, harus berada di sisi mereka saat tidur, di letakkan di meja saat mereka belajar, dan ditenteng saat berjalan. Menjadikan kantung itu sebagai teman mereka. Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, namun tidak sedikit juga yang memiliki plastik kelebihan beban.

Hari berganti hari kentang itu makin membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini. Akhirnya, waktu satu minggu itupun selesai.

Dan semua anak, agaknya banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus.

=============

Sahabat, ada hikmah dibalik cerita ini. Saat kita tidak mau memaafkan seseorang, maka itu seperti kita sedang membawa beban. Iya, membawa beban di hati kita.

Memberi maaf adalah lebih mudah dan ringan daripada membawa beban yang akan memperlambat pikiran juga gerak kita. Iya, memperlambat. pikiran yang seharusnya memikirkan hal lain, harus terisi sebagian oleh siapa dan kenapa kita tidak memberi maaf.

Saat kita menyimpan dan memendam kemarahan, dendam, maka sebenarnya kita sedang membawa kebusukan dihati kita. Akan ada perasaan berat, tertekan, juga kegalauan menyelimuti hati kita. Dan ini adalah suatu penyakit

Segala sesuatu yang busuk, jika tidak segera dibuang, maka pada saatnya nanti akan dibuang beserta wadahnya. Begitu pula dengan kita, jika kebencian itu tidak segera dibuang dari hati kita, maka kitalah yang akan dipinggirkan dari sekeliling kita.

Mungkin kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita beri maaf. Namun, harus kita sadari, bahwa pemberian itu, adalah juga hadiah buat diri kita sendiri. Hadiah untuk sebuah kebebasan.

Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah, dan kedegilan hati.

Read more: http://www.resensi.net/kentang-dan-dendam/2011/01/#ixzz1CAVXinMw

Rabu, 22 April 2009

Bagai Katak Dalam Tempurung

by Rahmat Mr. Power

Mungkin Anda sudah mengetahui pepatah Bagai katak dalam tempurung. Pepatah ini begitu populer. Tapi, apa yang akan saya sampaikan adalah model barunya. Iya, arti dari pepatah ini adalah orang yang wawasannya tidak terlalu luas. Ia tidak tahu situasi lain, selain di sekitar tempatnya berada saja. Kesannya, orang seperti ini adalah orang yang tidak gaul.

Namun tahukah Anda, bahwa orang gaul pun bisa memiliki sifat yang sama dengan apa yang dikatakan pepatah ini? Yup, orang yang merasa gaul dan suka membaca tidak terbebas dari kemungkinan menjadi orang seperti dalam pepatah ini. Bisa jadi, Anda pun termasuk di dalamnya.

Silahkan lanjutkan membaca untuk mengetahui apakah Anda termasuk dan solusinya untuk mencegah dan keluar dari sikap seperti ini.

Apa itu tempurung? Bagai katak dalam tempurung, artinya si katak tidak bisa melihat dunia luar karena dibatasi oleh tempurung. Jadi makna yang lebih mendalam dari pepatah ini ialah hidup yang dibatasi. Yang dimaksud batas ini bukan hanya membatasi mata lahir saja. Namun, yang lebih bahaya ialah saat mata hati dan pikiran kita yang dibatasi.
Tertutup Mata Hati

Mata hati yang dibatasi tidak bisa melihat kebenaran. Apa yang membatasi hati? Yang membatasi hati itu adalah hawa nafsu. Orang yang hatinya sudah tertutup oleh hawa nafsu tidak akan mampu melihat kebenaran. Satu-satunya cara agar bisa melihat kebenaran ialah dengan menyingkap tabir tersebut, bukan meniadakannya sebab hawa nafsu sudah bagian dari manusia. Ciri-cri orang yang mata hatinya tertutup ialah tidak bisa melihat cahaya, bahkan saat dia sedang membaca sumber cahaya tersebut, yaitu Al Quran. Atau orang yang selalu/sering menolak nasihat atau selalu melakukan pembenaran saat menerima nasihat.
Pikiran yang Dibatasi

Model kedua dari makna bagai kata dalam tempurung ialah saat pikiran kita yang dibatasi. Orang yang rendah diri adalah orang yang pikiran dibatasi oleh anggapan akan kemampuan diri yang rendah. Orang yang putus asa adalah orang yang pikirannya dibatasi oleh sempitnya ide-ide yang bisa menjadi solusi. Dia pikir tidak ada yang bisa dilakukannya lagi, dia pikir semua sudah dilakukan. Padahal belum semua cara dan ikhtiar yang dilakukan, dia hanya menganggap semuanya sudah dilakukan karena pikirannya sebatas itu.

Dan, masih banyak lagi akibat negatif dari berpikiran sempit.
Buka Hati Buka Pikiran

Bagai katak dalam tempurung, si katak merasa bahwa dunianya memang seperti itu. Gelap dan sempit. Dia merasa bahwa itulah realitas hidup. Dia tidak sadar kalau dirinya sebenarnya terkungkung oleh sempitnya tempurung. Banyak juga manusia yang merasa hidupnya sudah baik-baik saja. Dia merasa seperti itulah hidup yang sebenarnya. Mereka tidak menyadari bahwa hidup bisa lebih luar dari itu.

Terlepas, apakah Anda merasa Bagai Katak Dalam Tempurung atau tidak, maka Anda tetap harus membuka hati dan pikiran Anda. Seperti yang saya jelaskan di modul Berpikir Diluar Kotak Revolusi Waktu, bahwa sebenarnya kita ada dalam kotak tertentu. Sejauh mana apa yang Anda capai dan miliki saat ini, itu adalah ukuran dari kotak atau batasan yang ada pada diri Anda. Artinya jika Anda ingin memiliki pencapaian yang lebih besar, maka bukalah pikiran Anda.

Bukalah hati. Membuka hati bisa dimulai dengan membersihkan kotoran-kotoran yang ada dalam hati. Mulailah dengan memohon ampun kepada Allah dan memperbanyak ibadah agar hati kita menjadi bening. Terimalah nasihat, apalagi yang datang dari Al Quran dan hadits shahih, meski pun nasihat itu menonjok hati Anda. Jika Anda tidak suka dengan nasihat baik, artinya ada sesuatu dalam hati Anda. Maka mulailah untuk menerima nasihat meski terasa pahit, bukan menolaknya atau mencari pembenaran.

Mudah-mudahan, kita semua terhindar dari orang yang tertutup baik mata hatinya maupun pikirannya. Mudah-mudahan hidup kita tidak Bagai Katak Dalam Tempurung.

Bunga Mawar Di Hati Kita

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.

Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula
duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa
duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

=====

Sahabat, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu pesan moral yang bisa kita raih didalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Allah lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, ada sebagian dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Merasakan hanya kelemahan yang ada pada dirinya. Merasa hanya menjadi beban bagi orang lain. Banyak dari saudara kita yang hanya melihat sisi buruk, sehingga dalam menjalani kehidupan ini dipenuhi dengan kepesimisan seolah menolak keberadaan mereka sendiri. Saudara kita itu sering kecewa dengan dirinya dan tidak mau menerimanya. Mereka berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari nya. Sehingga menolak untuk “menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah adadan tak pernah memahami potensi yang dimilikinya.

Mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu.

Sahabat, jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu,
kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk
membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan pada mereka akan keberadaan mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumn mawar pada hati mereka akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita, dan kembali kita bagikan pada mereka yang merasa tersisih dan tersingkir. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa. Kebahagiaan kita adalah saat kita menemukan mereka, jiwa-jiwa yang tersisih, jiwa-jiwa yang pesimis, tersenyum bahagia, seolah menemukan udara disaat mereka akan kehabisan oksigen

Selamat berkebun!!

by Irfan
Resensi.net

Minggu, 19 April 2009

CINTA TULUS SEORANG IBU

Ditulis Oleh : SM Nursalsabila (Bela)
Kelas 6 (enam) SDIT Kaefa, Ciomas Bogor

Dikisahkan,seorang pria mempunyai ibu yang hanya mempunyai satu mata.dia sangat membecinya. Sang ibu bekerja sebagai juru masak SMP tempat pria itu sekolah untuk biaya hidup mereka. .Hari itu si Ibu datang ke kelas dan menyapanya.pria itu sangat malu, lalu mengacuhkannya dan berlalu pergi.


Keesokan harinya,teman-teman mengejeknya."ingin rasanya aku menghilang",kata pria itu.saat pulang, dia berteriak kepada ibunya,"kalau ibu hanya ingin membuatku jadi bahan tertawaan, kenapa ibu tidak mati saja?! "pria itu benar-benar marah saat itu.dia berteriak keluar dari rumah itu dan tidak lagi berhubungan dengan ibunya sama sekali.


Pria itu belajar dengan semangat dan akhirnya mendapat beasiswa belajar di singapura, .kemudian menikah dan memiliki anak-anak di singapura.
Sampai suatu hari, ibunya datang ke singapura untuk menjenguk, saat tiba di depan pintu, anak-anaknya yang melihatnya dan sangat ketakutan.dan saat itu juga dia berteriak, "beraninya kau datang ke rumahku, pergi dari sini.kau hanya menakut-nakuti anakku!!!" ibunya pergi dan berlalu.


Suatu hari datang undangan reuni SMP tempat tinggal asal pria itu. dia hadir dan melihat rumahnya kosong.saat dia berjalan keluar, ada tetangganya yang memberi tahu bahwa ibunya telah meninggal dunia dan menitipkannya sepucuk surat kepada pria itu, Dan membacanya: "anakku tercinta, aku selalu memikirkanmu setiap saat dan setiap waktu. Maafkan ibumu saat datang ke singapura dan menakut-nakutimu dan anak-anakmu. Maafkan ibumu yang telah membuat malu di depan teman-temanmu dulu. Semoga kau mengerti…….waktu kau kecil, kamu mengalami kecelakaan yang menyebabkanmu kehilangan satu matamu.sebagai ibu,aku tak sanggup melihatmu tumbuh hanya dangan satu mata.aku memberikan milikku, satu mataku yang telah kuberikan kepadamu, agar kau bisa melihat dengan sempurna.aku bahagia karena anakku akan memperlihatkan seluruh dunia untukku dengan mata itu."


With love,ibu
Pengorbanan seorang ibu bisa sangat luar biasa,.maka sudah seharusnya kita selalu menyayangi, menghormati, dan mencintai orang tua, khususnya ibu, karena bagaimanapun keadaan ibu kita,tidak akan pernah bisa sukses bahkan tidak akan pernah lahir di dunia ini jika tanpa pengorbanan seorang ibu.

Sabtu, 18 April 2009

Satu Pesan Beda Efek (Semua Karena Persepsi)

Dahulu kala ada 2 orang kakak beradik. Sebelum meninggal, ayah mereka berpesan dua hal :

"Jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu"
"Jika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari."

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Ibunya yang masih hidup menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :

"Inilah karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong. Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak."


Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang ibupun bertanya hal yang sama.

Jawab anak sulung :

"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut. Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup. Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama."

Bagaimana dengan anda ?

Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda jika kita melihat dengan positif attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita .. pilihan ada di tangan kita.

Berusaha melakukan hal biasa yang dikerjakan dengan cara yang luar biasa.
Mengubah diri Anda sendiri, biasanya merupakan cara terbaik untuk merubah orang.

Senin, 13 April 2009

Kebesaran Jiwa Seorang Ibu

Kisah Nyata - Kebesaran Jiwa Seorang Ibu

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic.

Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager. Gaji-nya pun lumayan.

Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.

Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be.

Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali).

Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan dirumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.

Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. ” Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”.

Setelah ibunya sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja kesupermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam media cetak dan elektronik.

Teman2 yang masih punya Ibu (Mama atau Mami) di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya. Selagi masih ada waktu. Jangan sia-sia kan budi jasa ibu selama ini yang merawat dan membesarkan kita tanpa pamrih. kasih seorang ibu sungguh mulia.

sumber : forum.kapanlagi.com

Pantaskah Kita Mengeluh

Pantaskah kita mengeluh

Penulis: Slamet Raharjo

Betapa sering kali kita mengeluh,bahkan lebih banyak mengeluhnya terhadap kenyataan yang sering kita hadapi dan kita alami dalam setiap jengkal langkah-langkah kehidupan kita.Ketika kita ,mengalami masa-masa yang menyenangkan dan masa-masa yang dipenuhi dengan kenikmatan yang telah diberikan oleh Alloh kita dengan senang hati menerima dan menikmatinya bahkan kita kadang melupakan dari mana dan siapa pemberi nikmat dan kesenangan yang kita peroleh,sehingga kita lupa tuk berbagi atas nikmat dan kesenangan yang kita terima kepada orang lain yang orang lain juga ada hak didalam kenikmatan dan kesenangan yang kita terima karena hati kita pikiran kita berpikir bahwa kesenangan dan kenikmatan itu kitaperoleh dari usaha dan upaya keras kita sehingga kita enggan berbagi karena kita merasa itu adalah hasil kerja keras kita .

Ketika kita menghadapi hidup yang penuh dengan kenikmatan dan kesenangan kita tidak pernah mengeluhkan nya bahkan kita sering lupa dengan menggunakannya untuk berfoya-foya hanya tuk mencari kesengan hati dan kesengan sesaat.Banyak dari kita yang diberi kelebihan oleh Alloh harta,tapi hanya digunakan tuk bersenang-senang igunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat lupa akan haknya harta yang di dalamnya ada kewajiban zakat ada kewajiban terhadap fakir miskin ,kita melupan tuk shodakoh dan beramal sholih dan beramal jariyah,dan punya anggapan ini harta adalah harta saya terserah saya menggunakannya dan suka-suka saya.Kadang sebagian kita diberi kenikmatan dan kesenangan berupa wajah yang rupawan cantik nian dan tampan nian tapi justru karena ketampanan dan kecantikannya menyeret mereka kedalam jurang kenistaan yang menyebabkan kehancuran nya.Kecantikan dan ketampanan mereka gnakan hanya tuk mengumbar hawa nafsu mereka,mereka bawa kecantikan dan ketampanan mereka kedalam kesenangan sesaat melupakan bahwa kecantikan dan ketampanan itu hakikinya bukan cantik dan tampan pada rupawan saja yang hakikinya tampan dan cantik hati,sehingga mereka melupakan menghiasi hati dan jiwa mereka dengan hati dan jiwa yng rupawan yang indah yang bias membuah mereka makin cantik dan tampan lahir dan batin mereka.Ketika orang menjalani kehidupan dengan penuh kenikmatan dan kesenangan ,kita diberi harta,kita diberi anak-anak yg cantik baik,diberi wajah yang cantik wajah yang tampan,diberi pekerjaan yang mapan pernahkah kita mengelhkannya?pernah kita menyalahkan pada Alloh?

Tapi bagaimana ketika mengalami hal yang sebaliknya mengalami kesulitan dan kepahitan dalam langkah-langkah kehidupan kita.ketika kita banyak menghadap permasaahan dan persolan kehidupan tentang masalah kita,tentang kesehatan kita anak-anak kita,tentang masalah keluarga kita.Bagaiman jika diberi Alloh kemiskinan harta ,laparnya perut,dan wajah yang buruk rupa dan lain-lain masalah dan persolan hidup?apa yan kita lakukan?betapa kita sering mengeluh bkankah demikian?sering kita menyalahkan pada kehidupan pada Alloh yang telah menghadirkan banyak persoalan?Padahal dalam kenyataan nya kehidupan yang kita jalani adalah kehidpan yang lebih banyak permasalahan dan persoalan ,kehidupan yang sulit dan berat dan keras penh dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan sehingga menimbulkan konflik dan persolaan karena tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak kita.Kita berharap seperti ini tapi yang terjadi justru sebaliknya sehingga kita timbulnya kecewa dan merasa Alloh memperlakukan kita tidak adil,dan iti pasti pernah kita alami bersama.Oleh karena itu daripada mengeluhkan keadaan dan segala persoalan dalam hidup kita,bukankah lebih baik dan masuk akal kita berfikir antk mengatasi permasalahan dan persoalan yang kita alami?Bukankah lebih baik kita berhenti menangisi dan mengkasihani diri kita sendiri dan berusa berfikir tuk bagaimana keluar dari masalah diri?Dan berhentilah berfikir apa yang diperoleh dan dipunyai orang lain serta kenikmatan yang dinikmati orang lain dan memulai melakukan sesuatu yang positif dengan sesuatu yang telah kita miliki dan kita nikmati saat ini,dan memperbaiki situasi yang kita alami sehigga kita bias menerima dan bersyukur kepada yang Alloh berikan kepada kita dan berpaya dan berusaha lebih untk memperbaiki diri tanpa mengeluhkan segala persolan dan masalah yang kita hadapi,tapi tumbuh kepercayaan dan keyakinan kita mampu menyelesaiakndan mampu serta kuat dalam menghadapi persoalan kehidupan.

Dalam pepatah jawa diungkapkan dalam kalimat “nrimo ing pandom disertani usaha lan tirakat banter”yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah”menerima apa yang telah diberikan oleh Alloh atau mensyukuri pemberiaan alloh dengan diikti usaha dan kerja keras.”Kita jangan menghitung masalah yang kita alami tetapi apa nikmat yang kita peroleh an berkah apa yang telah kita dapat sebagai contoh kita tidak punya mobi atau sepeda motor atau bahkan tidak punya kendaraan sehingga kita kemana-man jalan kaki tetapi diluar kita ada yang gak diberi kaki oleh Alloh,betapa besar nikmat dan anugrah dengan diberi kaki sehingga kita lupa mensyukurinya karena kita selalu melihat yang diberi kenikmatan oleh Alloh lebih dari kita karena diberi mobil ,sepeda motor dll.Saya pernah dinasehati oleh teman saya “goleko jalane syukur”maksudnya carilah jalan agar bias mensyukuri nikmat dan berkah yang diberikan oleh Alloh,,sebagai contoh jalan-jalan dirumah sakit,melihat orang yang gila sehingga kita bias mersa syukur atas nikmat Alloh .Berikut sebuah puisi yang isinya hampir sama maksudnya

Tuhan,Maafkan aku ketika aku Mengeluh

Hari ini, di sebuah bus, aku melihat seorang gadis cantik dengan rambut pirang.

Aku iri dengannya. Dia tampak begitu ceria dan bahagia, seandainya Aku sama sepertinya.

Ketika dia beranjak pergi, Aku melihatnya berjalan tertatih-tatih dilorong

Ia memiliki satu kaki dan mengenakan tongkat penopang

Namun ketika dia lewat, dia tersenyum.

Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.

Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku!

Aku berhenti untuk membeli bunga lili.

Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona.

Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira.

Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa.

Ketika aku pergi, dia berkata, “Terimakasih. Engkau sudah begitu baik.

Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu. Lihat saya buta.”

Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.

Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.

Lalu, sementara berjalan,

aku melihat seorang anak dengan bola mata biru.

Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain.

Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya.

Aku berhenti sejenak, lalu berkata,

“Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, Nak?”

Dia memandang ke depan tanpa bersuara,

lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar.

Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.

Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.

Dengan dua kaki untuk membawa aku ke mana aku mau.

Dengan dua mata untuk memandang matahari terbenam.

Dengan dua telinga untuk mendengar apa yang ingin kudengar.

Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh…

Jadi masih pantaskah kita mengeluh? padahal kita telah ayak diberi nikmat yang kita rasakan.pantaskah kita merasa diperlakkan tidak adil oleh Alloh hanya karena diberi cobaan oleh Alloh?Pantaskah merasa tidak diberi keadilan?Itu semua jawabnya dlam hati dan jiwa kita seperti cuplikan cerita dibawah ini nanti jadi semua it tergantung dari hati kita,kerjaan hati kita menilainya. bagaimana dengan hati Anda?

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi,

datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.

Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Pemuda itu, memang tampak

seperti orang yang tak bahagia.

Pemuda itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak

mendengarkan dengan seksama. Beliau lalu mengambil segenggam garam

dan segelas air. Dimasukkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduk

perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya, “ujar Pak

tua itu.

“Asin. Asin sekali, “jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua tersenyum kecil mendengar jawaban itu. Beliau lalu mengajak

sang pemuda ke tepi telaga di dekat tempat tinggal Beliau. Sesampai

di tepi telaga, Pak Tua menaburkan segenggam garam ke dalam telaga

itu. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga itu. “Coba, ambil

air dari telaga ini dan minumlah.” Saat pemuda itu selesai mereguk

air itu,

Beliau bertanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar,” sahut sang pemuda.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” tanya Beliau lagi.

“Tidak,” jawab si anak muda.

Dengan lembut Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. “Anak

muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam

tadi, tak lebih dan tak kurang. Jumlah garam yang kutaburkan sama,

tetapi rasa air yang kau rasakan berbeda. Demikian pula kepahitan

akan kegagalan yang kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat

tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan

didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua

akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan

dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu

lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu

untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Beliau melanjutkan nasehatnya. “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu

adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.

Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana

telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya

menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Terakhir seberapa luaskah hati kita menerima segala masalah dan persoalan kehidupan yang kita alami dan bagaimana hati kita ,jiwa kita menyikapi masalah dan persolan yang ada,Sehingga masalah dan persolan itu menjadi sebuah kenikmatan dan anugrah dalam hidup kita itulah kerja hati kita.

Sumber : Kompasiana.com

Minggu, 12 April 2009

Mengasah Kemampuan Diri

oleh : Andrie Wongso


Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, maka calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, ia berhasil merobohkan delapan batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus. "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu selama ini. Teruskan bekerja seperti itu."

Karena sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi. Tetapi dia hanya berhasil merobohkan tujuh batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tapi hasilnya tetap tidak memuaskan, bahkan mengecewakan. Semakin bertambah hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan.

"Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon, merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap kepada sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?"

"Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu! Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga," kata si penebang.

"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil maksimal. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama, tetapi tidak diasah. Kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bisa bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang, mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukkan kepala dan mengucap terima kasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

Pembaca yang berbahagia,

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, dan sibuk terus, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak, "mengasah" dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan spiritual.

Seperti pepatah Mandarin yang mengatakan istirahat bukan berarti berhenti, tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi. Tentunya istirahat kita seharusnya menjadi istirahat yang berkualitas dan bukan untuk bermalas-malasan. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan dinamis!

Salam sukses, luar biasa!

Kamis, 09 April 2009

Menyelesaikan Masalah

Menyelesaikan Masalah
Penulis : Andrie Wongso

Pagi ini Jakarta tidak begitu cerah dan sepertinya hujan akan kembali turun. Kemarin guyuran hujan begitu besar sejak siang. Meskipun tidak terjadi banjir sisa-sisa hujan masih terlihat di jalanan. Ketika saya akan berangkat ke Radio Sonora, genangan air terlihat di beberapa tempat.

Perjalanan saya sempat terhenti karena antrean kendaraan begitu padat akibat terhalang genangan air di jalanan. Terjadi kemacetan padahal saya harus tiba on time untuk acara live talkshow Success Wisdom & Motivation. Saya berpikir bagaimana mencari jalan alternatif yang bisa mengantarkan saya hingga tiba tepat waktu. Akhirnya jalan alternatif itu saya temukan dan saya berhasil tiba di studio sebelum jam tujuh pagi.

Pengalaman saya tadi merupakan bukti kecil dari tema yang justru saya bahas di pagi tadi: MENGATASI MASALAH. Masalah hidup memang sering datang tak terduga. Tugas kita adalah mengatasi masalah itu.

Netter yang berbahagia!

Masalah hidup yang dihadapi setiap orang tentulah berbeda. Bahkan sesuatu yang dianggap masalah oleh seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain. Hal ini tergantung pada cara pandang orang bersangkutan melihat apa yang dialaminya.

Saya memberi ilustrasi cerita menarik di mana seorang anak yang sedang masygul diberi nasihat oleh seorang kakek berdasarkan perumpamaan sehari-hari. Si anak muda diminta untuk mengambil segelas air dan ke dalam air itu dimasukkan dua genggam garam. Lalu si anak diminta mencicipinya. Sudah tentu air itu akan terasa sangat asin.

Kemudian si kakek mengajak anak itu ke danau dan meminta air garam itu dimasukkan ke danau. Kemudian si kakek meminta si anak mencicipi air danau. Rasa asin itu sudah hilang.

Masalah hidup ini pun sama seperti segenggam garam tadi.Rasa asin itu bisa berupa kesulitan, penderitaan yang dialami kita, atau masalah hidup lainnya. Nah, seberapa besar rasa asin itu dirasakan oleh kita sebagai penderitaan semuanya tergantung dari kebesaran hati dan keikhlasan kita. Jika hati kita hanya sebesar gelas, rasa asin akan terasa. Bila hati kita seluas danau kita hanya akan merasakan air yang tawar. Maka selayaknya kita terus belajar dan memperluas wawasan kebijaksanaan kita, agar masalah yang datang bukan lagi dipandang sebagai penderitaan, tetapi bagian dari kehidupan yang harus kita jalani.

Bagaimana teman-teman?

Salam sukses luar biasa!

Kisah Si Anak dan Persegi

by rohisaluswah

Di suatu senja, duduklah seorang ibu yang sedang membantu anak-anaknya mengulang-ulang pelajaran mereka. Sang ibu memberi putra kecilnya yang berusia 4 tahun sebuah buku gambar agar tidak mengganggunya dalam memberikan keterangan terhadap pelajaran saudara-saudaranya yang lain.

Tiba-tiba sang ibu teringat bahwa dia belum menghadirkan makan malam untuk ayah suaminya (mertuanya), seorang yang sudah lanjut, dan hidup bersama mereka di sebuah kamar di luar bangunan rumah, yaitu di pelataran rumah. Adalah sang ibu melayaninya sesuai dengan kemampuannya, dan sang suami ridha dengan pelayanan terhadap ayahnya yang tidak meninggalkan kamarnya karena kesehatannya yang lemah.

Sang ibupun cepat-cepat memberi sang mertua makanan. Dan bertanya kepadanya, apakah sang ayah membutuhkan pelayanan lain, lalu dia pergi meninggalkannya.

Saat dia kembali ke tempatnya bersama dengan putra-putranya, dia memperhatikan bahwa anak bungsunya tengah menggambar lingkaran dan persegi. Dan meletakkan di dalam lingkaran dan persegi tersebut simbol-simbol. Maka sang ibupun bertanya: Apa yang kamu gambar?

Dia menjawab dengan penuh kecerdasan: “Sesungguhnya aku tengah menggambar rumahku yang nanti aku akan tinggal di dalamnya saat aku dewasa dan menikah.”

Jawaban si anak menggembirakan sang ibu. Lalu sang ibu bertanya: Di mana engkau akan tidur?” Si anakpun memperlihatkan kepada sang ibu setiap persegi dan berkata: “ini adalah kamar tidur….ini dapur … ini ruang tamu..” Dia menghitung-hitung apa saja yang dia ketahui dari ruang ruang di rumah.

Lantas dia meninggalkan satu kotak persegi yang sendirian di luar daerah yang telah dia gambar yang mencakup keseluruhan kamar.

Sang ibu pun terheran, dan berkata: “Lalu mengapa kamar ini ada di luar rumah? Terpisah dari kamar kamar yang lain?

Si anak menjawab: “Kamar tersebut untuk ibu, aku akan meletakkan ibu di sana, ibu akan hidup di sana sendirian sebagaimana kakekku yang sudah tua.”

Sang ibupun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putranya!!!

“Apakah aku akan sendirian di luar rumah di pelataran rumah tanpa bisa bersenang-senang dengan berbicara bersama anak-anakku? Aku tidak bisa berbahagia dengan ucapan ucapan mereka, kebahagiaan mereka,dan permainan mereka saat aku lemah, tidak mampu menggerakkan tubuh? Siapa yang aku ajak bicara saat itu? Apakah aku akan menghabiskan sisa umurku sendirian di antara empat dinding tanpa bisa mendengar suara anggota keluargaku??

Maka sang ibu cepat-cepat memanggil pembantu, kemudian dengan cepat memindah perabotan ruang tamu yang biasanya merupakan ruang yang paling baik, kemudian menghadirkan ranjang ayah suaminya, lalu memindah perabotan ruang tamu ke dalam kamar sang kakek di pelataran rumah.

Di saat sang suami pulang, dia terperanjat dengan apa yang dia lihat, dan takjub, lalu bertanya apa penyebab perubahan ini?

Sang istri menjawab dengan air mata yang berlinangan di kedua matanya: “Sesungguhnya aku memilih ruang yang paling indah untuk kita hidup didalamnya jika Allah memberikan kepada kita umur sampai usia lanjut yang lemah untuk bergerak. Dan biarlah tamu berada di ruang luar di pelataran rumah.”

Sang suamipun faham apa yang dimaksud oleh sang istri, lalu memuji perbuatannya terhadap ayahnya yang tengah melihat kepada mereka dengan senyuman dan pandangan mata keridhaan. Sementara sang anak… dia menghapus gambarnya… dan tersenyum.

Cerita Tukang Sepatu dan Tuan Tanah

Penulis : Andrie Wongso

Dikisahkan di sebuah desa kecil, ada seorang tukang sepatu. Meskipun kehidupannya sangat sederhana, tetapi dia tampak santai dan bahagia. Hobinya, menyanyi. Mulai dari pagi saat mandi, siang hari waktu bekerja, maupun malam hari, tak henti-hentinya dia menyanyi dengan riang gembira. Sementara, tak jauh dari rumahnya, tinggal seorang tuan tanah yang kaya. Akan tetapi meskipun dia memiliki banyak harta, hidupnya tidak bahagia. Yah, dia selalu merasa ketakutan orang mencuri hartanya. Karena ketakutannya itu, saat malam hari dia sering tidak bisa tertidur lelap.

Tiap pagi, saat mendengar nyanyian si tukang sepatu, sang tuan tanah menjadi iri dan sedikit jengkel. “Mengapa tukang sepatu bisa sebahagia itu, sedangkan aku mau tidur pun sulit. Alangkah baiknya kalau tidur bisa seperti makanan dan minuman, bisa dibeli dengan uang, maka aku akan membayar berapapun untuk dapat tidur dengan nyenyak.”

Pada suatu hari, tuan tanah mengundang si tukang sepatu ke rumahnya. “Pak, berapa pendapatanmu dalam sebulan?” tanyanya.

Tukang sepatu sambil tersenyum menjawab, ”Sebulan? Keseharian saja pendapatanku tidak menentu, kadang ada, kadang tidak. Setiap hari asal bisa makan sesuap nasi saja, aku sudah bersyukur.”

Dengan penasaran si tuan tanah lanjut bertanya, ”Lho, bagaimana kamu bisa sebahagia itu?”

“Asalkan setiap hari aku bisa makan, aku sudah puas. Aku tidak banyak berpikir, maka aku tidak perlu merasa susah,” jawab tukang sepatu.

“Aku sangat iri kepadamu dan menghormatimu. Ini, aku hadiahi satu keping uang emas. Simpanlah baik-baik, mungkin kelak engkau memerlukannya,” kata tuan tanah seraya mengangsurkan uangnya kepada si tukang sepatu.

Wah, seumur hidup belum pernah si tukang sepatu melihat uang emas. Bahkan, meskipun sudah bekerja sangat keras, takkan bisa ia menabung uang sebanyak itu. Maka, dia pun sangat berterima kasih, dan dengan gembira pulang ke rumahnya.

Sampai di rumah, ia menyimpan uang itu di tempat yang teraman menurut dirinya. Dan sejak saat itu, keceriaannya mendadak lenyap. Dia tidak pernah menyanyi lagi, selalu merasa ketakutan bila orang akan mencuri uangnya. Dia juga selalu mencurigai orang yang mendekatinya dan berpikir, jangan-jangan orang itu mau mengambil hartanya. Maka, dia pun tidak lagi bisa tidur dengan nyenyak.

Setelah beberapa lama, stresnya mulai menjadi-jadi. Keceriaannya yang dulu hilang sama sekali. Akhirnya, karena tidak tahan lagi, dia berlari ke rumah tetangganya, ”Pak, tolong kembalikan nyanyian dan kebahagiaanku. Ambillah kembali uangmu ini.”

Setelah mengembalikan uang emas itu, si tukang sepatu pun bisa kembali terlepas dari semua beban. Maka, ia pun kembali bisa menyanyi dengan riang gembira dan tidur lelap di malam hari.

Teman2 FB yang bijaksana,

Sungguh kasihan manusia yang sifatnya seperti tuan tanah dan tukang sepatu dalam cerita ilustrasi di atas. Keterikatan dengan harta membuat mereka setiap hari menderita, tidak bisa tidur pulas, dan selalu cemas karena takut kehilangan harta. Bukannya bahagia dengan harta, tapi mereka justru menderita karena sibuk menjaganya!

Namun, apakah kebahagiaan hanya bisa didapat dengan cara hidup seperti tukang sepatu, yakni dengan cara apa adanya dan tanpa harus berusaha dan bekerja keras? Sudah pasti tidak! Kita berhak menjadi sukses. Sebagaimana saya juga telah memilih jalan untuk menjadi sukses. Saya tidak meratapi kemiskinan di masa lalu karena saya yakin sukses adalah hak saya, hak kita semua. Maka, untuk itu, kita pun dituntut untuk bekerja keras guna mewujudkan kehidupan sukses yang kita inginkan.

Dan alangkah baiknya jika kita memiliki cara pandang yang benar pada harta dan materi. Salah satu caranya yaitu dengan mau menyisihkan sebagian harta untuk membantu orang lain. Sebab, dengan mau berbagi, kita sebenarnya sudah menjadi "tuan" bagi harta kita sendiri.

Mari, sisihkan sebagian harta untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Menikmati kesuksesan dengan cara berbagi pada sesama akan membuat hidup kita akan jauh lebih berarti.. Setuju kan?

Salam sukses, luar biasa!!

Senin, 06 April 2009

Jangan Pernah Kehilangan Harapan

by Motivator Motivasi


KRISIS ekonomi berkepanjangan yang diikuti dengan kegagalan sejumlah aspek dari gerakan reformasi tampaknya mulai membuahkan pesimisme rakyat Indonesia akan masa depan bangsa. Orang menjadi kehilangan harapan, bahkan khawatir mengenai eksistensi Indonesia sebagai sebuah negara bangsa.

Deretan pertanyaan bisa terus bertambah dan rasa lelah itu akan semakin menjadi jika yang terbentang di depan mata hanyalah sisi gelap bangsa. Di saat itulah keputusasaan akan muncul, yang berarti berakhirlah sudah makna kita sebagai bangsa.

Mungkin ada baiknya kita mulai menengok ke sekeliling, mencoba mencari sinar pelita seredup apa pun. Banyak orang tak menyadari kehadiran pelita-pelita kecil itu karena yang didambakan adalah sinar terang gemerlap yang tak kunjung menyala.

DI sekeliling kita sebetulnya masih banyak individu-individu yang diam-diam berbuat sesuatu, menelurkan karyanya tanpa harapan pujian atau imbalan. Boleh jadi nama mereka hanya dikenal di komunitas kecilnya. Tak ada lomba atau kompetisi yang mempertarungkan kemampuan mereka.

Kita tengok Trisno Suwito, pria berusia 60 tahun, warga Dusun Plarung, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, yang begitu telaten mengumpulkan berbagai umbi langka untuk dikembangbiakkan. Umbi-umbian-yang pada tahun 1960-an menjadi penolong rakyat saat musibah kekeringan dan kelaparan datang-kini memang mulai dilupakan orang, bersamaan dengan diperkenalkannya penanaman padi.

“Padahal, bapak saya bilang, ‘Kalau kamu tetap menanam umbi, ketika ada kelaparan lagi, kamu tidak akan mati’,” kata Trisno, anak Noyo Semito, petani miskin di dusun itu. Menjelang akhir hayatnya tahun 2000, Noyo memintanya untuk menyelamatkan umbi-umbian langka dan menanamnya kembali di ladang.

Untuk mendapatkan umbi- kini Trisno dapat mengumpulkan sekitar 150 jenis umbi-setiap hari ia harus meniti bukit cadas tajam di sekitar desanya. Kadang kala ia temukan bibit di sela batu cadas, tinggal sebatang dan hampir mati.

Koleksi Trisno saat ini antara lain adalah gembili jempina (Dioscorea sp), gembili wulung/ungu (Dioscorea sp), umbi senggani ulo yang bentuknya mirip ular melingkar, umbi legi, compleng (Amorphopallus sp), coklok, katak (Dioscorea pentafolia), dan beberapa jenis ganyong (Kanna edulif).

Tentang koleksinya itu, Trisno yang tidak tamat pendidikan sekolah dasar (SD) hafal betul cirinya masing-masing, mulai dari bentuk daun, batang, duri, sampai bagaimana cara mengolahnya-terutama untuk umbi beracun-agar aman dikonsumsi. Bagi Trisno, mengumpulkan umbi-umbian seperti mengumpulkan harta karun.

“Untuk generasi sekarang dan yang akan datang,” kata Trisno yang sangat senang jika ada mahasiswa, kandidat doktor, atau peneliti datang bertanya atau bahkan meneliti koleksinya. “Saya merasa usaha keras saya dihargai,” ungkapnya.

SERUPA dengan Trisno, Hadi Jatmiko juga bisa dibilang pelestari alam kecil-kecilan. Kakek berusia 72 tahun ini gemar menanam bibit jati di tanah kosong yang berjarak 500 meter dari rumahnya. Warga Dusun Jetis Kaliurang, Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, ini sampai rela menjual kolam lele dan hasilnya habis dibelikan bibit jati. Ia pun rela “didiamkan” sang istri, yang menganggapnya sudah gila.

Tak kurang dari 4.000 bibit jati yang dibeli di Ngawi ditanam di tanah kosong tak produktif seluas 4.000 meter persegi. Padahal, untuk memperoleh tanah itu, ia harus membeli dengan pinjaman bank sebesar Rp 6 juta. Jaminannya hanya surat keterangan pensiunan pegawai negeri golongan II B.

Filosofi Hadi sederhana. Menanam jati sama saja belajar tentang kesejatian hidup karena hasilnya tak akan bisa dinikmati si penanam melainkan keturunannya. “Kalau tanah dibiarkan penuh semak belukar, sampai 20 tahun pun tetap jadi semak. Tetapi, kalau ditanami jati, 20 tahun lagi akan bernilai tinggi,” katanya.

Apa yang dirintis Hadi ternyata menular pada tetangganya. Mereka pun kini rajin menanam lahan kosong tak produktif dengan pokok jati sehingga di dusunnya terbentuk Kelompok Tani Jati Lestari. Dalam waktu empat tahun, kelompok ini beranggotakan 20 orang dan telah menanam 49.000 batang jati. Hadi pun kini makin kerap diminta menanam jadi di wilayah lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan sampai Sumatera Utara. Total tanah yang ditanami jati olehnya sampai 50 hektar.

SEMENTARA itu, di Karimunjawa, Jawa Tengah, nama Ismarjoko Budi Santoso (38) dikenal sebagai orang bersungguh-sungguh yang melestarikan penyu. Untuk urusan penyu yang sangat dilindungi ini sekurangnya telah ada tiga peraturan hukum yang memayunginya. Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam mengancam penangkap penyu dengan hukuman lima tahun penjara dan denda Rp 100 juta. UU ini lantas diterjemahkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 7/1999 tentang Penyu Hijau sebagai Satwa Dilindungi dan Surat Keputusan Menteri Kehutan No 882 /Kpts/II/92 yang mengatur perlindungan penyu pipih dan penyu sisik.

Namun, aturan hukum hanyalah urusan hitam di atas putih. Yang terjadi di lapangan sendiri adalah persoalan hukum pasar. Daging dan telur penyu dicari orang untuk dikonsumsi, begitu juga karapas alias batok yang biasa dipakai sebagai suvenir. Hati Ismarjoko-yang sehari- hari berprofesi sebagai nelayan sekaligus pengumpul ikan- pun belakangan tergerak. Di satu sisi, ia ingin menyelamatkan penyu dari kepunahan, tetapi di sisi lain ia berniat membantu sesama nelayan. Dengan modal pas-pasan, ia pun membangun bak pembesaran tukik (anak penyu) berukuran 1,5 meter x 1 meter yang diisi air laut.

Supaya para nelayan bersedia melepas telur penyu yang dimiliki, Ismarjoko membelinya dengan harga dua kali lipat dari harga pasar. Meski tidak mudah menetaskannya di alam bebas- “Pernah tahun 2000 saya membeli 260 telur, sebanyak 124 butir di antaranya gagal menetas,” ujarnya pasrah-Ismarjoko tak patah semangat. Padahal, ia juga tahu, daya hidup tukik sangat rendah. Dari 1.000 tukik, paling hanya satu atau dua ekor yang bisa terus menjadi dewasa, suatu perjalanan yang membutuhkan waktu sampai 30 tahunan.

Tukik yang berusia 6-12 bulan itu kemudian harus dilepaskan ke laut. Sejak tahun 2000, tak kurang dari 700 tukik dikembalikan Ismarjoko ke habitatnya kendati ia menargetkan bisa meningkat sampai 300-500 anak penyu setiap tahunnya. “Pelepasan penyu seharusnya bisa menarik wisatawan karena artinya kita ikut terlibat dalam pelestarian penyu,” ujarnya menambahkan.

BETAPA besar pengabdian pelita-pelita kecil pada umat manusia bisa dilihat dari kesederhanaan dan sikap tanpa pamrih mereka. Tangan menghadap ke bawah, bukan menengadah ke atas. Artinya, menyumbangkan kemampuan diri lebih penting daripada meminta-minta bantuan orang.

Hermawati (48), misalnya, selama sepuluh tahun terakhir mendirikan sekolah, SD Tunas Nelayan, sekaligus menjadi guru bagi murid-muridnya tanpa bayaran sepeser pun. Di sebuah pulau kecil berukuran empat kilometer persegi, Pulau Burung-terletak 10 menit perjalanan dengan speedboat dari Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan- ia membangun “kandang sekolah” berukuran 3 meter x 6 meter. Dengan dinding papan, atap rumbia berlubang-lubang, dan lantai tanah yang setiap saat siap ambruk, sekolah yang dipimpin Hermawati ini lebih mirip kandang ternak daripada kelas belajar.

Ruangan itu disekat menjadi tiga kelas kecil yang menampung murid dari kelas 1 hingga kelas 5 sebanyak 35 orang. Tak heran jika jam belajar pun digilir masing-masing satu jam. Maklum, gurunya hanya satu, Hermawati sendiri.

“Saya sebenarnya bukan guru, saya hanya sekolah sampai sekolah rakyat. Setelah membangun sekolah ini, saya memang sempat ikut Kejar Paket B,” ujar Hermawati. Adapun yang mendorongnya membangun sekolah tak lain karena kasihan melihat nasib anak- anak nelayan yang tidak bisa membaca dan menulis. “Zaman sudah maju, tetapi kami semakin terbelakang,” katanya.

Sementara tak mungkin untuk menarik uang SPP apalagi uang “gedung”, Hermawati pun kelabakan membantu belajar anak-anaknya dalam soal buku pelajaran. Suatu kali ia pernah mengajukan proposal ke berbagai kantor pemerintah agar mereka dibantu dengan buku- buku pelajaran, tetapi tak sedikit pun tanggapan datang. Yang lebih memusingkan, murid-muridnya yang hendak melanjutkan ke kelas 6 SD ternyata mengalami kesulitan untuk pindah sekolah karena kualitasnya dianggap tak memadai. Kenyataan ini sungguh menyakitkan anak-anak Pulau Burung. Mereka hanya bisa melanjutkan pelajaran di sekolah madrasah.

MIRIP dengan kisah Hermawati, apa yang dilakukan Ibe Karyanto (41) di pinggiran Kali Malang, Jakarta Timur, secara total hanya diperuntukkan bagi anak-anak jalanan. Begitu totalnya hingga nyaris tak ada harta benda pribadi yang layak untuk dirinya sendiri. Ibe tinggal bersama sekitar 80 anak jalanan selama 24 jam. Ruang pribadinya hanya kamar di barak berdinding kayu bekas. Ranjangnya dilapisi selembar kasur tipis. Harta “termewah” hanya kendaraan jip Toyota Hardtop butut keluaran tahun 1974.

Bersama dengan Sanggar Akar, ia menggerakkan dukungan banyak orang-termasuk pemusik, pematung, pembuat film, guru, dan mahasiswa-untuk kelangsungan hidup anak-anak termarjinalkan ini. Mereka membantu Ibe untuk mengajar musik, teater, menyablon, membuat patung, dan lain-lain. Sehari-hari Ibe mendampingi anak-anak itu hingga pukul 03.00 tanpa hari libur.

Sejak awal Ibe memang menggunakan pendekatan kesenian untuk mendidik anak- anak jalanan itu. Hasilnya lumayan, generasi pertama mereka kini sudah bisa menjadi andalan aktivitas sanggar. Bahkan, ada tujuh anak didik Ibe yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan mengambil bidang seni rupa, musik, desain, serta bahasa Inggris.

Dari orang-orang semacam Ibe, Hermawati, Hadi, Trisno, atau Ismarjoko sebenarnya Indonesia bisa berharap masih ada masa depan yang cerah di depan kita. Jangan pernah kita kehilangan harapan itu. (j10/aik/bsw/wis/amr/fit)

Sumber: Kompas – Kamis, 30 Desember 2004

Read more: http://www.resensi.net/jangan-pernah-kehilangan-harapan/2007/01/#ixzz1DCjN61RM

Minggu, 05 April 2009

10 Hal Yang Membuat Uang Banyak Tidak Berguna!

10 Hal Yang Membuat Uang Banyak Tidak Berguna!

Uang, siapun butuh uang. Orang Dewasa, Remaja bahkan anak – anak kecil sekalipun kenal dengan benda yang namanya uang. Memang uang penting dalam kehidupan, tanpa alat tukar ini kita tidak mukin bisa memenuhi kebutuhan hidup. Uang membuat sebagian orang bisa melakukan banyak hal daripada orang yang tidak memilikinya. Tetapi seberapapun pentingnya uang, masih ada hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.

1. Waktu
Uang tidak akan bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu. Setelah hari berganti, maka waktu 24jam tersebut akan hilang dan tidak akan mukin akan kembali lagi. Karena itu gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menytakan perhatian dan kasih sayang anda kepada orang yang sangat anda sayang dan anda cintai, sebelum waktu itu berlalu dan anda menyesalinya.

2. Kebahagiaan
Memang kedengarannya aneh, Tetapi inilah kenyataannya. Uang memang bisa membuat anda merasa senang karena anda bisa membiayai liburan mewah, memberi laptop dengan fasilitas yang sangat modern, atau modifikasi mobil balap. Tapi uang tidak bisa menghadirkan secercah kebahagiaan dari dalam lubuk hati kita.

3. Kebahagiaan Anak
Untuk membelikan makan dan pakaian yang bagus – bagus untuk anak tercinta memang membutuhkan uang. Tapi anda tidak bisa menggunakan uang untuk memberi rasa aman, tanggung jawab, sikap yang baik serta kepandaian pada anak anda. Hal ini merupakan buah dari waktu dan perhatian yang anda curahkan untuk mereka dan hal – hal baik yang anda ajarkan. Uang memang membantu kita memenuhi aspek pengasuhan, tapi waktu telah membuktikan bahwa kebutuhan dasar tiap anak adalah berapa banyak waktu yang diberikan orangtuanya, bukan orangnya.

4. Cinta
Cinta tidak bisa dibeli dengan uang, akuilah hal ini benar. Memang dengan uang kita bisa membuat orang tertarik, tapi cinta berasal dari rasa saling menghargai, perhatian, berbagi pengalaman dan kesempatan untuk berkembang bersama. Itu sebabnya banyak pasangan yang menikah karena uang, tak bertahan lama.

5. Penerimaan
Untuk diterima oleh lingkungan pergaulan, Anda tak butuh uang. Bila Anda ingin diterima, fokuskan energi Anda untuk membuat diri Anda berharga bagi lingkungan sekitar dengan menjadi teman dalam suka dan duka.

6. Kesehatan
Kita butuh uang untuk mengongkosi biaya perawatan dan membeli obat, tapi uang tak bisa menggantikan kesehatan yang hilang. Itu sebabnya pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati sebaiknya kita terapkan. Mulailah berolahraga, berhenti merokok, dan banyak hal lain yang pasti sudah Anda tahu.

7. Kesuksesan
Beberapa orang memang ada yang mencapai kesuksesan dengan menyuap, tapi ini adalah pengecualian. Kesuksesan hanya berasal dari kerja keras, kemauan, dan sedikit kemujuran. Ada aspek kecil dari usaha menuju sukses yang bisa didapatkan dengan uang, misalnya mengikuti pelatihan atau membeli peralatan, tapi sukses lebih banyak berasal dari usaha yang Anda lakukan sendiri.

8. Bakat
Kita dilahirkan dengan bakat tertentu. Dengan uang, yang bisa kita lakukan adalah mengasah bakat tersebut, misalnya belajar musik. Namun para ahli mengatakan, untuk menjadi ahli di bidangnya, kita membutuhkan bakat.

9. Sikap yang baik
Banyak orang yang kaya raya tapi sikapnya kasar dan ucapannya sinis. Tak sedikit orang sederhana yang tutur katanya sopan dan menunjukkan rasa hormat pada orang lain. Jadi, jumlah uang yang dimiliki bukan penentu sikap atau manner seseorang.

10. Kedamaian
Bila uang bisa membeli kedamaian, barangkali kita tak lagi mendengar tentang perang. Justru yang sering terjadi sebaliknya, uang lah yang menjadi sumber pertikaian dan permusuhan.


Money can buy a house, but not a home.
Money can buy a bed, but not sleep.
Money can buy a clock, but not time.
Money can buy a book, but not knowledge.
Money can buy food, but not an appetite.
Money can buy position, but not respect.
Money can buy blood, but not life.
Money can buy medicine, but not health.
Money can buy sex, but not love.
Money can buy insurance, but not safety.


Sumber: kaskus id Arfiska

Impian Tuk Sayangi Mereka

Impian Tuk Sayangi Mereka

Hari itu, aku melihat seorang anak yang berpakaian lusuh dan cukup kotor menuju rumah salah seorang temannya. Pakaiannya itu sebenarnya berwarna putih, tapi menjadi kecoklatan dengan bercak-bercak hitam di beberapa sisi. Dia menyandang tas samping. Awlnya ku fikir ia tengah mengajak temannya bermain selepas bermain dengan teman yang sebelumnya. Ternyata bukan, dia memanggil temannya itu untuk pergi mengaji. Aku langsung heran dan bertanya kepada salah seorang Ibu yang menurutku tahu tentang anak itu.
“Ibu, kenapa pakaian anak itu kotor ? Bukankah dia mau pergi mengaji? Kenapa dia tidak mengganti pakaiannya?” Tanyaku.
”Itu memang pakaian mengajinya. Orang tuanya sepertinya tidak mempedulikannya, makanya dia selalu berpenampilan demikian meskipun untuk pergi mengaji sekalipun. Selain karena kurangnya perhatian, dia itu memang berasal dari keluarga kurang mampu.” Jawab sang Ibu tersebut.
”Kasihan sekali kita melihatnya.” Lanjut Ibu itu.

Sedikit meluangkan waktu dan karena sedikit penasaran, aku bertanya lagi kepada Ibu itu mengenai anak tersebut. ”Ibu,.. Maaf, apa Ibu dari anak itu masih ada? Ayahnya? Bagaimana dengan saudaranya yang lain? Kakaknya apakah ada? Dan rumahnya di mana?
Ibu itu menjawab,”Ibunya masih ada. Ayahnya sudah tidak tinggal bersamanya karena kedua orang tuanya bercerai. Dia itu anak satu-satunya. Jadi, sekarang dia hanya tinggal bertiga bersama Ibu dan neneknya di rumah sederhana yang juga sudah tinggal satu kamar itu akibat gempa kemaren.”

Ya Allah…. Anak sekecil itu harus mendapatkan cobaan yang demikian??
Dia hidup dalam kekurangan materi, lalu apakan harus dia juga hidup kekurangan kasih sayang orang tuanya dan orang-orang sekitarnya??
Pernahkah terfikir oleh kita bahwa di sekitar kita masih banyak peri-peri kecil yang butuh kasih sayang kita??

Tuhan,,, Melihatnya aku takut…
Aku takut jika sekarang, esok, atau sampai saat nanti ia hidup tanpa tahu bagaimana rasa sayang hingga ia menjadi anak yang tidak pandai menyayangi.
Aku takut jika ia tumbuh menjadi anak yang selalu merasa rendah diri karena kekuranggannya dan karena tidak ada seorang pun yang menghargai serta mengacuhkannya.

Wahai engkau bocah kecilku… Adikku…
Andai aku punya istana yang di dalamnya hidup malaikat-malaikat penuh kasih sayang, maka engkau sekalian akan ku biarkan menikmatinya sepuas hatimu walau aku harus hidup di kejamnya panas mentari di luar sana.

Tuhan… Bolehkan aku ini hidup untuk mereka??? Bolehkan aku tetap melihat senyum mereka..??

Ketakutan dan kesedihanku adalah ketika mereka enggan berkumpul bersama teman-teman sebaya yang mereka lihat jauh lebih mapan dari mereka. Sungguh.. sungguh aku takut jika mereka menjauh dan merasa hina dibanding orang-orang kaya itu sementara sebenarnya mereka lebih mulia dari si kaya…

Oh tuhan…. Jangan biarkan rasa hina mengerogoti jiwa mereka. Tetap senangkan hatinya. Hati si kecilku yang kehilangan masa kecilnya bersama kedua Ibu Bapaknya itu.

Adik-adikku.. anak-anakku…
Kelak, jika kalian melihatku datang, mendekatlah padaku… Jangan pernah takuti aku ya… Senyum dan melihat kalian tertawa adalah kebahagiaan terbesarku…

Teman, seoarng anak, meskipun bukan anak kandung kita, saudara kandung kita, atau pun family dekat kita, mereka tetaplah anak kita. Meraka anaknya semua orang muslimin…
Jangan pernah acuhkan mereka sekalipun ia terlihat tidak seperti layknya setiap orang berpenampilan. Mereka hanya butuh kepedulian kita.. Jikalau pun tidak mampu berbuat banyak, jangan pernah sakiti mereka dengan menunjukkan kebencian, cemoohan, atau pun rasa jijik terhadap mereka..

Bayangkanlah teman,, Betapa pilunya hati mereka ketika melihat kita menjauhi mereka…
Astaghfirullah.. Astaghfirullahal”adziim…
Jangan sampai kita membuat hati mereka sedih kemudian membuat mereka terisak menangis pilu di hatinya…

Allah Arrahman dan Arrahim… Dan semoga sifatnya Allah tetap bermekaran di hati kita, bukan malah luntur dikikis oleh sifat yang ditancapkan oleh syaitan..

Teman, maaf ya kalau kelihatannya seperti menggurui.. si “AKU” tdk bermaksud apa-apa. Dia hanya mencoba menuangkan apa yang ia lihat, cerna, dan ia rasa. Si “AKU” bukan orang yang baik, tp ia ingin menjadi baik. Dan ia sadar bahwa butuh waktu yang lama untuk menjadikannya baik karena begitu jauhnya dia dari kebaikan itu..

Artikel dikirim oleh:

vie. zahrasyavie / vie.zahrasyavie@gmail.com

Terima kasih atas kirimannya saudari Vie

Kisah Yang Dialami Siu Lan & Lie Mei di Musim Dingin

by elindasari

Kisah ini bercerita tentang bagaimana tragedy ini terjadi antara seorang ibu yang bernama Siu Lan an anak perempuannya Lie Mei di sebuah desa kecil di China. Siu Lan adalah seorang janda miskin yang memiliki seorang putri kecil yang berumur 7 tahun, yang diberinya nama Lie Mei.

Kemiskinan hidup mereka, memaksa ibu dan anak ini untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup mereka berdua. Hidup mereka penuh kekurangan, sehingga membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lain. Maklum dikarena keseharian mereka disibukkan dengan membuat kue dan menjajakannya sepanjang hari. Apalagi tempat tinggal mereka hanya disebuah desa kecil , sehingga hasil keuntungan dagangan kue merekapun juga sangat minim.

Di suatu ketika, pada musim dingin, saat selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang penjaja kuenya sudah rusak berat. Lalu, dia berpesan agar anaknya Lie Mei menunggu di rumah saja, karena dia akan membeli keranjang kue yang baru.

Tapi ketika Siu lan pulang dari membeli keranjang kue, sang ibu menemukan pintu rumah tidak terkunci dan dia tidak melihat Lie Mei dirumah. Lie Mei tidak berada di rumah seperti pesannya ketika pergi. Maka marahlah Siu Lan. Siu Lan mengutuki putrinya yang tidak menuruti kata-katanya. Putrinya benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya. Lie Mei tidak menunggu rumah seperti pesannya.

(Hem, begitu banyak kekesalan yang membutakan pikiran dan perasaan Siu Lan terhadap anaknya sa’at itu)

Lalu, Siu Lan menyusun kue kedalam keranjang sendirian, dan pergi keluar rumah untuk
menjajakannya. Dinginnya salju yang memenuhi jalan tidak menyurutkan niatnya untuk menjual kue. Bagaimana lagi, mereka harus dapat uang untuk makan. Tapi kali ini Siu Lan pergi dan tetap menggerutu, pikirannya dengan perasaannya masih kesal atas perbuatan putrinya.

Entah apa yang telah merasuki pikiran sang ibu sehingga dia ingin tetap menghukum perbuatan putri kecilnya ini. Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar Lie Mei tidak bisa masuk / pulang. Putri kecil itu harus diberi pelajaran, pikirnya geram. Lie Mei sudah berani kurang ajar.

Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari kaget dan cepat-cepat memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa karena kedinginan di luar.

Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung menyesali perbuatannya yang sangat ceroboh. Tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Putri kecilnya yang malang ini telah pergi meninggalkannya. Dengan segera, Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke rumah dengan harapan keajaiban akan muncul menghidupkan anaknya kembali.

Siu Lan menggoncang- goncangkan tubuh kecil yang telah beku itu. Siu Lan tetap memanggil putri kecilnya, dia meneriakkan nama Lie Mei berkali-kali agar putri kecilnya itu bangun.

Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu, dia membukanya. Ternyata isi dari bungkusan kecil itu adalah sebungkus biskuit kecil yang dibungkus hanya dengan kertas usang.

Siu Lan sangat mengenali tulisan pada kertas usang itu adalah tulisan Lie Mei yang masih berantakan, namun tetap masih bisa terbaca olehnya,

“Hi..hi..hi.. . mami pasti lupa. Ini hari istimewa buat mami. Aku sengaja membelikan biskuit kecil sebagai kejutan buat mami sebentar. Mami jangan marah karena Lie Mei tidak pamit dulu tadi, Biscuit ini untuk hadiah mi. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit ukuran besar. Hi…hi…hi.. mami selamat ulang tahun. Lie Mei sangat sayang pada mami”.

(Oh, tuhan, ternyata putri kecilnya…)

Nah, inti ceritanya adalah…

Hendaknya kita senantiasa untuk jangan terlalu cepat menilai seseorang berdasarkan persepsi kita, karena persepsi kita belum tentu benar adanya. Cobalah untuk mengendalikan emosi dan marah kita, agar tidak sampai menimbulkan efek negatif. Selalulah berpikiran positif karena sesuatu yang positif akan membuahkan hasil yang baik. Insya Allah…


Semoga cerita tersebut memberi bermanfa’at dan inspirasi.

Disarikan dari “True Story”, Xia Wen Pao, 2007

Kamis, 02 April 2009

Arti dan Makna Produktivitas

Artikel kali ini tentang pengembangan diri. Semoga bermanfaat.

Mungkin kita terbiasa untuk menuntaskan apa yang semestinya kita kerjakan setiap hari dengan berkerja keras di akhir pekan. Namun sahabat, bukan itu makna dari tujuh hari dalam seminggu.

Ketika seseorang ingin sembuh dari penyakit, ia harus minum obat setiap hari; bukan dengan meminum seluruh dosis di akhir pekan.

Begitu pula agar seorang siswa dapat naik kelas, maka ia harus mengerjakan pelajaran dan belajar setiap malam; bukan membaca bertumpuk buku sehari menjelang ujian.

Ini adalah prinsip sederhana dari produktivitas.

Produktivitas bukanlah sekedar menghasilkan apa yang dapat kita hasilkan sekarang atau esok. Namun, produktivitas adalah menjaga agar manfaat dari hasil itu bisa diperoleh sebaik-baiknya hingga di masa-masa mendatang. Mungkin anda bisa menghafal semua pelajaran anda dalam waktu semalam, namun jangan menyesal jika itu hanya bertahan semalam pula. Karena itu, produktivitas selalu berkenaan dengan waktu. Sedangkan waktu adalah ketekunan, kesabaran, dan ketahanan diri.

Kata kata bijak motivasi hari ini

Begitu memutuskan, segeralah bertindak. (Maximilien Robespierre)
Pilihlah untuk bertindak, ketimbang menunda. (Og Mandino)

Gelas kotor akan terasa ringan jika segera kita cuci, akan terasa berat jika kita pegang dan cuci setelah seminggu kemudian. hehehe (Resensi.net)

Sumber : Resensi.net

Rabu, 01 April 2009

Mari kita bersyukur : Kisah Karpet

Mari bersyukur : Kisah Karpet

Sebuah kisah nyata...

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki.
Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik.
Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.
Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.
Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu:
"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya.
"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?" Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.
Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.
Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak.
Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.
"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana , artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".
Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.
"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya
"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"
Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".
Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.
Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) . Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.
Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :
Saya BERSYUKUR;
1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain
2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.
3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi
5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman
6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan
7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras
8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup
10. Untuk kenaikan gaji yang sedikit, ttp bersyukur, karena perusahaan masih memperhatikan para staffnya.
11. Untuk ............ Untuk....... ......... . Untuk....... ......... ........

Kejujuran yang Menyelamatkan Jiwa

Kejujuran yang Menyelamatkan Jiwa
by thomas


Disuatu desa terpencil dipinggiran kota , tinggalah seorang anak laki-laki bersama 6 saudaranya, kehidupan keluarga ini terlihat sangatlah sederhana, orang tuanya hanya seorang buruh tani, kakak dan adiknya semua masih bersekolah sementara ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang hanya mengurusi keluarga. Untuk membantu keuangan keluarganya setiap hari selepas pulang sekolah , ia pergi kepasar untuk berjualan asongan.

Pada suatu hari saat anak ini sedang menjajakan dagangannya, tiba-tiba ia melihat sebuah bungkusan kertas koran yang cukup besar , terjatuh dipinggir jalan, lalu diambilnya bungkusan tersebut, kemudian dibukanya bungkusan itu, namun betapa kaget dan terkejutnya ia, ternyata isi bungkusan tersebut berisi uang dalam nominal besar.

Tampak diraut wajahnya rasa iba dan bukan kegembiraan, ia tampak kebinggungan, karena ia yakin uang ini pasti ada yang memilikinya , pada saat itu juga anak ini langsung berinisiatif untuk mencari sipemilik bungkusan tersebut, sambil mencari-cari sipemiliknya, tiba-tiba seorang ibu dengan ditemani seorang satpam datang dengan berlinang air mata menghampiri anak kecil itu , lalu ibu ini berkata “dek, bungkusan itu milik ibu, isi bungkusan itu adalah uang”.

Uang untuk biaya rumah sakit,karena anak ibu baru saja mengalami kecelakan korban tabrak lari, saat ini anak ibu dalam keadaan kritis dan harus cepat dioperasi karena terjadi pendarahan otak, kalau tidak cepat ditangani ibu khawatir jiwa anak ibu tidak akan tertolong.

Pagi ini ibu baru saja menjual semua harta yang ibu miliki untuk biaya rumah sakit, Ibu sangat membutuhkan uang ini untuk menyelamatkan jiwa anak ibu.

Lalu anak kecil tersebut berkata,” benar bu, aku sedang mencari pemilik bungkusan ini, karena aku yakin pemilik bungkusan ini sangat membutuhkan. “Ini bu !, milik ibu”. setelah itu anak kecil tersebut langsung berlari pulang , sesampai dirumah ia ceritakan semua kejadian yang baru saja dialami kepada Ibu nya.

Lalu ibunya berkata , “ Benar anak ku ! “, kamu tidak boleh mengambil barang milik orang lain, walau pun itu dijalanan , karena barang itu bukan milik kita. Ibu sangat bangga pada mu nak, walau pun kita miskin , namun kamu KAYA dengan KEBAIKAN dan KEJUJURAN.

Untuk apa kita memiliki kekayaan yang melimpah, sementara kita harus mengorbankan nyawa orang lain . “Kamu sungguh anak yang baik nak” , ibu sangat bersyukur mempunyai anak seperti mu.

Hari ini ibu percaya, kamu sudah menyelamatkan satu jiwa melalui kebaikan dan kejujuran mu, kamu harus jaga terus kejujuranmu , karena kejujuran dapat menyelamatkan banyak orang dan kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana . “Apa yang bukan milik kita, pantang untuk kita ambil”.

(“Matamu adalah pelita tubuhmu, Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi gelap. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.” )

Thomas

Kisah Keluarga Tikus

Kisah Keluarga Tikus

Ini bukan tentang keluarga Stuart Little, ini tentang sebuah keluarga tikus dengan 8 anaknya yang masih belajar mencari makanan. Kebetulan ini adalah keluarga tikus rumahan, yang mencari makanan dari sisa-sisa makanan manusia. Ada dua anak tikus si belang dan si putih menemukan sepotong keju. Namun ada pertanyaan besar bagi kedua anak tikus tersebut, sehingga mereka ragu mengambil keju tersebut.

Apa yang membuat mereka ragu? Sebab keju tersebut tidak terletak di lemari. Padahal mereka biasa mencuri makanan dari lemari.

“Jangan-jangan, keju itu busuk dan dibuang.” kata si putih.

“Tidak, meski dari kejauhan saya mencium kalau keju itu masih segar. Pasti enak.” kata si belang.

“Tapi, warnanya kusam.” bantah di putih.

“Bukan warna yang menentukan, tetapi aromanya.” kata si belang.

“Ya sudah, kita ambil saja!” kata si putih.

“Boleh, tapi ukurannya kecil. Paling cukup untuk kita berdua.” kata si belang.

“Bukankah kata ayah, kita harus berbagi. Kita masih punya 6 saudara.” kata si putih.

“Tapi percuma dibagi-bagi, nanti kebagian sedikit.” kata si belang.

“Cukuplah, tidak kecil-kecil banget. Kita semua bisa kenyang.” kata si putih.

“Iya sih, kalau untuk sekali makan akan kenyang. Tapi untuk 3 kali, terasa kurang.” kata di belang.

Ternyata, ayah mereka mendengar pembicaraan kedua anaknya ini.

“Anak-anaku, apa yang kalian bicarakan adalah benar. Tetapi tidak benar seutuhnya.” sela ayahnya.

“Apa maksud ayah?” kata si putih.

“Kalian terlalu fokus pada kejunya. Kalian harus melihat masalah dengan pandangan yang lain. Ini menyangkut hidup mati kalian.” jelas ayahnya. Tapi kedua anaknya yang belum pengalaman, malah heran dan kebingungan.

“Saya tidak mengerti, ayah.” kata si belang mengernyitkan dahinya.

“OK, tunjukan dimana kalian menemukan keju tersebut.” kata ayahnya.

Kedua anak tikus tersebut mengantar ayahnya menuju letak keju.

“Apa yang kalian lihat?” tanya ayahnya menguji pandangan anak-anaknya.

“Keju, ayah!” jawab kedua anaknya serempak.

“Coba lihat lagi!” kata ayahnya sambil tersenyum. Kedua anaknya memperhatikan keju dengan seksama, tetapi mereka tetap bingung karena tidak ada yang aneh. Melihatnya anaknya kebingungan, ayah mengajak naik ke sebuah meja.

“Nah, sekarang lihat diatas meja ini. Apa yang kalian lihat?” tanya ayahnya.

“Saya melihat sebuah alat dimana ada keju di dalamnya.” jawab si putih.

“Oh iya, baru terlihat.” lanjut si belang. “Alat apa itu ayah?” tanya si belang.

“Itu adalah pertanyaan yang bagus. Kalian sudah tidak terfokus pada kejunya lagi, tetapi pada sistem yang lebih besar. Pertanyaan kalian ini akan menyelamatkan hidup kalian. Alat itu adalah perangkap. Jika kalian mengambil kejunya, ada senjata yang akan membunuh kalian.” jelas ayahnya.

Terang saja, kedua anak tikus ini terperanjat. Kaget bukan kepalang. Tidak terpikirkan sebelumnya. Mereka hanya fokus pada keju.

“Jika kalian melihat secara utuh, pertanyaan kalian akan benar dan akan menyelamatkan kalian. Jangan fokus pada pandangan sempit dan mengambil keputusan dari pandangan tersebut. Dari perbedaan cara pandang ini, bisa menentukan hidup matinya kalian.” jelas ayahnya dengan tatapan kasih kepada kedua anaknya.

Gratis Sepanjang Masa

Gratis Sepanjang Masa
by Obor Motivasi


Suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur. Ia menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisinya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek. Ia pun membaca tulisan itu dan inilah isinya:

Untuk memotong rumput Rp. 5000
Untuk membersihkan kamar tidur minggu ini Rp. 5000
Untuk pergi ke toko disuruh ibu Rp. 3000
Untuk menjaga adik waktu ibu belanja Rp. 5000
Untuk membuang sampah Rp. 1000
Untuk nilai yang bagus Rp. 3000
Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 3000
Jadi jumlah utang ibu adalah Rp. 25000

Sang ibu memandangi anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam benak sang ibu. Lalu ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya. Dan inilah yang ia tuliskan:

Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, gratis
Untuk semua malam ibu menemani kamu, gratis
Untuk membawamu ke dokter dan mengobati saat kamu sakit, serta mendoakan kamu, gratis
Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurus kamu, gratis
Kalau dijumlahkan semua, harga cinta ibu adalah gratis
Untuk semua mainan, makanan, dan baju, gratis
Anakku… dan kalau kamu menjumlahkan semuanya,
Akan kau dapati bahwa harga cinta ibu adalah GRATIS

Seusai membaca apa yang ditulis ibunya, sang anak pun berlinang air mata dan menatap wajah ibunya, dan berkata: “Bu, aku sayang sekali sama ibu” ia kemudian mendekap ibunya. Sang ibu tersenyum sambil mencium rambut buah hatinya.”Ibupun sayang kamu nak” kata sang ibu.

Kemudian sang anak mengambil pulpen dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf besar sambil diperhatikan sang ibu: “LUNAS”

======
sahabat, seberapapun jasa yang tlah kita berikan kepada ibu, seberapapun uang yang kita dapatkan dan kita berikan kepada ibu, atau seberapapun liter keringat kerja yang kita kumpulkan untuk ibu, tidak akan dapat mengganti kasih sayang seorang ibu.Kasih ibu sepanjang masa. dapatkah kita menukar kasih sayang ibu itu dengan materi? menukar dengan bilangan angka?atau menukar dengan rangkaian kata terima kasih sepanjang Salatiga – Roma? Tidak sahabat, sama sekali tidak bisa. Oleh karenanya sahabatqu, Berbuat baiklah kepadanya, sayangilah beliau, cintailah beliau, dan doakanlah beliau….

Sahabat, kita beruntung masih diberi kesempatan untuk mencium tangannya, mencium pipinya, memijit kakinya, membuatkan minuman untuknya dan menunjukkan sayang kita kepadanya. semoga kita dapat terus melayani beliau, di dunia ini, maupun di surga nanti. amin…

Ingin membaca cerita-cerita penuh hikmah? kunjungi websitenya orang Salatiga. www.resensi.net

ISTIMEWANYA BULAN MUHARAM

Keistimewaan 10 Muharam diterangkan dalm hadits Abu Hurairah, bahwa Allah SWT telah mewajibkan Bani Israil berpuasa sehari dalam satu tahu, yakni pada hari Asyura.
“Hari Asyura adalah hari puasa bagi orang Quraisy di zaman jahiliyah, dan Rasulullah SAW mempuasakannya. Ketika tiba di Medinah, beliau mempuasakannya dan menyuruh orang banyak mempuasakannya.” (HR. Aisya)

Ada 10 Muharam juga banyak terjadi peristiwa penting, dan hari dan hari kemenangan para pejuang penengak kebenaran. Pada hari ini :
Allah SWT menjadikan ”Arasy”
Allah SWT menjadikan Malaikat Jibril
Allah SWT menjadikan Lauh Mahfuzh
Hari pertama Allah SWT menciptakan alam
Hari pertama Allah SWT menurunkan rahmat
Hari pertama Allah SWT menurunkan hujan dari langit
Nabi Adam AS bertobat kepada Allah SWT dan tobatnya diterima
Nabi Idris AS diangkat oleh Allah SWT ke tempat yang lebih tinggi
Nabi Nuh AS diselamatkan oleh Allah SWT karena banjir merendam umatnya yang dzalim
Nabi Ibrahim AS diselamatkan oleh Allah SWT dari pembakaran Raja Namrud
Allah SWT menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa AS
Nabi Yusuf AS dibebaskan dari penjar Mesir, setelah meringkuk beberapa tahun akibat fitnah Siti Zulaikah.
Nabi Yaqub AS disembuhkan oleh Allah SWT dari penyakit yang dideritanya
Nabi Yunus AS dikeluarkan dari perut ikan paus, setelah berada di dalamnya selama 40 hari 40 malam
Allah SWT mengizinkan Nabi Musa AS membelah laut merah untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya.
Kesalahan Nabi Daud AS diampuni oleh Allah SWT
Nabi Sulaiman AS dikarunia Allah SWT kerajaan besar

Adapun amalan yang bisa kita lakukan pada tanggal 10 Muharam |:
1.Sholat Tasbih
2.Puasa
3.Shodaqah
4.Memberi nafkah (belanja/makanan) lebih dari biasanya
5.Mandi Asyuro’
6.Ziarah kepada orang-orang sholeh
7.Membesuk orang sakit
8.Mengusap rambur anak yatim
9.Memakai celak
10.Memotong kuku
11.Silahturrohim
12.Membaca surah Al Ikhlas 1000 kali
Setelah Sholat Tasbih dan membaca surah Al Ikhlas (atau tanpa membaca surah Al Ikhlas) lalu membaca do’anya (maaf doanya silahkan cari referensi lain ya)

Lalu menundukkan kepala dengan merasa dirinya bodoh, lemah, hina dan berdoa |:
1.Memuji syukur kepada Allah atas nikamt Islam dan Iman
2.Memuji syukur kepada Allah atas nikmat sehat wal afiat
3.Memuji syukur kepada Allah diberi rizki yang cukup
4.Memohon ampun dan bertaubat kepada Allah
5.Memohonkan ampun untuk kedua orang tua, keluarga dan guru-guru

SELAMAT BERTAHUN BARU 1 MUHARAM 1432 H ya…..

RASAKAN TAHUN BARU ISLAM DENGAN MENINGKATKAN IBADAH, BUKAN SEKADAR BERFOYA-FOYA … ingat-ingat

nasib korban gunung merapi, bromo yang masih banyak yang belum pulih dari deritanya, korban Lapindo , korban gempa di hampir kota yang ada di Indonesia…….

Writer by :
NOVY ER +628123368731
YM : dahlia_sweet200@yahoo.com

AMALAN DAN BERKAH MUHARAM

Tanggal 1 – 9 disunahkan berpuasa (puasa Tasua’)
Tanggal 10 disunahkan berpuasa (puasa Asyura)
Dalam sebulan sebulan ini disunahkan agar memperbanyak amalan sedekah kepada fakir miskin.
Disunahkan supaya melebihkan belanja dalam keluarga
Mengusap kepala anak yatim dan menaruh perasaan belas kasihan terhadap mereka.
Memperbanyak bacaan zikir dan sholawat
Siapa yang berbuat baik kepada anak yatim pada hari itu maka seolah ia telah berlaku baik pada semua anak yatim
Siapa saja yang menziarhi oarng sakit pada hari itu maka seolah-olah ia telah menziarahi semua orang-orang yang sedang sakit
Siapa yang mandi dan membersihkan dirinya pada hari itu niscaya ia tidak akan jatuh sakit pada tahun itu kecuali mati.
Siapa yang memberi minum pada hari itu maka ia akan diberi oleh Allah seteguk air itu ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Siapa saja yang bersedekah pada hari itu maka seolah0olah ia tidak pernah menolak permintaan orang yang meminta-minta kepadanya selama hidupnya.

http://rivitamajalah.wordpress.com/

Peran Ayah dan Ibu berbeda untuk Pengasuhan Anak?

Peran orangtua terhadap pertumbuhan dan kelengkapan kecerdasan anak sangat berbeda. Psikolog Roslina Verauli, MPsi, dari Klinik Empati dan RS Cengkareng, pada acara Smart Parents Conference di Jakarta beberapa waktu lalu, mengatakan bahwa sama seperti anak, orangtua juga memiliki jenis kelamin dan temperamen yang berbeda sehingga turut memberikan cara-cara yang berbeda dalam pengasuhan.
Secara umum, ayah dan ibu memiliki peran yang sama dalam pengasuhan anak-anaknya. Namun ada sedikit perbedaan sentuhan dari apa yang ditampilkan oleh ayah dan ibu.

Peran ibu
1. Menumbuhkan perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melalui interaksi yang jauh melibatkan sentuhan fisik dan kasih sayang.
2. Menumbuhkan kemampuan berbahasa pada anak melalui kegiatan-kegiatan bercerita dan mendongeng, serta melalui kegiatan yang lebih dekat dengan anak, yakni berbicara dari hati ke hati kepada anak.
3. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin perempuan, tentang bagaimana harus bertindak sebagai perempuan, dan apa yang diharapkan oleh lingkungan sosial dari seorang perempuan.

Peran ayah
1. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompeten pada anak melalui kegiatan bermain yang lebih kasar dan melibatkan fisik baik di dalam maupun di luar ruang.
2. Menumbuhkan kebutuhan akan hasrat berprestasi pada anak melalui kegiatan mengenalkan anak tentang berbagai kisah tentang cita-cita.
3. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin laki-laki, tentang bagaimana harus bertindak sebagai laki-laki, dan apa yang diharapkan oleh lingkungan sosial dari laki-laki.

Menurut Roslina, peran orangtua dalam pengasuhan anak berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan anak. Karenanya, diharapkan orangtua bisa memahami fase-fase perkembangan anak dan mengimbanginya. Menurut pakar psikologi perkembangan, Jean Piaget, anak perlu melakukan aksi tertentu atas lingkungannya untuk dapat mengembangkan cara pandang yang kompleks dan cerdas atas setiap pengalamannya. Sudah menjadi tugas orangtua untuk memberi anak pengalaman yang dibutuhkan anak agar kecerdasannya berkembang sempurna.

Sumber:
http://www.dy-brain.com/?pilih=lihat&id=2212
http://female.kompas.com/read/xml/2009/10/05/19183024/peran.ayah.dan.ibu....